Hustle Culture dan Work-Life Balance, Mana yang Lebih Worth It untuk Gen Z?

Vira Nabilla | Beautynesia
Sabtu, 30 Aug 2025 11:30 WIB
Hustle Culture dan Work-Life Balance, Mana yang Lebih Worth It untuk Gen Z?
Hustle Culture dan Work Life Balance/ Foto: Pexels.com/ivan-samkov

Belakangan ini topik tentang dunia kerja dan gaya hidup menjadi hal yang dibicarakan banyak orang, terutama di kalangan Gen Z. Tentu saja hal yang menjadi keresahan para generasi tersebut ialah harus memilih antara Work-Life Balance atau Hustle Culture? 

Seperti yang kita tahu, Hustle Culture akan membuat kamu untuk lebih berusaha dalam bekerja keras terutama di era ekonomi yang naik turun seperti sekarang. Sementara masih banyak  Gen Z  yang lebih memilih untuk Work-Life Balance, di mana baik pekerjaan dan gaya hidup sama-sama penting jadi harus seimbang. 

Lantas, di era sekarang ini, mana sih yang lebih worth it untuk dipilih Gen Z antara Hustle Culture atau Work-Life Balance? Cari tahu jawabannya dengan scroll down, ya! 

Apa Itu Hustle Culture?

Hustle Culture/ Foto: Pexels.com/energepic-com

Seperti namanya, Hustle Culture merupakan suatu pola pikir atau budaya yang mengagungkan kerja keras secara berlebihan. Di mana orang biasanya terus-menerus merasa sibuk, produktif, dan mengejar kesuksesan tanpa henti.

Bahkan, orang yang menerapkan Hustle Culture juga memiliki beberapa side job untuk menambah pengalaman dan penghasilan. Dalam hal ini, kerja lembur, kurang tidur, dan multitasking sudah menjadi rutinitas sehari-hari bagi orang-orang yang menerapkan Hustle Culture.

Karena kesibukan dianggap sebagai simbol kesuksesan dan istirahat dipandang sebagai kelemahan. Individu seperti ini biasanya terus bekerja melebihi batas waktu normal demi mengejar kesuksesan, uang, ambisi, dan pengakuan. 

Dampak Hustle Culture Bagi Gen Z

Hustle Culture/ Foto: Pexels.com/Karolina-grabowska

Di kalangan Gen Z, beberapa orang juga menerapkan budaya seperti ini. Namun yang menariknya, generasi satu ini tidak sepenuhnya menerima Hustle Culture begitu saja. Banyak dari mereka yang mulai menyadari dampak yang berlebihan bagi diri mereka.

Dampak yang sering ditemukan ialah merasa burnout di usia muda, akibat dari hal tersebut banyak Gen Z yang mengalami kelelahan fisik dan mental bahkan sebelum di usia 25 tahun.

Merasa terburu-buru dan terlalu ambisius, justru akan membuat mereka lupa untuk mementingkan diri sendiri, padahal di usia tersebut sedang memasuki proses pencarian jati diri yang lebih matang. 

Selain itu, karena terlalu banyak tekanan dalam pekerjaan justru akan membuat para Gen Z merasa terganggu dalam hal kesehatan mental. Depresi, kecemasan, insomnia hingga imposter syndrom meningkat di kalangan Gen Z karena banyak dari mereka yang tidak pernah cukup walau sudah berusaha keras. 

Apa Itu Work-Life Balance?

Work-Life Balance/ Foto: Pexels.com/thisisengineering

Berbeda jauh dengan Hustle Culture, Work-Life Balance merupakan keseimbangan antara waktu dan energi yang kita lakukan pada pekerjaan dan kehidupan pribadi. Biasanya orang-orang yang menerapkan hidup seperti ini cenderung bisa lebih membedakan dan membagi waktu antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. 

Tujuan dari adanya Work-Life Balance ialah untuk menciptakan keseimbangan hidup yang lebih sehat, di mana seseorang bisa sukses secara profesional tanpa mengorbankan fisik, mental, dan hubungan pribadi dengan banyak orang. Tentunya, menerapkan pola hidup seperti ini cenderung lebih sehat dan happy. 

Mengapa Work-Life Balance Penting Bagi Gen Z?

Work-Life Balance/ Foto: Pexels.com/vlada-karpovich

Generasi Z biasanya lebih memperhatikan kesehatan mental dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya. Kesadaran tinggi akan kesehatan mental menjadi faktor utama yang mereka junjung. Mereka sadar bahwa stres kronis dan burnout justru akan berdampak serius bagi kesehatan fisik maupun emosional. 

Dengan penerapan Work-Life Balance juga menjadi hal yang penting untuk mereka terutama di usia yang masih muda untuk lebih menghabiskan waktu bersama teman ataupun keluarga hingga mencari relasi baru. Tentu saja, nilai hidup mereka terlihat berbeda dengan generasi sebelumnya. 

Gen Z cenderung mencari makna dalam pekerjaan, mereka akan cenderung bekerja sesuai job desk dan waktu yang sudah ditentukan.

Meskipun terkesan terlalu santai, namun mereka juga sangat mendambakan perkembangan karier tanpa harus mengorbankan kehidupan di luar pekerjaan, bagi mereka itu adalah sesuatu yang lebih manusiawi. 

Mana yang Lebih Worth It untuk Dipilih Gen Z?

Hustle Culture dan Work-Life Balance/ Foto: Pexels.com/ivan-samkov

Jika ada pertanyaan seperti ini, tentu jawabannya kembali pada diri dan keadaan masing-masing. Hustle Culture bisa menjadi pilihan kamu jika memang kamu memerlukan pengalaman dan pendapatan yang lebih banyak. Apalagi, seperti yang kita tahu jika sandwich generation di negara ini terbilang cukup banyak. 

Namun, kamu harus tetap mementingkan diri sendiri untuk kesehatan fisik dan mental kamu ya, Beauties. Boleh menerapkan Hustle Culture tapi sebaiknya kamu perlu membatasinya dan lebih membagi waktu antara kehidupan pribadi dan pekerjaan. 

Di usia para Gen Z yang terbilang masih muda, menerapkan Work-Life Balance adalah solusi terbaik dan lebih cocok, mengapa? Karena di usia tersebut, untuk menikmati waktu muda menjadi hal yang penting, terutama dalam pencarian jati diri yang lebih matang. 

Generasi satu ini juga tumbuh di era digital dan lebih melek pada teknologi, mereka masih sangat bisa mendapatkan pendapatan tambahan dengan waktu yang fleksibel dan tetap produktif tanpa harus mengorbankan kehidupan pribadi. Jadi, bisa dibilang mereka bukan santai, namun mereka punya cara sendiri untuk berkembang dan lebih memanfaatkan teknologi yang ada. 

Jadi, kamu lebih pilih menerapkan yang mana nih, Beauties, Hustle Culture atau Work-Life Balance?

(sim/sim)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE