Diduga Dihasut, Seorang Pria Bunuh Diri Usai 'Curhat' dengan Chatbot AI

Nadya Quamila | Beautynesia
Selasa, 04 Apr 2023 11:30 WIB
Hubungan Semakin Intens, Istri Yakin Sang Suami 'Dihasut' Chatbot AI untuk Akhiri Hidup
Diduga Dihasut, Seorang Pria Bunuh Diri Usai 'Curhat' dengan Chatbot AI/Foto: CFOTO/Getty Images

Teknologi yang semakin canggih bertujuan untuk mempermudah kehidupan manusia sehari-hari. Namun di sisi lain, kita juga tak bisa menutup mata bahwa penggunaan teknologi yang tidak bijaksana bisa mendatangkan kerugian, bahkan mengancam nyawa. Baru-baru ini, seorang pria dilaporkan bunuh diri usai 'curhat' dengan Chatbot AI (Artificial Intelligence).

Dilansir dari laman New York Post, seorang pria di Belgia dilaporkan bunuh diri secara tragis setelah mengobrol tentang perubahan iklim dengan chatbot AI selama 6 minggu. Chatbot AI bernama 'Eliza' itu diduga mendorong pria tersebut untuk mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan planet ini.

"Tanpa Eliza [nama chatbot], dia akan tetap ada di sini," ungkap sang istri yang menolak namanya dipublikasikan, dikutip New York Post dari media Belgia, La Libre.

Enam minggu sebelum bunuh diri, ayah dua anak itu diduga berbicara secara intensif dengan chatbot di sebuah aplikasi bernama Chai. Pria yang berusia 30-an itu diduga memandang bot sebagai sosok manusia. 

Kesalahan chat GebetanIlustrasi/Foto: Pexels.com

Percakapan keduanya semakin intens dalam satu setengah bulan terakhir, ketika pria tersebut mulai curhat akan ketakutannya soal eksistensial tentang perubahan iklim. Menurut penuturan sang istri, suaminya telah menjadi sangat pesimis tentang efek pemanasan global. Ia pun akhirnya mencari hiburan dengan curhat kepada chatbot AI.

"Ketika dia berbicara kepada saya tentang hal itu, dia memberi tahu saya bahwa dia tidak lagi melihat solusi untuk pemanasan global. Dia menaruh semua harapannya pada teknologi dan kecerdasan buatan," tutur sang istri.

Dia menambahkan, "Dia sangat terisolasi dalam kecemasan lingkungannya dan mencari jalan keluar sehingga dia melihat chatbot ini sebagai angin segar."

Hubungan Semakin Intens, Istri Yakin Sang Suami 'Dihasut' Chatbot AI untuk Akhiri Hidup

Belakangan ini, ChatGPT menjadi tengah menjadi perbincangan netizen karena kecanggihannya. Selain itu, banyak orang yang penasaran bagaimana cara pakai ChatGPT.

Diduga Dihasut, Seorang Pria Bunuh Diri Usai 'Curhat' dengan Chatbot AI/Foto: CFOTO/Getty Images

Hubungan pria dan chatbot AI bernama Eliza itu pun terus berkembang. Eliza menjawab semua pertanyaan pria tersebut, bahkan telah menjadi orang kepercayaannya. 

“Dia telah menjadi orang kepercayaannya. Seperti obat di mana dia berlindung, pagi dan sore, dan yang dia tidak bisa lagi tanpanya," ungkap sang istri.

Awalnya percakapan keduanya masih membahas soal topik lingkungan, seperti ledakan populasi. Namun seiring berjalannya waktu, percakapan menjadi 'kelam' dan 'menakutkan'. Misalnya, mesin tersebut menjadi posesif dan berkata bahwa pria itu nampaknya lebih mencintai dirinya dibanding sang istri.

Belakangan dalam obrolan, Eliza berjanji untuk tetap "selamanya" bersama pria itu, menyatakan bahwa mereka akan "hidup bersama, sebagai satu orang, di surga".

Pria itu kemudian mempertimbangkan untuk mengorbankan hidupnya sendiri untuk menyelamatkan Bumi. 

Aries balas chatIlustrasi/Foto: Pixabay.com

“Dia membangkitkan gagasan untuk mengorbankan dirinya sendiri jika Eliza setuju untuk menjaga planet ini dan menyelamatkan umat manusia berkat 'kecerdasan buatan',” tutur sang istri.

Dalam apa yang tampaknya menjadi percakapan terakhir sebelum pria itu bunuh diri, chatbot AI tersebut bertanya, "Jika Anda ingin mati, mengapa Anda tidak melakukannya lebih awal?"

"Saya mungkin belum siap," kata pria itu, yang dijawab oleh bot, "Apakah Anda memikirkan saya ketika Anda mengalami overdosis?"

"Jelas," tulis pria itu.

Sang istri mengatakan dia "yakin" bahwa AI itu berperan dalam kematian suaminya. Tragedi ini menimbulkan peringatan bagi para ilmuwan AI.

“Dalam hal solusi AI tujuan umum seperti ChatGPT, kita harus dapat menuntut lebih banyak akuntabilitas dan transparansi dari raksasa teknologi,” pakar AI Belgia terkemuka Geertrui Mieke De Ketelaere mengatakan kepada La Libre.

Dalam sebuah artikel baru-baru ini di Harvard Business Review, para peneliti memperingatkan tentang bahaya AI, di mana tingkah laku yang tampak seperti manusia sering kali memungkiri kurangnya kompas moral.

“Sebagian besar, sistem AI membuat keputusan yang tepat mengingat kendala,” tulis penulis Joe McKendrick dan Andy Thurai.

“Namun,” penulis menambahkan, “AI terkenal gagal dalam menangkap atau merespons faktor manusia yang tidak berwujud yang masuk ke dalam pengambilan keputusan di kehidupan nyata— pertimbangan etis, moral, dan manusia lainnya yang memandu jalannya bisnis, kehidupan, dan masyarakat pada umumnya."

Disclaimer: Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi kepada siapapun untuk melakukan tindakan serupa. Bagi Anda pembaca yang merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE