Belajar dari Video Prank KDRT Baim Wong yang Berujung Dipolisikan, Ini Sejumlah Pertimbangan Sebelum Bikin Video Prank
Baru-baru ini, di tengah panasnya pemberitaan KDRT yang diduga dilakukan oleh Rizky Billar terhadap Lesti Kejora, Baim Wong kembali dihujani kecaman masyarakat karena mempublikasikan videonya yang berhasil nge-prank polisi, yaitu ketika istrinya (Paula Verhoeven) melapor pada polisi bahwa Baim melakukan KDRT terhadap dirinya.
Terbaru, mengutip detikNews (4/10) Baim Wong dan Paula telah dilaporkan ke polisi buntut konten yang mereka buat tersebut.
Well, Beauties, mem-posting sesuatu di media sosial memang mudah, dapat dilakukan kapan dan di platform mana pun. Namun, bukan hanya kecepatan menayangkan konten yang berkaitan dengan berita viral yang sebaiknya diusahakan, karena harapannya jangan sampai menimbulkan kecaman pada sang kreator nantinya.
Jadi, apa saja yang perlu dilakukan sebelum terlanjur memposting video, juga tweet, status, foto, opini, atau komentar di media sosial?
1. Pertimbangkan Matang-matang
![]() Video prank KDRT Baim Wong berujung kasus hukum/Foto: Freepik/Tusik Only |
Kamu perlu mempertimbangkan matang-matang jika tak mau karyamu berujung dinilai tidak etis, tidak bermoral, bahkan berpotensi harus di-take down.
Pertimbangkan dulu tujuan dan alasanmu memposting konten tertentu, serta sisi positif dan negatifnya setelah published. Apalagi bila menyangkut kasus kekerasan dan pelanggaran hukum yang ternyata sekadar video prank. Seperti itulah yang dikutip dari LIDA360.
2. Saring Sebelum Sharing
Sadari bahwa tidak semua hal layak dijadikan konten demi AdSense, endorsement, dan engagement. Maka, di samping meraup keuntungan, kita semua mempunyai 'tanggung jawab moral' untuk memberikan tayangan positif.
Pertimbangkan apakah konten yang dibuat dapat bermanfaat bagi penonton, apakah isinya sensitif atau tidak, layak, dan juga apakah kamu ingin diperlakukan seperti yang kamu lakukan di videomu—ditipu, dibercandai, atau dibohongi oleh orang lain pada hal yang serius (dalam hal ini KDRT)?
Well, mungkin memang ada baiknya melakukan riset mendalam dari topik konten yang memang menarik perhatianmu terlebih dulu, sebelum cepat-cepat konten itu untuk tayang, ya?
3. Terima Feedback Negatif
Kamu perlu bersikap lapang dada jika kontenmu dinilai berdampak negatif terhadap kehidupan masyarakat, apalagi ke penegakan hukum. Dengarlah masukan-masukan dari orang terdekat maupun netizen yang mengkritik videomu yang dinilai menimbulkan masalah. Setelah itu, tunjukkan bahwa kamu telah belajar dari kesalahan dengan membuat konten yang lebih baik. Seperti itulah yang dikutip dari Backstage.
Sebagai pelengkap, mengutip dari WittySparks, punya kemampuan mendengarkan merupakan hal penting yang perlu dilakukan seorang kreator konten. Jadikan kritik membangun sebagai kesempatan untuk belajar. Dalam hal ini, konten Baim dan Paula diketahui bukanlah yang pertama mendapat sorotan, kritik hingga kecaman dari khalayak.
4. Punya Empati
![]() Video prank KDRT Baim Wong berujung kasus hukum/Foto: Instagram/baimwong |
Melansir dari laman Zahir, empatimu sebagai makhluk sosial dan pengguna jejaring sosial harus tetap dipegang erat dan jangan sampai diabaikan. Pertimbangkan dampaknya apabila di-posting, tak berapa lama setelah kamu mendengar berita bahwa keluarga, teman dekat, dan banyak orang lain di luar sana menjadi korban KDRT.
Bersikap empati berarti dapat membayangkan apakah jika kamu menjadi korban, kamu akan senang bila melihat video public figure yang menjadikan KDRT sebagai bercandaan dan lelucon, dan bukan masalah serius?
Sadari bahwa membuat orang-orang tidak nyaman lalu menjadikan masalah yang sedang menimpanya sebagai bahan tertawaan orang lain bukanlah hiburan, namun bisa dikatakan sebagai kejahatan. Demikianlah yang dilansir dari DU Beat.
5. Pikirkan Konsekuensi Setelah Membuat Kebohongan
Dilansir dari HubPages, seperti ajaran moral kehidupan yang sederhana, kebohongan yang kamu perbuat berpotensi membuat orang tak akan lagi mau mempercayai dan bisa meninggalkanmu.
Poin ini adalah hal yang paling tidak kita harapkan, yaitu rusaknya kepercayaan publik atau orang sekitar, risiko berkurangnya dukungan dan perlindungan dari aparat penegak hukum untuk para korban KDRT betulan, hingga korban KDRT yang takut melapor karena diasumsikan sebagai prank.
---
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
Pilihan Redaksi |

