Angka Kelahiran Kerap Menurun, Ini 3 Alasan Pasangan Suami Istri di Korea Selatan Menunda Punya Anak

Dian Purnamasari Siregar | Beautynesia
Kamis, 21 Jul 2022 10:30 WIB
Angka Kelahiran Kerap Menurun, Ini 3 Alasan Pasangan Suami Istri di Korea Selatan Menunda Punya Anak
Alasan pasangan suami istri di Korea Selatan menunda punya anak/Foto: IMDb

Korea Selatan mengalami penurunan angka kelahiran anak dari tahun ke tahun. Beragam program pun dibuat pemerintah kotanya untuk mengatasi masalah tersebut.

Dikutip dari Korea Times, pada tahun 2021, Statistik Korea mencatat rata-rata perempuan yang melahirkan hanya mencapai 0,81. Angka ini turun dari 0,84 pada tahun sebelumnya.

Lee Honey pemotretan majalah sambil menunjukkan baby bump
Aktris Korea Lee Honey pemotretan majalah sambil menunjukkan baby bump/Foto: instagram.com/honey_lee32

Salah satu program yang dilakukan pemerintah Korea Selatan untuk meningkatkan angka kelahiran adalah, memberikan insentif bagi perempuan yang melahirkan anak.

Dikutip dari Insider, pemerintah kota Seoul akan memberikan bantuan tunai bagi pasangan suami istri yang baru melahirkan. Orang tua yang mendaftarkan kelahiran anaknya pada 1 Januari 2022, dapat menukarkan voucher tunai senilai 2 juta Won atau setara dengan Rp22,73 juta.

Berbeda dengan Indonesia, kebanyakan pasangan suami istri di Korea Selatan memutuskan untuk menunda memiliki anak. Keputusan tersebut dipilih oleh mereka bukannya tanpa alasan.

Apa saja hal yang mendasari mereka menunda punya anak, sampai memengaruhi angka kelahiran negara tersebut? Berikut ulasannya.

1. Biaya Hidup di Korea yang Terus Melonjak

Biaya hidup di Korea mahal
Biaya hidup di Korea mahal/Foto: pexels/Karolina Grabowska

Banyak anak muda di Korea Selatan menunda bahkan menyerah untuk menikah atau memiliki anak. Hal itu dikarenakan biaya hidup yang terus naik dari tahun ke tahun. Dikutip dari CNN, pada tahun 2019, Korea Selatan menempati peringkat ketujuh sebagai negara dengan biaya hidup termahal.

Masalah ini semakin diperparah dengan tingginya harga properti atau rumah di Korea Selatan. Melansir detikcom, Regulator Korea Selatan menilai, terjadinya kenaikan yang signifikan karena banyak masyarakat Korsel yang ingin hidup sendiri.

Fenomena tersebut membuat permintaan akan hunian meningkat dan memicu kenaikan harga rumah. Sebelumnya mantan presiden Korea Selatan, Moon Jae In, menyatakan akan menambah 830.000 rumah baru hingga 2025 di seluruh negeri, termasuk Seoul.

Namun, hal tersebut belum sepenuhnya berhasil membuat warganya untuk memilih memiliki anak. Bahkan harga rata-rata apartemen di Seoul terus melonjak hingga 1,04 miliar Won atau setara dengan Rp11,82 miliar. Harga tersebut terus naik sekitar 70% sejak Presiden Moon menjabat.

2. Tidak Ingin Meninggalkan Pekerjaan Setelah Punya Anak

Pasangan suami istri di Korea tidak ingin berhenti bekerja jika punya anak
Pasangan suami istri di Korea tidak ingin berhenti bekerja jika punya anak/Foto: instagram.com/eunbining0904

Sebagai negara yang memiliki tingkat biaya hidup tinggi, memiliki pekerjaan tetap adalah cara masyarakat Korea Selatan bertahan hidup. Hal ini pula yang menjadi pertimbangan pasangan suami istri untuk menunda memiliki anak.

Dengan biaya hidup yang tinggi, maka tidak cukup jika hanya suami yang bekerja. Banyak perempuan di Korea Selatan memilih bekerja untuk membantu keuangan keluarga. Memiliki anak membuat mereka khawatir, khususnya perempuan, jika nanti harus meninggalkan pekerjaannya.

Ciptakan ruang kerja yang aman agar perempuan bisa berkarya dan bekerja dengan nyamanIlustrasi perempuan karier/ Foto: pexels.com

Melansir wawancara yang dilakukan Korea Times pada tahun 2020, kepada seorang perempuan bekerja, Kim Ji Yeon. Ia telah menikah pada tahun 2016, namun hingga kini ia dan suaminya memutuskan untuk menunda memiliki anak.

“Saya terus menunda rencana kami untuk memiliki anak, karena saya takut mengambil jeda karier jika saya memiliki anak. Saya juga merasa sulit jika harus mengasuh anak dan menjadi ibu bekerja secara bersamaan.

Saya juga merasa kami belum cukup secara finansial untuk memiliki anak,” ungkap perempuan berusia 33 tahun tersebut. Kim Ji Yeon pun berencana hanya ingin memiliki satu anak dan akan menunggu sampai ia dan suaminya siap secara finansial, untuk menangani pengeluaran terkait biaya anak termasuk pendidikan.

“Karena saya ingin memberi dukungan penuh jika memiliki anak, saya ingin memastikan bahwa kami siap secara finansial sebelum memilikinya. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi.” tutup Kim Ji Yeon yang merupakan warga Seoul.

3. Biaya dan Sistem Pendidikan Korea yang Mahal

Biaya pendidikan di Korea sangat mahal
Biaya pendidikan di Korea sangat mahal/Foto: IMDb

Saat memiliki anak, tentunya kita harus mempersiapkan biaya hidupnya termasuk pendidikan. Korea Selatan menjadi salah satu negara yang memiliki sistem pendidikan yang keras.

Berbeda dengan di Indonesia, kegiatan di sekolah biasanya berakhir pada pukul 12:00 atau 15:00. Di Korea Selatan kegiatan belajar biasanya akan berakhir pada malam hari, sekitar pukul 20:00 atau 22:00.

Lamanya jam belajar para siswa di Korea dikarenakan adanya sistem Hagwon, yaitu melanjutkan kegiatan bimbel atau kursus setelah jam sekolah. Mata pelajaran yang biasanya diambil oleh para siswa adalah fisika, bahasa Inggris, matematika dan lain sebagainya.

Adegan drama The PenthouseIlustrasi murid sekolah di Korea Selatan/ Foto: soompi.com

Sistem ini membuat para orang tua harus menyiapkan dana pendidikan dua kali lipat. Karena selain biaya sekolah regular, mereka juga harus mengeluarkan uang untuk membayar kegiatan kursus yang diikuti sang anak.

Karena ini sudah menjadi sebuah sistem pendidikan, sulit bagi para orang tua dan anak jika tidak menerapkan kegiatan tersebut. Dikhawatirkan anak akan ketinggalan mata pelajaran yang akan mempengaruhi perolehan nilai mereka di sekolah.

Itulah beberapa alasan, kenapa pasangan suami istri di Korea Selatan memilih untuk menunda memiliki anak. Bagaimana menurutmu nih, Beauties?

---

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(sim/sim)
CERITA YUK!
Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE