6 Tanda Pemimpin Bermental Baja Menurut Ahli, Salah Satu Karakter Wajib Dimiliki Pemimpin Hebat

Dimitrie Hardjo | Beautynesia
Selasa, 13 Feb 2024 11:00 WIB
Meminimalisir Bahas Kesuksesan Sebelumnya
Ilustrasi pemimpin/ Foto: Pexels.com/RDNE Stock Project

Menjadi pemimpin bukanlah suatu hal yang mudah. Setiap perilaku akan diperhatikan, bahkan dicontoh, oleh pengikut-pengikutnya. Terlebih di situasi jelang Pemilu seperti saat ini, mengidentifikasi seseorang dengan karakter layak disebut pemimpin hebat perlu dilakukan masyarakat.

Salah satu karakter yang wajib dimiliki adalah mental yang kuat karena selama menjabat, seorang pemimpin akan dihadapkan oleh sederet tantangan. Ketika sosok pemimpin tangguh muncul, maka orang-orang di sekitarnya pun bisa merasa aman. Mental tangguh dalam seorang pemimpin juga akan membangun kepercayaan dan menginspirasi, seperti yang ditulis dalam laman Executive Network. Yuk kenali ciri-ciri pemimpin bermental tangguh itu!

Punya Support System

Taurus akan terlihat bersinar saat sedang memimpin suatu hal dan menyelesaikan masalah/Foto: pexels.com/alexander-suhorucov

Ilustrasi/ Foto: pexels.com/alexander-suhorucov

Ron Carucci selaku Cofounder Navalent, organisasi konsultasi kepemimpinan, menuliskan pengalamannya melalui situs Forbes bagaimana pemimpin organisasi melalui masa sulit dengan menerapkan mental tangguh. 

Hal yang pertama yang disebutkan adalah punya support system. Sebuah masalah akan menguras emosi sehingga punya lingkungan serta orang-orang yang akan mendukungmu secara pribadi akan berperan penting untuk menjaga emosi tetap stabil. Selain dari orang-orang terdekat yang mendukung, support system juga bisa didapatkan dari diri sendiri, seperti makan makanan bergizi, tidur yang cukup, dan rajin olahraga.

Tidak Menjauhkan Diri dari Masalah secara Emosional

Kunci utama menjadi pemimpin karismatik

Ilustrasi/ Foto: Freepik.com/tirachardz

Meski seorang pemimpin secara fisik hadir untuk mengatasi masalah, terkadang secara mental mengindikasi sebaliknya. Emosi dalam diri mendorong untuk menarik diri. Carucci menjelaskan lebih lanjut bagaimana hal ini tampak pada kliennya, yakni lewat tutur bahasa.

Ketika membicarakan masalah signifikan, klien sering berbicara dalam sudut pandang orang ketiga “Mereka” atau “Orang-orang itu”. Sementara saat bicara tentang kemungkinan perubahan yang harus dilakukan, klien akan bicara dalam sudut pandang orang pertama, yaitu “Saya akan…” atau “Jika saya tidak…”.

Carucci menyarankan untuk membangun kepercayaan dengan orang-orang yang terlibat, maka pemimpin harus menjadi bagian dari mereka, bukan terpisah. Ketika kamu menempatkan diri bersama mereka, maka kamu akan menggunakan kata “Kami”.

Tidak Menyalahkan Pendahulu

Ilustrasi pemimpin yang menghargai rekannya/Foto: Unsplash/Smartworks Coworking

Ilustrasi/ Foto: Unsplash/Smartworks Coworking

Saat terjadi permasalahan, naluri seringkali mengarahkan kita untuk menyalahkan orang lain. Namun lain hal dengan pemimpin yang tangguh. Alih-alih menyalahkan orang lain seperti pemimpin sebelumnya, mereka akan menerima apa yang terjadi dan segera fokus ke solusi agar lebih baik di kemudian hari.

Meminimalisir Bahas Kesuksesan Sebelumnya

Ilustrasi pemimpin

Ilustrasi pemimpin/ Foto: Pexels.com/RDNE Stock Project

Sebelum dipercaya sebagai pemimpin, seseorang pasti telah membuktikan kemampuan dengan pencapaian-pencapaian yang berhasil diraih. Namun sebagai pemimpin bermental baja, menceritakan pencapaian itu secara terus-menerus tidak akan menginspirasi orang-orang di sekitar. Carucci menyebutkan pemimpin harus membiarkan kualitas pemikiran dan kemampuan terlihat dengan sendirinya, tanpa perlu menceritakan bagaimana asalnya.

Tahu Bagaimana “Melihat” Seseorang

Kualitas kepemimpinanmu terlihat sangat menonjol, hal ini membuatmu selalu ditunjuk untuk menjadi seorang leader/Foto: pexels.com/tima-miroshnichenko

Ilustrasi/ Foto: pexels.com/tima-miroshnichenko

Saat berada di posisi tertinggi, orang-orang di sekitar akan berlomba-lomba untuk menunjukkan diri sebagai yang terbaik untuk mengisi posisi tertentu atau tidak disingkirkan dari organisasi. 

Dalam membuat keputusan terkait hal ini, pemimpin akan melihat kemampuan orang tersebut dibandingkan dengan ‘siapa’ dirinya. Setiap kriteria yang dimiliki orang tersebut juga harus sesuai dengan gol organisasi di masa depan dan kemampuannya dilihat berdasarkan data yang reliabel. Keputusan juga tidak diambil sendiri, pemimpin akan mengajak tim untuk mengevaluasi bersama secara transparan. 

Transparan

Sifat narsistik ada pada toxic leader

Ilustrasi/ Foto: pexels.com/RODNEA Production

Selanjutnya adalah transparan atau terbuka dengan langkah perubahan seperti apa yang akan diambil. Jika pemimpin belum yakin pendekatan apa yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah, maka ia akan menginvestigasi dan mendiagnosis lebih lanjut. Mereka akan transparan dalam setiap langkah, mulai dari saat investigasi hingga time frame (kerangka waktu) yang diambil, semua dikomunikasikan secara jelas.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(dmh/dmh)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE