'Cowok Pura-pura Maskulin' Viral di TikTok, Apa Sih Arti Performative Male Itu?

Maura Valysha Carmelie | Beautynesia
Rabu, 06 Aug 2025 07:45 WIB
What Makes a ‘Performative Male’? Let’s Break It Down!
Ciri khas/Foto: tiktok.com/namyarfx

Beauties, pernahkah kamu melihat laki-laki pakai tote bag ala musisi indie, minum matcha latte, baca buku feminis sambil mendengarkan Clairo atau Beabadoobee lewat headphone kabel? Yup, itulah potret yang ramai dibahas di TikTok dan X belakangan ini. Banyak netizen menyebutnya sebagai tren performative male.

Bahkan, tren ini sampai dibuat jadi kontes loh! Mulai dari Performative Male Contest di New York, sampai versi Jakarta-nya yang digelar pada 2 Agustus 2025. Hashtag #performativemale pun langsung meledak, buat warganet ramai-ramai berdiskusi soal arti maskulinitas versi Gen Z. Singkatnya, pria pura-pura maskulin ini bukan tipe macho atau jantan. Justru mereka menampilkan sisi soft, calm, dan sensitif karena dianggap lebih menarik di mata perempuan. 

Di sisi lain, apakah itu benar-benar mereka? Hmm, belum tentu. 

Apa Arti Performative Male?

Apa Arti Performative Male?/Foto: freepik.com/garakta_studio

Secara sederhana, performative male adalah laki-laki yang menunjukkan sisi lembut atau feminin, bukan karena dirinya nyaman jadi seperti itu, tapi karena ingin tampil menarik di mata perempuan. Misalnya, tiba-tiba suka K-pop, bawa buku feminis, atau minum matcha, padahal sebelumnya tak pernah suka, itu bisa jadi contoh performative.

Berbeda dengan “nice guy” yang memang punya sifat baik secara alami, performative male ini lebih ke pencitraan. Banyak Gen Z yang melihat ini sebagai strategi supaya terlihat peka, berwawasan, dan relatable. Namun kadang jadi terasa dipaksakan, karena tujuannya bukan ekspresi diri, melainkan demi validasi sosial.

What Makes a ‘Performative Male’? Let’s Break It Down!

Ciri khas/Foto: tiktok.com/namyarfx

Gaya mereka tuh cukup mudah dikenali, lho. Ini beberapa cirinya:

  1. Outfit serba netral dan artsy, biasanya pakai tote bag vintage dan kamera film.
  2. Ngopi wajib aesthetic, matcha latte jadi pilihan utama, dan selalu duduk di spot cafe yang paling estetik.
  3. Bawa buku ‘berat’, biasanya tentang feminisme atau sastra alternatif, agar terlihat intelek (meski belum tentu dibaca).
  4. Playlist musik indie galau, seperti Phoebe Bridgers, Clairo, atau Beabadoobee.
  5. Aksesori ala ‘aesthetic guy’, mulai dari headphone kabel, sepatu jadul, sampai phone case transparan berisi foto analog.
  6. Gestur tenang dan pelan, seolah hidupnya adalah film indie penuh quotes bijak.

Kenapa Tren Ini Bisa Viral?

Kenapa Bisa Viral/Foto: tiktok.com/su1ting_up/kkambingpirang

Netizen punya pendapat yang cukup beragam. Ada yang menganggap tren ini positif karena memberi ruang ekspresi baru untuk laki-laki, tapi tak sedikit juga yang merasa ini sekadar gimmick atau gaya-gayaan. Apalagi di era TikTok, gaya seperti ini mudah ditiru.

Mulai dari cara berpakaian, filter yang dipakai, sampai caption dan lagu latar, semuanya jadi semacam template performa sosial. Laki-laki yang tampil lembut dan sensitif pun dinilai lebih menarik, terutama karena jadi ‘kontra’ dengan maskulinitas tradisional yang sering diasosiasikan dengan gym bro atau toxic masculinity.

Apa Kata Para Ahli: Hybrid Masculinity & Gender Performativity

Hybrid Masculinity & Gender Performativity/Foto: tiktok.com/tenuedeattire/flolerigolol

Para ahli menyebut fenomena ini sebagai bentuk hybrid masculinity yaitu gabungan antara simbol maskulin dan simbol feminin, yang dibentuk untuk menyesuaikan standar sosial kekinian. Menurut teori Judith Butler, gender itu sebenarnya adalah performa yang terus diulang sesuai norma. Nah, male performative ini dianggap sedang ‘memainkan’ peran yang buat mereka diterima sebagai maskulin yang lebih modern.

Namun, tetap ada kritik terutama soal autentisitas. Banyak yang bertanya-tanya, apakah lelaki ini benar-benar suka hal-hal yang ia tampilkan, atau hanya ingin terlihat sesuai selera publik? Di sinilah muncul lagi diskusi soal ketulusan dan pencitraan dalam dunia yang serba visual seperti sekarang.

Dari New York hingga Taman Langsat

Dari New York hingga Taman Langsat/Foto: tiktok.com/namyarfx/zayd.zidane

Tren ini tak hanya ada di luar negeri, lho. Di New York, kontes Performative Male sempat digelar pada 21 Juli 2025 dan buat heboh. Sementara versi lokalnya hadir di Taman Langsat, Jakarta Selatan, pada 2 Agustus 2025 lengkap dengan hadiah uang tunai dan matcha gratis!

Selebritas seperti Timothée Chalamet dan Paul Mescal disebut-sebut sebagai representasi visual dari performative male, karena peran mereka sebagai laki-laki sensitif di film adaptasi novel seperti Little Women dan Normal People.

Dengan mengerti lebih dalam soal tren ini, kita bisa lebih jeli membedakan mana yang tulus dan mana yang sekadar tren. So, Beauties, menurut kamu, performative male ini charming atau malah agak gimmicky?

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang dapat ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(dmh/dmh)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE