Ini 6 Penyebab Pernikahan Dini Masih Sering Terjadi

Riswinanti Pawestri Permatasari | Beautynesia
Senin, 16 Dec 2024 17:00 WIB
Apa yang Bisa Dilakukan?
Ilustrasi/Foto: Pexels.com/ Ron Lach

Di era yang semakin maju, sayangnya pernikahan dini tetap menjadi fenomena global yang memprihatinkan. Melansir Plan Canada, sekitar 12 juta anak perempuan di bawah usia 18 tahun menjadi korban pernikahan dini setiap tahunnya. Sebagian mungkin melakukannya dengan kerelaaan, namun lebih banyak yang dipaksa menghadapi kehidupan rumah tangga di usia terlalu muda.

Faktanya, praktik pernikahan anak di bawah umur tidak hanya merenggut hak anak, tetapi juga memaksa mereka keluar dari sekolah, menghadapkan mereka pada kekerasan fisik, emosional, dan seksual, serta mengharuskan mereka menghadapi kehamilan dini yang berisiko.

Lalu kenapa hal ini masih terjadi? Berikut adalah beberapa alasan utama yang melatarbelakangi pernikahan dini di berbagai belahan dunia.

1. Kesenjangan Gender dan Tradisi Budaya

Ilustrasi Pernikahan Dini/Foto: Freepik.com
Ilustrasi Pernikahan Dini/Foto: Freepik.com

Pernikahan dini sering kali didasarkan pada anggapan bahwa anak perempuan kurang “berharga” dibandingkan anak laki-laki. Di beberapa komunitas, anak perempuan dianggap sebagai beban, sehingga menikahkan mereka dianggap sebagai solusi untuk mengurangi tanggung jawab keluarga. Norma-norma budaya dan tradisi tertentu juga memperkuat pandangan ini, menjadikan pernikahan dini sebagai hal yang “wajar”.

2. Kemiskinan dan Ketidaksetaraan Ekonomi

Ilustrasi Pernikahan Dini/Foto: Freepik.com
Ilustrasi Kemiskinan/Foto: Freepik.com

Kemiskinan ekstrem menjadi pendorong utama pernikahan dini. Dalam situasi keuangan yang sulit, banyak keluarga yang menikahkan anak perempuan mereka sebagai cara untuk mengurangi beban ekonomi. Dalam beberapa kasus, pernikahan dini dianggap sebagai jaminan keamanan finansial melalui mahar atau tanggung jawab suami yang akan menopang kebutuhan anak perempuan mereka.

3. Minimnya Akses Pendidikan

Ilustrasi Anak Putus Sekolah/Foto: Freepik.com/Kireyonok_Yuliya

Pendidikan adalah salah satu senjata terkuat untuk melawan pernikahan dini. Anak perempuan yang tidak bersekolah memiliki peluang tiga kali lebih besar untuk menikah sebelum usia 18 tahun dibandingkan mereka yang mendapatkan pendidikan menengah atau lebih tinggi.

Ketidakhadiran infrastruktur pendidikan, stigma sosial terhadap pendidikan perempuan, serta kemiskinan yang membuat sekolah menjadi hal yang tidak terjangkau, berkontribusi pada tingginya angka pernikahan dini.

4. Konflik dan Krisis Kemanusiaan

Ilustrasi Anak di Tengah Konflik/Foto: Freepik.com
Ilustrasi Anak di Tengah Konflik/Foto: Freepik.com

Perang, konflik, dan ketidakstabilan politik meningkatkan risiko pernikahan dini. Dalam situasi konflik seperti krisis pengungsi Suriah, orang tua sering kali menikahkan anak perempuan mereka dengan tujuan memberikan perlindungan dari ancaman kekerasan atau mengurangi beban ekonomi keluarga. Sayangnya, solusi ini justru sering kali memperburuk keadaan anak perempuan tersebut.

5. Kurangnya Aturan Hukum yang Tegas

Ilustrasi Anak-Anak Korban Pernikahan Dini/Foto: Freepik.com

Di banyak negara, peraturan mengenai usia minimum untuk menikah masih memiliki celah hukum, seperti memperbolehkan pernikahan dengan izin orang tua. Hal ini menghapuskan hak anak perempuan untuk menentukan masa depannya sendiri.

Bahkan, di beberapa negara, tidak ada batas usia yang jelas untuk menikah, sehingga praktik pernikahan dini sulit dicegah secara hukum. Dalam hal ini, banyak yang berpendapat bahwa seorang anak perempuan yang sudah memasuki fase menstruasi dianggap telah dewasa dan sudah waktunya dinikahkan.

Kondisi ini diperburuk dengan renggangnya sistem kependudukan. Melansir Plan Canada, 230 juta anak di seluruh dunia lahir tanpa memiliki akte kelahiran yang jelas. Hal ini membuat mereka menjadi sasaran empuk berbagai tindak sewenang-wenang dari berbagai pihak, termasuk salah satunya paksaan untuk menikah dini.

6. Dampak Perubahan Iklim

Ilustrasi Perubahan Iklim/Foto: Freepik.com
Ilustrasi Perubahan Iklim/Foto: Freepik.com

Perubahan iklim juga menjadi faktor yang mengejutkan, sebagaimana dilaporkan Plan Canada. Di negara-negara yang bergantung pada sektor pertanian, seperti Malawi dan Mozambik, gagal panen akibat cuaca ekstrem sering kali membuat keluarga menikahkan anak perempuan mereka lebih dini untuk mengurangi beban ekonomi.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Ilustrasi remaja / Foto: Pexels.com/ Ron Lach

Ilustrasi/Foto: Pexels.com/ Ron Lach

Menyelesaikan masalah ini membutuhkan pendekatan menyeluruh yang melibatkan masyarakat, pemerintah, dan organisasi global. Pendidikan, pemberdayaan ekonomi, dan perubahan norma sosial adalah langkah awal yang penting. Selain itu, memperketat hukum yang melindungi anak-anak dari pernikahan dini juga menjadi prioritas utama.

Dengan upaya bersama, kita bisa mengakhiri pernikahan dini dan memberikan masa depan yang lebih cerah bagi anak perempuan di seluruh dunia. Mereka layak memiliki kebebasan untuk bermimpi, belajar, dan menentukan jalan hidup mereka sendiri tanpa terhalang oleh tradisi yang merugikan.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE