Film dan drama sudah tak terpisahkan dari konsumsi media masa kini. Tidak hanya sebagai hiburan, plot dan dialog yang sering kali beresonansi dengan pengalaman pribadi penonton membuat mereka betah mengikuti jalan cerita hingga akhir, bahkan membahasnya bersama teman di sela-sela obrolan.
Penjiwaan karakter yang sangat dalam sering kali menginspirasi dan membuat seseorang tergerak untuk menirukan adegan yang dilihatnya. Jika perilaku yang ditiru adalah perilaku positif dan produktif, maka tidak masalah. Sayangnya, beberapa film justru meromantisasi hal-hal yang toxic dan tidak realistis. Jika diteruskan, penonton bisa mengadopsinya di keseharian mereka dan berakibat buruk di dunia nyata.
Berikut ini adalah 6 hal toxic dan tidak realistis dalam film dan drama yang harus berhenti diromantisasi. Simak, yuk!
Mendekati Orang yang Sudah Punya Pasangan
Ilustrasi Orang Ketiga/Foto: Canva/jmartinstock |
Pernah menemui film dengan tokoh utama menyukai pasangan orang lain? Biasanya, plot ini akan membuat tokoh utama berjuang mendapat pujaan hatinya, sedangkan pasangan lama terpaksa rela hubungannya kandas begitu saja.
Memang mustahil mengontrol kemauan hati untuk mengagumi, tapi merusak hubungan orang bukan hal yang patut diromantisasi. Mendekati orang yang sudah punya pasangan itu terlalu riskan, Beauties. Tidak hanya menambah musuh, bisa-bisa kita yang lebih sering sakit hati karena digantung ketidakpastian antara dua pilihan.
Kalau Dia Sudah Bilang “Tidak”, Itu Artinya “Tidak Mau”, Bukan “Kejar Aku”
Ilustrasi Menolak/Foto: Canva/Jennifer_Sharp |
Sering melihat adegan, “Beri aku kesempatan membuktikan diri” di dalam film?
Mencoba meyakinkan orang lain untuk menerima kita adalah hal yang sangat toxic, Beauties. Namun, sayangnya banyak film yang justru menuliskan akhir bahagia untuk karakter yang memaksakan kehendak mereka.
Jangan sampai kita menirukan hal ini di dunia nyata ya, Beauties. Sekali dia bilang tidak, itu artinya tidak. Masih banyak orang di luar sana yang satu frekuensi dengan kita sekaligus bersedia menerima apa adanya.
Nggak Ada yang Romantis dari Sosok Penguntit
Ilustrasi Stalking/Foto: Canva/yamasan |
Kehebatan dari film adalah sutradara bisa menuangkan imajinasinya ke arah yang dia kehendaki sesuka hati. Jika ia bercerita bahwa tokoh perempuan terenyuh karena lelaki tampan mengikutinya pulang untuk tahu di mana rumahnya, secara ajaib penonton merasa perilaku itu sangat manis.
Menormalisasi orang yang tidak menghargai privasi itu jelas bermasalah. Di dunia nyata, seseorang yang baik akan bertanya tentang informasi pribadi secara terbuka, juga akan menghargai jika tidak diberitahu. Mengetahui informasi tentang alamat seseorang dari menguntit dapat mengakibatkan orang yang besangkutan merasa terancam.