Dijuluki "Newton of Gaza", Ini Kisah Remaja Palestina yang Hasilkan Listrik Hanya dari Kipas Angin
Penjajahan dan genosida yang dilakukan Israel terhadap Palestina masih terus berlanjut. Bahkan hingga saat ini, jumlah korban jiwa terus meningkat. Menurut Menteri Kesehatan Gaza, di hari ke-131, pada Kamis (15/2), jumlah korban yang syahid sudah mencapai 28.576 orang dan sebanyak 68.291 orang mengalami luka-luka terhitung sejak 7 Oktober 2023 lalu.
Tidak hanya itu, serangan yang dilancarkan oleh Israel ini juga telah merusak sejumlah fasilitas umum dan lebih dari 50 persen rumah warga Gaza telah luluh lantak. Akibatnya, banyak warga Gaza yang harus pergi mengungsi. Salah satu tempat yang menjadi tujuan utama mereka untuk mengungsi adalah Rafah.
![]() Kamp Rafah yang ditinggali warga Gaza/Foto: dok. ABC News |
Rafah merupakan wilayah perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir yang terletak di Gaza Selatan. Sebelumnya, tempat ini telah diklaim oleh pemerintah Israel sebagai zona aman. Melansir dari Reuters, lebih dari separuh 2,3 juta penduduk Gaza tinggal di kamp Rafah ini.
Meskipun mereka kekurangan kebutuhan hidup yang paling dasar, seperti makanan, air dan listrik, namun, penderitaan tersebut tampaknya telah melahirkan harapan dan inovasi baru dari para pemuda penerus bangsa yang tidak mengenal kata menyerah itu.
Hal ini dibuktikan dari salah satu remaja Palestina bernama Hussam Al-Attar (15) yang berhasil menghasilkan listrik hanya dari kipas angin untuk menerangi tenda keluarga mereka di kamp Rafah. Penemuannya ini membuat ia dijuluki sebagai "Newton of Gaza".
Lantas, bagaimana kisah Hussam Al-Attar hingga bisa menemukan penemuan tersebut? Berikut kisah remaja Palestina yang dijuluki sebagai "Newton of Gaza" karena berhasil menghasilkan listrik hanya dari kipas angin. Check it out!
Hussam Al-Attar
Hussam Al-Attar/Foto: dok. Reuters
Sebagai pengakuan atas kecerdikannya, orang-orang di sekitar tenda kamp Rafah memberinya julukan "Newton of Gaza".
“Mereka mulai memanggil saya Newton-nya Gaza karena kemiripan antara saya dan Newton,” kata Hussam Al-Attar, dikutip dari Reuters, Jumat (16/2).
Sementara itu, alasan utama yang membuatnya terpikirkan akan penemuan ini adalah keinginannya untuk memberikan penerangan agar sepupunya bisa melihat di malam hari. Sebab, saat malam tiba, kamp menjadi gelap dan hal tersebut sangat menakutkan. Apalagi ketika ada roket-roket yang mulai berjatuhan ke arahnya, oleh karena itu remaja Palestina berusia 15 tahun itu terpikirkan untuk menciptakan cahaya.
Dengan bantuan alat sederhana, ia berhasil menghasilkan listrik yang hanya terdiri dari dua buah kipas angin. Momen ketika ia membuat generator listrik dengan alat sederhana dan primitif ini ternyata menjadi viral di media sosial.
Melansir dari Al Jazeera, salah satu pengguna platform X ada yang berkomentar, "Jenius karena dia bisa menerangi kamp dengan kemungkinan-kemungkinan yang paling sederhana."
Bahkan ada juga yang berkomentar dengan memujinya, "Sebuah bangsa yang tidak menyerah dan tidak mati."
