Berawal dari Pelaku Merasa Iri, 4 Jenis Karyawan Ini Berpotensi Menjadi Korban Bullying di Tempat Kerja

Diyah Ma'rifathul Wulandinii | Beautynesia
Senin, 16 Jan 2023 17:00 WIB
Berawal dari Pelaku Merasa Iri, 4 Jenis Karyawan Ini Berpotensi Menjadi Korban Bullying di Tempat Kerja/Foto: Pexels.com/krukov

Tidak hanya terjadi di lingkungan pertemanan, tempat belajar, atau transportasi umum, bullying atau perlakuan mengintimidasi orang lain juga terjadi dalam lingkungan pekerjaan, Beauties. Ini menyebabkan kurang sehatnya situasi dalam lingkup profesional.

Perlakuan intimidasi ini cenderung ditujukan kepada mereka yang dirasa lemah atau memiliki peranan tertentu sehingga membuat orang lain merasakan kecemburuan sosial. Tindakan ini bisa dilakukan secara sadar maupun tidak oleh pelaku.

Dikutip dari Very Well Mind, perbuatan yang dapat mengancam kesehatan mental ini berpotensi pada pekerja tertentu, di mana mereka cenderung mendapatkan perhatian lebih karena potensinya masing-masing. Berikut jenis karyawan yang berpotensi menjadi korban bullying, yuk cari tahu!

Pekerja Terampil


Bullying di tempat kerja/foto: freepik.com/benzoix

Pekerja dengan keterampilan yang berkompeten tinggi lebih mudah menjadi sasaran bullying karena perhatian dari orang sekitar padanya. Hal ini tidak menutup kemungkinan kecemburuan atau kedengkian tertuju pada mereka dan dibalaskan melalui tindakan intimidasi.

Pelaku merasa tidak memiliki kapasitas kreativitas, keahlian, tekad, dan kecerdasan lebih baik dari korban. Kurangnya kepercayaan diri mereka yang diungkapkan secara keliru dapat merugikan orang lain meski sedang sama-sama berproses dalam lingkungan kerja.

Pekerja Nonkonfrontatif


Bullying di tempat kerja/foto: freepik.com/nakaridore

Bullying di tempat kerja juga dapat ditujukan pada pekerja nonkonfrontatif, lho. Jangan salah, kita tidak pernah tahu bagaimana pemikiran orang satu sama lain. Tidak hanya karena iri, mereka yang jarang di posisi kontra sering kali menjadi sasaran intimidasi karena jarang memberikan penolakan.

Pekerja yang penurut untuk selalu menyelesaikan urusan sebagaimana aturan-aturan lama atau baru akan lebih mudah dimanfaatkan oleh orang lain untuk mencapai tujuan mereka sebagai bentuk lain dari perilaku intimidasi.

Tindakan seperti ini tentu juga mengancam kesehatan mental pekerja, di mana tuntutan tidak hanya datang dari urusan pekerjaan. Namun, juga dari perlakukan seenaknya dari orang lain tanpa memberikan batasan secara jelas mengenai pekerjaan apa saja yang harus diselesaikan dan tidak.

(naq/naq)