Belajar dari Rocky Gerung dan Silfester Matutina, Ini 5 Cara Berdebat yang Benar
Nama Rocky Gerung dan Silfester Matutina belakangan ini ramai diperbincangkan di media sosial usai keduanya debat panas di sebuah acara TV. Dari keduanya kita bisa belajar bahwa debat yang efektif bukan hanya soal memiliki argumen yang kuat, tetapi juga tentang cara menyampaikannya dengan tetap memperhatikan etika berdebat.
Teknik debat efektif bisa membantumu memenangkan argumen dan membangun kredibilitas di hadapan audiens ataupun publik. Dilansir dari Radical Candor, inilah beberapa cara berdebat yang benar dan tidak hanya fokus pada memenangkan adu argumen, tetapi juga bisa membangun pemahaman yang lebih baik antara berbagai pandangan.
Fokus pada Ide, Bukan Ego
![]() Ilustrasi/Foto: Unsplash/Amy Hirschi |
Agar pencarian jawaban terbaik tidak terhalang ego dan kepentingan pribadi, penting untuk mengarahkan diskusi pada fakta, bukan pada klaim ide atau perasaan individu. Tanamkan dalam benakmu tentang tujuan utama tersebut alih-alih hanya sekadar memenangkan argumen.
Ego adalah penghambat terbesar dalam mendapatkan jawaban yang tepat dan objektif. Jika mulai terlihat bahwa seseorang lebih fokus pada kemenangan argumen atau membandingkan ide dan rekomendasi pribadi, pembawa acara atau mediator harus segera mengintervensi dan mengarahkan peserta debat untuk fokus pada fakta.
Meminta Jeda
Ilustrasi/Foto: Unsplash/LinkedIn Sales Solutions
Kadang-kadang, seseorang bisa terlalu lelah ataupun terbakar emosi untuk terlibat dalam sebuah debat yang produktif. Oleh karena itu penting untuk menyadari saat-saat seperti ini karena biasanya hanya akan membuat debat berakhir dengan hasil yang buruk.
Solusinya adalah meminta jeda dan menghentikan diskusi untuk sementara. Jika seseorang tidak melakukan hal ini keputusan ataupun jawaban yang didapat di akhir debat mungkin akan diambil dengan terburu-buru atau bahkan akan terjadi konflik besar akibat emosi yang memuncak.
Menyelipkan Candaan
Ilustrasi/Foto: Unsplash/Christina @ wocintechchat.com
Suasana hati saat memulai debat sangat memengaruhi semua peserta debat. Ketika kamu bisa membuat debat menjadi menyenangkan, orang lain biasanya mengikuti. Kadang-kadang, humor sederhana atau cerita lucu yang disampaikan di awal pertemua bisa menciptakan suasana yang positif.
Selain itu, ingatlah bahwa nada yang kita sampaikan jauh lebih penting daripada apa yang sebenarnya kita katakan. Hal ini karena tidak semua orang menikmati debat dan mungkin merasa debat bersifat agresif atau mengancam; sebuah pemikiran yang tidak akan berakhir baik jika menerima argumen lawan yang disampaikan dengan nada yang intrusif.
Â
Memberikan Kejelasan Menjelang Debat Berakhir
Ilustrasi/Foto: Pexels/fauxels
Salah satu alasan debat sering dianggap menegangkan adalah perbedaan ekspektasi. Salah satu pihak hanya menginginkan keputusan sesegera mungkin, sedangkan pihak yang lain justru mau melanjutkan argumen di pertemuan berikutnya.
Untuk mengatasi masalah ini, sebaiknya pisahkan pertemuan debat dan pertemuan untuk mengambil keputusan tentang setiap topik yang didebatkan. Dengan cara ini, debat tidak akan berlarut-larut karena semua orang tahu kapan debat akan berakhir dan keputusan akan diambil.
Tidak Mengambil Keputusan saat Situasi Memanas
Ilustrasi/Foto: Unsplash/CoWomen
Sering kali, ketika suasana debat menjadi terlalu memanas dan menyesakkan, ada dorongan untuk segera membuat keputusan. Di saat-saat seperti ini, alih-alih segera mengambil keputusan demi meraih ketenangan semu, sebaiknya pembawa acara atau mediator menjaga debat tetap berjalan untuk mencapai solusi terbaik.
Sebuah debat, sebenarnya, justru membuat individu berkembang dan pihak-pihak yang terlibat bisa bekerja lebih baik secara kolektif. Menghentikan debat terlalu cepat bisa menghambat proses ini sehingga penting untuk terus mendorong diskusi sampai solusi yang optimal ditemukan.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