Cara Hussam Al-Attar Menghasilkan Listrik Hanya dari Kipas Angin
Hussam Al-Attar berhasil ciptakan listrik hanya dari kipas angin/Foto: dok. Reuters
Untuk bisa menghasilkan listrik, Hussam Al Attar hanya menggunakan dua buah kipas angin. Kipas tersebut ia pasang di atas tenda, satu kipasnya ia letakkan di atas kipas yang lain, untuk bertindak sebagai turbin angin kecil yang mampu mengisi baterai.
Setelah pemasangan kipas tersebut selesai, ia kemudian menyambungkan ke kabel yang melintasi rumah dan menggunakan sakelar, bola lampu, serta sepotong kayu lapis tipis yang direntangkan ke dalam tenda agar bisa menciptakan sistem penerangan.
Kendati demikian, sebelum penemuannya bisa seberhasil ini, Hussam Al-Attar mengakui sempat mengalami kegagalan pada dua percobaan pertamanya. Ia juga menambahkan bahwa butuh beberapa saat baginya untuk bisa mengembangkan sistem hingga akhirnya ia baru bisa berhasil pada percobaan ketiga.
“Saya mulai mengembangkannya lebih lanjut, sedikit demi sedikit, hingga saya bisa menyambungkan kabel-kabel itu melalui ruangan hingga ke tenda yang kami tempati, sehingga tenda tersebut memiliki penerangan,” ujar Hussam Al-Attar.
Ia melanjutkan, “Saya sangat senang bisa melakukan ini, karena saya meringankan penderitaan keluarga saya, ibu saya, ayah saya yang sakit, dan anak-anak adik laki-laki saya yang masih kecil, dan semua orang di sini yang menderita karena kondisi yang kami jalani selama ini."
Memiliki Impian Menjadi Ilmuwan
Hussam Al-Attar dijuluki Newton of Gaza/Foto: dok. Al Jazeera
Mendapat julukan "Newton of Gaza" membuat Hussam Al-Attar merasa senang sekaligus termotivasi dan tetap berpegang teguh pada mimpi serta ambisinya. Ia bertekad untuk bisa mencapai mimpinya menjadi seorang ilmuwan.
“Saya sangat senang orang-orang di kamp ini memanggil saya Newton of Gaza karena saya berharap dapat mencapai impian saya menjadi ilmuwan seperti Newton dan menciptakan penemuan yang tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat Jalur Gaza, tetapi juga seluruh dunia,” ungkapnya kepada Reuters.
Lebih lanjut, ia juga mengatakan bahwa ia menyukai kehidupan yang ia jalani saat ini. Oleh karena itu, ia tidak akan menyerah pada mimpinya untuk menjadi seorang ilmuwan dan ia mengatakan bahwa Palestina tidak akan mati dalam dirinya, sebagaimana yang dilansir dari Middle East Monitor.
![]() Hussam Al-Attar/Foto: dok. Quds News Network |
Mimpinya tersebut pun didukung penuh oleh ibunya dan ibunya mengungkapkan bahwa ia sangat bangga akan prestasi anaknya itu, "Ia berbakat sejak usia muda. Ia suka bermain-main dengan apa pun yang ia bisa dan ia membuat sesuatu yang berguna dari ketiadaan dan keluarga-keluarga juga memintanya untuk memperbaiki peralatan listrik mereka,” katanya dalam Quds Press.
Ibu Al-Attar berharap bisa melihat anaknya sebagai seorang ilmuwan hebat yang akan memberikan manfaat bagi komunitas dan perjuangannya. “Ini adalah generasi Palestina yang tidak akan terkalahkan. Ini adalah generasi yang mencari kehidupan di tengah kegelapan dan kematian,” lanjutnya.
Sementara itu, kondisi di kamp Rafah saat ini sedang tidak baik-baik saja setelah Israel melakukan serangan dini hari di Rafah, pada Senin (12/2). Padahal sebelumnya, Rafah telah diklaim sebagai zona aman oleh pihak Israel dan menjadi tempat perlindungan terakhir bagi warga Gaza dari penjajahan yang dilakukan zionis Israel.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

