Tidak selalu berjalan indah, kehidupan pernikahan juga dapat dipenuhi oleh beragam masalah, hingga menguji janji sakral keduanya. Beberapa pasangan bisa berhasil mengatasi tanpa bercerai, namun tidak sedikit juga yang memutuskan berpisah untuk menghentikan konflik berkepanjangan.
Sementara itu, beberapa pasangan mungkin merasa lega setelah melakukannya, tetapi di lain sisi perceraian kerap dinilai menjadi awal dari banyaknya masalah untuk anak. Itu karena kenyataan bahwa orang tua tidak lagi bersama, dapat menimbulkan pergolakan yang mempengaruhi kualitas hidup anak ke depannya.
Seperti yang dirangkum dari laman Very Well Family, berikut 6 dampak perceraian yang berisiko dialami anak.
Emosi yang Tidak Stabil
Kebingungan membuat emosi anak tidak stabil/Foto:Freepik.com/Primagefactory |
Berpisah yang dianggap mampu mengurangi rasa sakit bagi pasangan, dapat menciptakan guncangan emosi yang besar untuk anak. Di umur yang masih kecil, anak dipaksa untuk memahami perubahan yang kemudian membuatnya terjebak dalam kebingungan, yang bisa berujung pada rasa marah serta emosi yang tidak stabil.
Tingginya Kecemasan
Anak akan dipenuhi oleh banyak kekhawatiran/Foto:Freepik.com/Jcomp |
Deretan pertanyaan tentang perpisahan dalam keluarga, dapat berubah menjadi kecemasan tentang hidup yang tidak lagi dipenuhi oleh rasa cinta orang tuanya. Segala sesuatu yang dijalani ke depan berpotensi dapat dipenuhi oleh rasa takut dan krisis kepercayaan, Beauties. Anak bisa beranggapan tidak lagi diinginkan oleh orang terdekatnya sendiri.
Risiko Depresi
Guncangan yang besar beresiko timbulkan depresi/Foto:Freepik.com/Vh_studio |
Sekalipun beberapa anak mengaku bisa menerima keadaan dengan baik, tidak menutup kemungkinan bahwa depresi juga mengancam dirinya. Perubahan membuat segalanya terasa lebih melelahkan secara fisik juga mental untuk anak.
Menurut data dari American Academy of Pediatrics, depresi hingga keinginan untuk bunuh diri dapat timbul pada anak yang orangtuanya mengalami perceraian, khususnya pada usia 11 tahun ke atas.
Terhambatnya Proses Pembentukan Diri
Ketidakhadiran orang tua menghambat perkembangan anak/Foto:Freepik.com/Redfox |
Masa remaja menjadi tahapan penting perkembangan anak mulai dari emosi, fisik hingga sosial. Perceraian berisiko membuat anak kehilangan peran orang tua sebagai agen sosial terdekat, sehingga beberapa fungsi seperti pengambilan keputusan, pembentukan identitas hingga kemampuan bersosialiasi tidak berjalan secara semestinya.
Terganggunya Kualitas Diri
Anak kehilangan motivasi dan minat keseluruhan/Foto:Freepik.com/Gpointstudio |
Dirugikannya mental serta pikiran dari anak-anak, tentulah berpengaruh terhadap peningkatan kualitas dari diri mereka sendiri. Pada sisi akademis, beberapa dari mereka diketahui memperoleh nilai yang lebih rendah karena hilangnya motivasi serta minat untuk berkembang, akibat perasaan diabaikan.
Mengundang Perilaku Buruk
Membuat anak berperilaku buruk/Foto:Freepik.com/DCstudio |
Bukan sekadar ingin mencari perhatian, kenakalan menjadi salah satu imbas dari hilangnya kedekatan antara orang tua dengan anak.
Sebuah studi pada American Psychological Association menunjukkan bahwa orang tua seringkali kurang konsisten dalam memperhatikan anak setelah perceraian. Akibatnya, anak terlibat dalam konflik sosial karena tidak adanya kedisiplinan yang diterapkan.
Beauties, perceraian memang bukanlah hal yang selalu buruk, karena bisa juga hal itu menjadi sebuah solusi yang tepat bagi kedua belah pihak. Namun hal ini, rupanya tak selalu mudah bagi anak, terutama mereka yang masih berusia kecil.
Untuk itu, tentu diperlukan berbagai upaya 'ekstra' agar anak tidak merasa diabaikan dan tetap mendapat kasih sayang dan perhatian penuh dari orangtua, demi tumbuh kembangnya.
---
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
Pilihan Redaksi |