Dilema Kendaraan Listrik: Ramah Lingkungan, tapi Merusak Alam?

Narita Fuji Triani | Beautynesia
Rabu, 02 Apr 2025 20:00 WIB
Keunggulan Kendaraan Listrik
Ilustrasi/Foto: pexels.com/Mike Bird

Kendaraan listrik saat ini tengah populer sebagai solusi kendaraan ramah lingkungan. Tujuan dari dikembangkannya kendaraan listrik adalah untuk mengurangi emisi karbon dan ketergantungan bahan bakar fosil. Selain itu, kendaraan listrik dinilai bisa membuat udara lebih bersih dan energi lebih efisien. 

Saat ini, banyak negara mulai beralih ke mobil listrik sebagai bentuk keberlanjutan. Namun di balik hidup yang lebih hijau ini, terdapat dilema yang mungkin jarang dibahas: apakah kendaraan listrik benar-benar ramah lingkungan secara keseluruhan?

Keunggulan Kendaraan Listrik

Ilustrasi/Foto; pexels.com/Mike Bird

Ilustrasi/Foto: pexels.com/Mike Bird

Kendaraan listrik memiliki beberapa keunggulan dibanding kendaraan berbahan bakar fosil, selain bisa mengurangi emisi karbon sehingga disebut ramah lingkungan, berikut ini beberapa keunggulan kendaraan listrik yang dilansir dari laman Astra Car Valuation, yaitu:

  1. Lebih Irit: Biaya kendaraan listrik dibanding mobil konvensional yaitu lebih irit dalam perawatan yang tidak harus dirawat secara rutin. Mobil listrik juga lebih halus dan tidak berisik. Selain itu, mobil listrik juga bisa menghemat biaya bahan bakar karena menggunakan energi listrik sebagai penggerak.
  2. Mudah mengisi daya: Mobil listrik menggunakan baterai isi ulang dengan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan BBM. Perbandingannya pun dilihat dari harga yang lebih ramah di kantong.
  3. Bebas ganjil genap: Terdapat aturan dalam  Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 88 Tahun 2019 dan Perubahan atas Peraturan Gubernur No. 155 Tahun 2018 tentang Pembatasan Lalu Lintas dan Sistem Ganjil Genap bahwa mobil listrik bebas berkendara di Jakarta dan tidak terikat peraturan ganjil genap.

Dilema Kendaraan Listrik: Benarkah Merusak Alam?

Ilustrasi/Foto: pexels.com/Pixabay

Produksi kendaraan listrik yang tengah banyak diminati di berbagai negara dunia yang melonjak, termasuk baterainya membutuhkan banyak sumber daya alam dalam jumlah yang besar, salah satunya nikel. Indonesia menjadi negara penghasil nikel terbesar di dunia. Saat ini, terdapat puluhan pabrik pengolahan nikel atau smelter nikel tersebar di beberapa wilayah Indonesia.

Sebuah unggahan di laman Instagram @dw_environment menunjukkan gambaran tentang pembangunan pabrik-pabrik nikel di Indonesia yang merusak alam. Seluas 7.500 hektar hutan telah di deforestasi. Pengurangan luas hutan yang digantikan dengan 27 smelter nikel dan direncanakan menambah 22 pabrik lagi.

Tak hanya hutan, dalam unggahannya tersebut juga menyoroti kehidupan di Raja Ampat, Papua. Raja Ampat merupakan salah satu wilayah dengan keanekaragaman hayati yang tinggi. Lebih dari 14.000 spesies ikan, penyu laut, pari manta dan 70% spesies kerang yang terkenal di dunia terancam punah dan harus dilindungi. Para pemerhati lingkungan menyerukan kepada pemerintah Indonesia untuk melindungi hutan alam dengan undang-undang atau hukum yang tegas. Selain itu, @dw_environment juga mengatakan bahwa untuk membantu menghindarinya, kita dapat mendaur ulang nikel yang sudah beredar.

“Permintaan nikel di Indonesia merupakan tanda peringatan bahwa “keberlanjutan” dan sumber daya yang etis mungkin bertentangan dengan EV (kendaraan listrik)” Tulis @dw_environment

Unggahan tersebut hingga saat ini menarik banyak komentar netizen, sebagian besar dari mereka mengemukakan pendapat tentang keberadaan kendaraan listrik yang dinilai ramah lingkungan tersebut dengan segala dinamikanya, termasuk masalah politik.

“Ugh. Begitu banyak kecemasan. 😥 Terkadang sulit untuk tetap optimis tentang masa depan. Namun saya percaya, dan berharap bahwa kita akan menjadi lebih baik sebagai masyarakat. Bahwa generasi kita dan mereka yang lebih muda dari kita akan membuat perubahan dalam skala yang bahkan tidak dapat kita bayangkan, tetapi semuanya menjadi lebih baik!” komentar @cur********.

“Kita hanya butuh lebih sedikit mobil. Lebih sedikit SUV. Dan kita perlu mendaur ulang lebih banyak baterai.” tulis @jp&******.

“Saya selalu berkata kepada murid saya: Saya tidak melihat EV sebagai solusi.. Tetapi malah menjadi masalah. Lingkungan kita tidak mampu menanggung akibatnya. Ini adalah hasil dari "Pemimpin yang juga pengusaha yang menjadi pemimpin negara kita". Jangankan lingkungan... Mereka melihat spesies yang terancam punah sebagai hama.. Bukan sesuatu yang perlu kita selamatkan…” komentar @pr*******.

“Sayangnya, diperlukan lebih banyak kerusakan pada lingkungan untuk memproduksi kendaraan bermesin pembakaran. Penambangan minyak menyebabkan lebih banyak kerusakan pada lingkungan perairan, tidak peduli Anda melihatnya atau tidak. Pengangkutan semua minyak yang terus-menerus Anda bakar. Untungnya, orang-orang yang jauh lebih pintar dari kita telah menghitung semuanya, dan ya, kendaraan listrik jauh lebih sedikit kerusakannya sepanjang masa pakainya daripada mobil yang menggunakan bahan bakar minyak,” tulis @ma********.

“Lucunya negara-negara Uni Eropa hanya mengecam Indonesia ketika hal itu berdampak pada mereka, saya tidak melihat berita semacam ini dari perusahaan media Uni Eropa ketika Indonesia masih menjual nikel mentah,” tulis as****.

[Gambas:Instagram]

Dilema kendaraan listrik telah lama menjadi topik yang dibahas, mulai dari masalah lingkungan hingga persoalan dengan negara-negara Barat. Bagaimana pendapatmu, Beauties?

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(dmh/dmh)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE