Fenomena "Cagongjok" di Korea Selatan, Tren WFC yang Bikin Pemiliki Kafe Merasa Resah

Gayuh Tri Pinjungwati | Beautynesia
Rabu, 24 Sep 2025 17:00 WIB
Fenomena
Fenomena Cagongjok di Korea Selatan, Tren WFC yang Bikin Pemiliki Kafe Merasa Resah/Foto: Freepik.com/Freepik

Beauties, belakangan ini fenomena Cagongjok telah menjadi salah satu topik hangat dalam kehidupan urban di Korea Selatan, terutama di kota-kota besar seperti Seoul. Dilansir dari The Korea Herald, cagongjok merupakan gabungan kata “Café,” “gongbu” (belajar), dan “jok” (suku/kelompok). Istilah ini secara langsung berarti sekelompok orang yang belajar di kafe.

Istilah Cagongjok merujuk pada orang-orang, terutama mahasiswa dan pekerja muda yang memilih belajar atau bekerja dari kafe secara terus-menerus. Mereka membawa perlengkapan seperti laptop, charger, buku, kadang dua laptop bahkan stopkontak ekstensi, dan menetap di bangku kafe berjam-jam, terkadang dari pagi hingga malam.

Mereka menjadikan kafe bukan hanya sebagai tempat nongkrong atau kumpul sosial, tetapi sebagai ruang produktivitas mereka sendiri. Lantas, apa dampak dari fenomena ini?

Fenomena Cagongjok Membuat Pihak Starbuck Korea Selatan Membuat Kebijakan Baru

Fenomena Cagongjok Membuat Pihak Starbuck Korea Selatan Membuat Kebijakan Baru/Foto: Freepik.com/Lifestylememory

Seperti yang dilansir dari BBC, fenomena cagongjok, membuat salah satu gerai kopi di Korea turun tangan. Gerai kopi tersebut memperbarui kebijakan agar pengalaman pelanggan di gerainnya tetap nyaman dan aman. Pihak kafe memperbolehkan para pelanggan membawa laptop dan perangkat kecil, namun, tidak untuk perangkat seperti computer desktop, printer, atau barang besar lainnya yang bisa membantasi tempat duduk dan gangguan ruang bersama.

Kebijakan gerai kopi ini di Korea Selatan ini juga mencerminkan tren global, termasuk di Inggris, tempat beberapa kedai kopi telah menerapkan aturan khusus untuk membatasi para pekerja remote agar tidak terlalu lama “menguasai” meja dan menghambat perputaran pelanggan.

Reaksi terhadap kebijakan ini beragam. Sebagian besar menyambut kebijakan ini sebagai langkah yang telah lama dinantikan untuk memulihkan normalisasi penggunaan kafe.

Hal ini khususnya terjadi di antara mereka yang mengunjungi gerai kopi untuk bersantai atau mengobrol, yang mengatakan bahwa sulit menemukan tempat duduk karena Cagongjok, dan suasana yang hening seringkali membuat mereka merasa canggung untuk berbicara dengan bebas.

Sekitar 70 persen orang dalam survei terbaru terhadap lebih dari 2.000 pencari kerja Gen Z di Korea Selatan oleh platform perekrutan Jinhaksa Catch mengatakan mereka belajar di kafe setidaknya sekali dalam seminggu.

Ini Alasan Munculnya Fenomena Cagongjok

Ini Alasan Munculnya Fenomena Cagongjok/Foto: Freepik.com/Lifestylememory

Cagongjok muncul karena kombinasi beberapa faktor, terutama ketersediaan kafe yang luas dan kemajuan teknologi yang memfasilitasi belajar dan bekerja jarak jauh. Namun, pertumbuhan eksponensial jumlah mereka telah mencapai titik yang mengancam bisnis para pemilik kafe.

Menurut survei tahun 2021 yang dilakukan oleh Hankook Research, 29 persen dari 1.000 responden telah melakukan aktivitas mandiri di kafe dalam setahun terakhir. Tercatat, 60 persen responden berusia 20-an melaporkan pernah mengikuti kegiatan "cagong", seperti yang dilansir dari The Korea Herald.

Ketika ditanya tentang alasan mereka belajar di kafe, hampir separuh responden menyebutkan kurangnya alternatif tempat untuk dikunjungi, sementara mayoritas responden berusia 20-an menyatakan menyukai suasana santai dan ketersediaan makanan ringan serta minuman.

Bagi sebagian orang, kafe lebih dari sekadar ruang yang nyaman untuk bekerja atau mengerjakan tugas. Yu-jin Mo (29) bercerita kepada BBC tentang pengalamannya tumbuh besar di panti asuhan.

"Rumah bukanlah tempat yang aman. Saya tinggal bersama ayah saya di dalam kontainer kecil, dan terkadang ia mengunci pintu dari luar dan meninggalkan saya sendirian di dalam," ungkapnya.

Bahkan sekarang, sebagai orang dewasa, ia merasa sulit untuk menyendiri. "Begitu bangun tidur, saya langsung pergi ke kafe. Saya mencoba perpustakaan dan kafe belajar, tetapi rasanya menyesakkan," ujarnya.

Kemudian, Mo bahkan menjalankan kafenya sendiri selama setahun, dengan harapan dapat menyediakan tempat di mana orang-orang seperti dirinya dapat merasa nyaman untuk tinggal dan belajar.

Tanggapan Pemilik Gerai Kafe

Menurut data dari Institut Penelitian Industri Makanan Korea pada tahun 2019, kafe mencapai titik impas ketika pelanggan menghabiskan sekitar 4.100 won untuk kopi selama kurang lebih 1 jam 42 menit.

Pemilik kafe juga diperkirakan akan menghadapi tantangan yang lebih besar dalam mempertahankan bisnis mereka karena kenaikan tarif listrik yang disebabkan oleh meningkatnya biaya energi global, serta meningkatnya kerugian perusahaan utilitas Korea.

Seorang pemilik kafe yang mengelola kafe di dekat kampus universitas di Seoul mengungkapkan kekhawatirannya tentang musim panas mendatang, mengantisipasi kenaikan biaya utilitas.

Selama periode ujian tengah semester dan ujian akhir, kafe mengalami lonjakan jumlah cagongjok, yang kemungkinan akan mengakibatkan penurunan pendapatan.

Ia menyebutkan bahwa jika perlu, ia mungkin menerapkan langkah-langkah untuk mengurangi kerugian finansial, seperti memasang pengumuman yang meminta pelanggan untuk membeli minuman dan satu jenis roti atau camilan.

Bagaimana menurutmu soal fenomena ini, Beauties?

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE