6 Kesalahan yang Sering Dilakukan Ketika Adu Argumen dengan Pasangan, Segera Hindari!
Beauties, apakah kamu sering adu argumen dengan orang terdekat, terutama dengan pasanganmu? Kemungkinan untuk berbeda pendapat tentu besar, dan tak jarang hingga menimbulkan percikan pertengkaran.
Namun dengan adanya adu argumen tersebut, memungkinkan kita untuk dapat menjalin hubungan yang lebih erat dan bertumbuh. Dalam artian, kamu bisa menganggap adu argumen sebagai peluang untuk benar-benar mendengarkan apa yang dikatakan orang lain, untuk mengatakan pendapatmu, hingga dari hal tersebut kamu bisa tampil dengan sisi yang lebih baik.
Masalahnya, tentu rasa emosi dan frustasi muncul dan dapat memperumit situasi yang ada. Terutama ketika pertengkaran itu dialami oleh pasangan. Banyak di antara kita yang juga mungkin tidak memiliki contoh bagaimana mengutarakan argumen yang sehat. Oleh karena itu, terlalu mudah untuk menyalakan api daripada memadamkannya.
Terangkum dari laman NBC News, berikut enam kesalahan yang kamu lakukan ketika sedang adu argumen dengan pasanganmu. Simak ulasannya berikut ini!
1. Berfokus Pada Keluhan Daripada Solusi
![]() Berfokus Pada Keluhan Daripada Solusi/foto:pexels |
Menurut Judy Ho, Ph.D., seorang neuropsikolog sekaligus profesor psikologi di Universitas Pepperdine, argumen kemungkinan besar tidak akan terjadi kecuali kamu memiliki keluhan. Tetapi untuk membuat kemajuan, sebaiknya ungkapkan keluhan kamu dan jelaskan perasaan kamu, lalu lanjutkan dengan cepat kepada solusi.
"Setelah kamu berada dalam fase pemecah masalah, lakukan pendekatan kolaboratif. Luangkan waktu untuk bertukar pikiran tentang cara memecahkan masalah dan jangan menilai ide satu sama lain. Kemudian pilih salah satu yang terdengar seperti kompromi yang bagus untuk kalian berdua dan berkomitmen untuk mencobanya," ungkap Judy Ho,Ph.D.
2. Menggunakan Istilah Hiperbola Seperti "Selalu" dan "Tidak Pernah
![]() Menggunakan Istilah Hiperbola Seperti "Selalu" dan "Tidak Pernah/foto:pexels |
Pernyataan seperti "kamu selalu melakukan ini!" atau "kamu tidak pernah melakukan itu!" terkesan dramatis dan mungkin tidak benar, menurut Judy Ho, Ph.D. Hal ini juga membuat pasanganmu bersikap defensif dan alih-alih mendengarkan apa yang kamu katakan, mereka akan fokus untuk memberikan contoh yang meniadakan pernyataan salah kamu.Â
3. Menggunakan Pernyataan "Kamu" daripada "Aku"
![]() Menggunakan Pernyataan "Kamu" daripada "Aku"/foto:pexels |
Membuat pernyataan "kamu" juga membuat pasanganmu bersikap defensif. Misalnya, mengatakan "kamu merusak.." atau "kamu membuat aku..". Seorang konselor profesional berlinsensi, Mark Mayfield, Ph.D., menjelaskan bahwa pernyataan menyalahkan ini sering kali memicu emosi orang lain dan dapat membawamu ke jalan yang berputar-putar. Alih-alih mengucapkan pernyataan tersebut, gunakan pernyataan "aku merasa frustasi saat.." atau "aku perlu.."
"Pernyataan ini memungkinkan kamu untuk mengungkapkan perasaan kamu dalam situasi tersebut, tidak menyalahkan pasanganmu, dan memusatkan perhatian pada kamu. Selain itu, orang lain tidak dapat meniadakan pernyataan perasaan, dan pasanganmu juga akan lebih mudah berempati dengan kamu jika pasanganmu tahu perasaan kamu," tuturnya.
Mengambil Napas Pendek Ternyata Tidak Disarankan Ketika Adu Argumen!
Menunggu Untuk Berbicara Alih-Alih Mendengarkan Secara Aktif/foto:pexels
4. Menunggu untuk Berbicara Alih-Alih Mendengarkan Secara Aktif
Sudah menjadi sifat kita untuk ingin merespons dan bersikap defensif ketika adu argumen. "Yang sering terjadi adalah kita begitu panas dalam sebuah argumen, kita terpaku pada satu kata atau frase dan mulai mengembangkan pembelaan kita tanpa mendengar keseluruhan dari apa yang dikatakan pasangan," kata Mark Mayfield, Ph.D.
Kamu bisa melatihnya dengan mempelajari dan mendengarkan apa yang dikatakan pasanganmu. Fokus pada nada pasangan, bahasa tubuh, dan perasaannya. Ulangi kembali poin-poin tersebut untuk menegaskan kembali bahwa kamu mendengarkan, ungkapkan poin kamu, lalu kerjakan solusinya.
5. Mengambil Napas Pendek
![]() Mengambil Napas Pendek Saat Berargumen/foto:pexels |
Cobalah untuk tidak mengambil napas yang pendek, melainkan tarik napas yang dalam. "Tarik napas dalam-dalam dan mengembalikannya ke otak kamu, sehingga memungkinkan kamu untuk berpikir lebih jernih dan terlibat dalam perselisihan dengan kepala dingin. Selain itu, menarik napas dalam-dalam membantu kamu merasa membumi dan menenangkan diri," kata Mark Mayfield, Ph.D.
6. Melarikan Diri Tanpa Akhir yang Positif
![]() Melarikan Diri Tanpa Akhir yang Positif/foto:pexels |
Jika kamu telah membuat beberapa argumen, sulit untuk menghilangkan rasa emosi yang ada. Meluangkan waktu untuk menenangkan diri adalah hal yang ideal, tetapi tetap penting untuk mengakhiri dengan nada positif, bukan pergi begitu saja.
Akhiri argumen dengan sesuatu yang membesarkan hati dengan mengakui hal baik yang dilakukan oleh pasanganmu dalam prosesnya. "Misalnya, "aku menghargai kamu yang sudah mendengarkan kekhawatiran aku hari ini," atau "aku bersyukur memiliki jalur komunikasi yang terbuka sehingga aku dapat mengungkapkan perasaanku dengan jujur,"" kata Judy Ho, Ph.D.Â
Kamu dapat memberikan pelukan atau menjabat tangan pasanganmu, hal tersebut sudahlah cukup. Apa pun pendekatannya, pasanganmu akan menghargai upayamu untuk mengungkapkan rasa terima kasih dan menghormati hubungan kamu di tengah perselisihan.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!




