Empati Tak Selamanya Baik, Ini Tanda Kalau Kepedulianmu Mengancam Kesehatan Mental

Diyah Ma'rifathul Wulandinii | Beautynesia
Senin, 04 Oct 2021 21:00 WIB
Memiliki rasa empati juga dapat melelahkan untuk sebagian orang, terutama orang yang mudah menyerap emosi. (foto: freepik.com/rawpixel.com)

Rasa empati memiliki tingkatan lebih dibanding simpati. Ketika melihat orang lain mengalami masa sulit, pemilik empati mampu merasakan hal yang sama. Tidak jarang perasaan ini berujung pada tindakan untuk membantu orang keluar dari masa sulitnya.

Sayangnya, empati tinggi tidak selamanya memberikan dampak positif. Bukannya merasa lega setelah membantu orang lain, emosi yang terserap mampu menimbulkan rasa lelah atau menyesakkan.

Orang yang mudah merasakan lelah setelah berempati dikenal dengan emotional sponge atau penyerap emosi. Pahami karakteristiknya, yuk, Beauties!

Banyak Mendengar


Rasa empati yang timbul dari cerita orang lain/foto: freepik.com/shurkin_son

Menjadi pendengar yang baik membantu kita menemukan sudut pandang baru, tapi hal ini tidak selalu berakhir baik. Bagi si penyerap emosi, mendengar cerita sulit dari orang lain tidak hanya membuatnya berempati, melainkan ikut merasakan kelelahan yang sama.

Empati tinggi akan membuat si penyerap emosi ikut mencari apa yang salah dari masalah yang ada. Hal ini tentu akan ikut menguras energinya. Mendengar cerita saja dirasa kurang apabila tidak terlibat dalam mencari jalan keluar.

Merasa Bertanggung Jawab Atas Orang Lain


Empati tinggi akan mendorong si penyerap emosi bertanggung jawab atas orang lain/foto: freepik.com/freepik

Dikutip dari Psycology Today, menurut seorang psikolog klinis dan pendiri Together CBT di New York, Amelia Aldao, Ph.D, memecahkan sebuah permasalahan ketika tidak diimbangi dengan pikiran jernih hanya akan menjebak seseorang dalam lingkaran melelahkan.

Hal serupa berlaku ketika si penyerap emosi merasa dirinya bertanggung jawab atas masa sulit orang lain. Empati tingginya mendorong untuk terlibat dalam permasalahan dan perasaan yang dimiliki orang lain.

Mudah Merasa Sensitif


Rasa empati yang berlebihan mampu menjebak sensitivitas/foto: freepik.com/drobotdean

Si penyerap emosi memiliki kecenderungan untuk merasa sensitif atas apa yang terjadi pada orang lain. Berawal dari responnya untuk ikut merasakan sulitnya masalah orang lain, lelah yang menyerang ikut mengganggu keseimbangan emosinya.

Rasa empati perlu dikontrol agar mampu diberikan sesuai porsinya. Seperti yang dikutip dari Psychology Today, menurut Maureen Healy, seorang penulis buku The Emotinally Healthy Child, rasa sensitif perlu diperhatikan untuk mengambil langkah yang tepat.

Perasaan sensitif tidak jarang akan mengganggu produktivitas seseorang. Seperti mudah merasa kesal, tidak bersemangat, dan kurangnya kenyamanan. Inilah mengapa si penyerap emosi akan lebih mudah menemui lelah ketika mulai dikuasai pemikirannya sendiri.

Cepat Merasa Lelah


Si penyerap emosi yang mudah lelah/foto: freepik.com/tirachardz

Empati tinggi yang diberikannya secara berlebih untuk orang lain mengundang rasa lelah datang. Hal ini terjadi ketika sisi emosional yang ada pada orang lain ikut terserap dalam pikiran si penyerap emosi.

Menurut Erin Leonard, Ph.D, seorang psikoterapis, yang dikutip dari Psychology Today, kesehatan emosional memberikan pengaruh pada kestabilan tubuh. Inilah mengapa tubuh merasakan ketidakseimbangan ketika emosi terganggu.

Memiliki rasa empati merupakan sebuah kepedulian yang dapat kita berikan untuk orang lain. Namun, memberikan dengan berlebihan tanpa kontrol juga mampu mengundang lelah seperti yang dirasakan oleh si penyerap emosi. Be wise, Beauties!

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI

(fer/fer)
Loading ...