Beauty Standard Alias Standar Kecantikan Sia-Sia untuk Diikuti, Ini Alasannya!
Media sosial telah mengubah pandangan perempuan tentang standar kecantikan atau beauty standard. Akibatnya, banyak orang merasa tidak percaya diri dengan penampilannya sendiri.
Padahal, minder karena beauty standard itu sia-sia, lho! Jika kamu memaksakan diri untuk mengikutinya, pengorbanan yang kamu keluarkan tidak sebanding dengan manfaat yang akan kamu dapatkan. Kamu belum tentu mendapat pengakuan sesuai ekspektasi meski sudah mati-matian mengubah diri.
Berikut ini adalah 4 alasan kenapa beauty standard sia-sia untuk diikuti. Yuk, catat dan ingat!
Beauty Standard Itu Bias Budaya
![]() Ilustrasi Kecantikan Beragam/Foto: Canva/Delmain Donson |
Banyak orang percaya bahwa kecantikan seseorang bergantung pada penilaian budaya. Sebagian besar orang Asia mungkin setuju bahwa perempuan yang cantik harus berkulit putih. Namun, sebuah jurnal di Pubmed yang berjudul Indoor Tanning Knowledge, Attitudes, and Behavior Among Young Adults From 1988-2007 mengatakan bahwa sebagian besar orang Amerika Serikat setuju bahwa kulit gelap justru lebih menarik dibanding kulit pucat.
Penelitian yang dilakukan oleh June K Robinson, Julie Kim, Sara Rosebaum dan Sara Ortiz ini menunjukkan bahwa 81 persen perempuan merasa mereka lebih seksi ketika melakukan tanning atau prosedur menggelapkan kulit.
Dilansir dari laman Psychology Today, Judy Scheel Ph.D., L.C.S.W., CEDS mengatakan bahwa masyarakat cenderung mengikuti bagaimana penampilan dari figur kecantikan yang sering muncul di media. Di Asia, figur-figur yang tampil di televisi memiliki kulit putih, karena kulit putih sejak dahulu menyiratkan kesejahteraan dan kulit gelap menyiratkan ketidakmampuan diri membeli produk perawatan. Sebaliknya, figur-figur yang tampil di media barat sangat banyak menghadirkan sosok Kaukasia yang menggelapkan kulitnya karena orang yang berkulit gelap di Amerika Serikat dianggap tampak lebih sehat.
Kalau cantik itu tidak tetap di masing-masing budaya, lebih baik pertahankan keunikanmu sendiri saja!
Beauty Standard Selalu Berubah Menyesuaikan Zaman
Ilustrasi Baju Victoria/Foto: Canva/pixelshot |
Beauty standard selalu berubah dari masa ke masa. Dilansir dari laman CNN, perempuan yang berbadan gemuk dianggap cantik di abad ke 17-an karena dianggap dapat menghasilkan banyak keturunan. Di era Victoria tahun 1800-1900, perempuan cantik adalah mereka yang berkulit pucat dan punya pinggang sangat kecil. Jika tahun 1970 media dipenuhi selebriti berbadan kurus, tahun 1990-an para model berbadan atletis adalah panutan setiap perempuan.
Jika dilihat saat ini, setiap orang memiliki referensi tubuh idealnya sendiri-sendiri, tapi bukan berarti mereka tidak punya keinginan mengubah fisik alaminya. Padahal, perubahan ekstra yang kamu upayakan hari ini untuk mencapai tubuh ideal idamanmu belum pasti menjadi tipe ideal di masa yang akan datang.
Ini menjadi salah satu alasan mengapa beauty standard sia-sia untuk diikuti. Yakin fisikmu kuat selalu diubah mengikuti pergantian tren?
Beauty Standard Itu Sia-Sia untuk Diikuti, Ini Alasannya!
Ilustrasi beauty standard/Foto: Canva/LaylaBird
Beauty Standard Akan Membuatmu Selalu Merasa Kurang Cantik
![]() Ilustrasi Insecure/Foto: Canva/Ariwasabi |
Penilaian standar kecantikan itu seperti mencari pemenang dalam lomba. Namun, kriteria yang terus berubah dan mustahil untuk ditemukan sekaligus dalam diri seseorang secara alami membuatnya seperti lomba yang tidak akan punya pemenang.
Di antara banyaknya perempuan tinggi, perempuan tubuh mungil menjadi daya tarik tersendiri dan dijadikan standar kecantikan idaman di beberapa negara barat. Di antara banyaknya orang berhidung kecil, hidung mancung nan panjang menjadi idaman di negara-negara Asia.
Sedangkan, di atas langit masih ada langit. Akan selalu ada orang yang lebih tinggi, lebih putih, lebih kurus darimu. Alih-alih membuat percaya diri, kamu akan mendengar banyak perbandingan yang membuatmu jauh lebih tidak percaya diri lagi.
Selain itu, semakin masyarakat berusaha memiliki bentuk tubuh dan fitur wajah yang sama, beauty standard akan kembali menetapkan standar unik yang lebih sulit lagi untuk digapai agar ada figur-figur paling menonjol untuk ditampilkan di media.
Kalau sudah begini, jadi seperti lingkaran setan, dong?
Hasrat Berlebihan untuk Memiliki Kulit Putih Bisa Membahayakan
Ilustrasi krim wajah/Foto: Pexels.com/Shvets production |
Berapa banyak iklan kecantikan soal pemutih kulit yang pernah kamu temui? Jawabannya, pasti lebih dari satu kali setidaknya dalam satu minggu terakhir. Iklan skincare di Indonesia banyak yang membawa pesan pencerah kulit karena menyesuaikan tingginya minat masyarakat terhadap kulit putih.
Bahayanya, tingginya minat terhadap kulit putih ini telah mendorong pebisnis untuk menjual produk perawatan yang mengandung merkuri. Dilansir dari laman detikHealth, BPOM memetakan setidaknya ada tujuh merek krim wajah yang mengandung merkuri namun sangat laris di pasaran. Hal ini membuktikan bagaimana mitos kecantikan di masyarakat bisa dijadikan alat memanipulasi konsumen untuk menghabiskan uang mereka. Jangan mau diperdaya mitos dan malah berujung menyakiti kulitmu sendiri ya, Beauties!
Itu dia 4 alasan mengapa beauty standard sia-sia untuk diikuti. Alih-alih kamu menjadi percaya diri, justru rasa minder dan rasa tidak puasmu semakin menjadi-jadi. Padahal, kecantikan fisik tidak ada yang abadi. Pesona dan esensi keanggunan sejati sesungguhnya memancar dari karakter dan pembawaan diri.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
Pilihan Redaksi |


Ilustrasi krim wajah/Foto: Pexels.com/Shvets production