6 Hal dalam Film Romantis yang Harus Berhenti Diromantisasi, Toxic dan Tidak Realistis!

Camellia Quinita Ramadhani | Beautynesia
Jumat, 27 May 2022 13:00 WIB
6 Hal dalam Film Romantis yang Harus Berhenti Diromantisasi, Toxic dan Tidak Realistis!
Ilustrasi pasangan/Foto: Freepik.com/prostooleh

Film dan drama sudah tak terpisahkan dari konsumsi media masa kini. Tidak hanya sebagai hiburan, plot dan dialog yang sering kali beresonansi dengan pengalaman pribadi penonton membuat mereka betah mengikuti jalan cerita hingga akhir, bahkan membahasnya bersama teman di sela-sela obrolan.

Penjiwaan karakter yang sangat dalam sering kali menginspirasi dan membuat seseorang tergerak untuk menirukan adegan yang dilihatnya. Jika perilaku yang ditiru adalah perilaku positif dan produktif, maka tidak masalah. Sayangnya, beberapa film justru meromantisasi hal-hal yang toxic dan tidak realistis. Jika diteruskan, penonton bisa mengadopsinya di keseharian mereka dan berakibat buruk di dunia nyata.

Berikut ini adalah 6 hal toxic dan tidak realistis dalam film dan drama yang harus berhenti diromantisasi. Simak, yuk!

Mendekati Orang yang Sudah Punya Pasangan

Ilustrasi Orang Ketiga/Foto: Canva/jmartinstock
Ilustrasi Orang Ketiga/Foto: Canva/jmartinstock

Pernah menemui film dengan tokoh utama menyukai pasangan orang lain? Biasanya, plot ini akan membuat tokoh utama berjuang mendapat pujaan hatinya, sedangkan pasangan lama terpaksa rela hubungannya kandas begitu saja.

Memang mustahil mengontrol kemauan hati untuk mengagumi, tapi merusak hubungan orang bukan hal yang patut diromantisasi. Mendekati orang yang sudah punya pasangan itu terlalu riskan, Beauties. Tidak hanya menambah musuh, bisa-bisa kita yang lebih sering sakit hati karena digantung ketidakpastian antara dua pilihan.

Kalau Dia Sudah Bilang “Tidak”, Itu Artinya “Tidak Mau”, Bukan “Kejar Aku”

Ilustrasi Menolak/Foto: Canva/Jennifer_Sharp
Ilustrasi Menolak/Foto: Canva/Jennifer_Sharp

Sering melihat adegan, “Beri aku kesempatan membuktikan diri” di dalam film?

Mencoba meyakinkan orang lain untuk menerima kita adalah hal yang sangat toxic, Beauties. Namun, sayangnya banyak film yang justru menuliskan akhir bahagia untuk karakter yang memaksakan kehendak mereka.

Jangan sampai kita menirukan hal ini di dunia nyata ya, Beauties. Sekali dia bilang tidak, itu artinya tidak. Masih banyak orang di luar sana yang satu frekuensi dengan kita sekaligus bersedia menerima apa adanya.

Nggak Ada yang Romantis dari Sosok Penguntit

Ilustrasi Stalking/Foto: Canva/yamasan
Ilustrasi Stalking/Foto: Canva/yamasan

Kehebatan dari film adalah sutradara bisa menuangkan imajinasinya ke arah yang dia kehendaki sesuka hati. Jika ia bercerita bahwa tokoh perempuan terenyuh karena lelaki tampan mengikutinya pulang untuk tahu di mana rumahnya, secara ajaib penonton merasa perilaku itu sangat manis.

Menormalisasi orang yang tidak menghargai privasi itu jelas bermasalah. Di dunia nyata, seseorang yang baik akan bertanya tentang informasi pribadi secara terbuka, juga akan menghargai jika tidak diberitahu. Mengetahui informasi tentang alamat seseorang dari menguntit dapat mengakibatkan orang yang besangkutan merasa terancam.

6 Hal dalam Film Romantis yang Harus Berhenti Diromantisasi, Toxic Dan Tidak Realistis!

Pasangan tidak dapat mengontrol emosi sehingga mood swing terjadi secara terus menerus.

Ilustrasi pasangan/Foto: Freepik.com/Ufabizphoto

Bertindak 'Romantis' di Tengah Pertengkaran

Ilustrasi Berdebat/Foto: Canva/Empato
Ilustrasi Berdebat/Foto: Canva/Empato

Di beberapa film bergenre romantis, terdapat suatu adegan yang seharusnya mengganggu ketenangan penonton. Ketika sepasang suami istri bertengkar hebat, salah satu dari mereka mencoba mengakhiri argumen alot dengan memberikan ciuman sepihak. Si pasangan pun digambarkan langsung terdiam dan luluh, terbawa suasana, dan tiba-tiba saja memaafkan.

Jangan biarkan adegan semacam ini diromantisasi, Beauties! Segala pertengkaran harus selesai dengan komunikasi dua arah, bukan dengan pembungkaman. Apalagi, jika pihak yang dicium tidak memberikan konsennya, maka tindakan ini bisa dikategorikan sebagai pelecehan seksual, lho!

Orang Berpendidikan Tinggi Sepatutnya Lebih Paham Sopan Santun, Bukan Bebas Bertingkah dan Abai Tata Krama!

Ilustrasi Sombong/Foto: Canva/Mangostar Studio
Ilustrasi Sombong/Foto: Canva/Mangostar Studio

Familiar dengan tokoh pemimpin yang sering bersikap kasar dan merendahkan orang lain? Lucunya, sikap ini justru digambarkan punya daya tarik dan membantunya bertemu dengan cinta sejatinya.

Jika sifat seperti ini diadopsi di dunia nyata, tatanan sosial bisa kacau balau. Kalau mereka menduduki kursi pemimpin saja abai tata krama, kita bisa menghadapi krisis moril yang luar biasa.

Idealnya, semakin tinggi pendidikan dan status sosial seseorang, semakin dia berusaha memberi teladan yang baik.

Bullying Bukan Bentuk Love Language

Coba ingat kembali masa-masa remaja di masa lalu. Pasti ada satu teman yang suka mencari perhatian lawan jenisnya dengan cara mengusik bahkan melakukan bullying. Tipe cari perhatian seperti ini memang sering ditampilkan dalam film dan drama untuk menggambarkan orang yang bingung mengekspresikan rasa sukanya.

Tapi percayalah bahwa bullying itu bukan bentuk bahasa cinta, Beauties. Mengganggu ketenangan orang lain itu tindakan yang membuat jengkel, dan orang tidak mungkin bisa jatuh hati akibat perilaku buruk orang lain padanya. Carilah perhatian dengan cara yang baik dan terhormat, maka orang yang baik juga yang akan datang kepada kita.

Film dan drama adalah representasi kehidupan sosial kita. Sedangkan dalam menjalani kehidupan sosial, kita juga mudah terpengaruh konten media. Karena saling mempengaruhi, baiknya kita hidupkan ekosistem media dengan nilai-nilai yang positif dan sudahi romantisasi yang tidak realistis.

Dukung terus karya-karya yang inspiratif dan jaga kualitas tontonanmu ya, Beauties!

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE