Ini Klarifikasi Baskara Putra 'Hindia' Setelah Konsernya Viral Disebut Berkaitan dengan Aliran Satanic

Rini Apriliani | Beautynesia
Senin, 20 Nov 2023 13:07 WIB
3. Visual Illuminati Saat Lagu Matahari Tenggelam
Klarifikasi Baskara Putra 'Hindia' setelah konsernya viral/Foto: Rini Apriliani/Beautynesia

Belakangan ini, nama solois Tanah Air Hindia ramai diperbincangkan setelah potongan video konsernya viral di media sosial. Ramai warganet menyebut jika konsernya berkaitan dengan aliran satanic.

Sederet pro dan kontra di media sosial terjadi, membahas konsep konser hingga lagu yang 'Matahari Tenggelam' dibawakan oleh pemilik nama asli Daniel Baskara Putra ini. 

Sebenarnya, konser tersebut telah usai pada 30 September 2023 lalu. Potongan video konser yang viral adalah bagian dari tur konser album kedua 'Lagipula Hidup Akan Berakhir' yang terlaksana di Jakarta International Velodrome, Jakarta Timur. 

Sebelumnya, Hindia telah menyelesaikan tur di kota lainnya dengan tema berbeda, yakni di Surabaya bertemakan Prom Night, Semarang dengan tema 'Peristirahatan Terakhir', dan Bandung 'Reuni Keluarga'.

Yang menjadi viral adalah konser penutup di Jakarta dengan tema 'Malaikat Berputar di Langit Jakarta'. Setelah ramai dibahas oleh warganet berkaitan dengan aliran Satanic, Baskara Putra pun memberikan klarifikasinya di laman Instagram @wordfangs. 

Permintaan Maaf Hindia tentang Konsep Konsernya yang Viral di Medsos

Konser Album Kedua Hindia di Jakarta

Klarifikasi Baskara Putra 'Hindia' setelah konsernya viral/Foto: Rini Apriliani/Beautynesia

Dalam unggahannya, solois berusia 29 tahun ini menyadari ada banyak perspektif dan persepsi mengenai konsernya. Karena inilah, ia memberikan penjelasan lengkap terkait konsep konsernya. 

"Saya menyadari bahwa banyak perspektif dan persepsi yang muncul akibat tidak adanya penjelasan dari sisi saya mengenai makna dari setiap aktivitas maupun dekorasi yang ada pada konser. Berikut saya jabarkan beberapa alasan dan arti hal tersebut. Semoga dapat dimengerti, terimakasih," tulis Baskara Putra 'Hindia', Minggu (19/11). 

Dalam keterangannya di unggahan slide kedua, Hindia pun meminta maaf atas kegaduhan yang terjadi. Ia mengatakan, seluruh konsep berasal dari ia dan tim, serta tidak ada sama sekali niatan untuk menghasut pada ajaran tertentu, semuanya meruapakan satu kesatuan estetika dari konser album keduanya. 

"Miskalkulasi saya adalah tidak memberikan konteks dan penjelasan yang menyeluruh terhadap unsur bahasa visual dan arahan artistik yang digunakan dalam konser LHAB. Terlebih, simbol-simbol yang digunakan tidak lazim untuk penggambaran isu yang saya angkat. Oleh karenanya, saya meminta maaf atas kegaduhan yang terjadi beberapa hari belakangan ini," kata Baskara. 

"Selebihnya, tidak ada sama sekali niatan untuk menghasut, mengajak atau menyebarkan ajaran tertentu, lebih-lebih aliran 'satanis', karena semuanya merupakan konsep dan satu kesatuan estetika dari album dan konser LHAB," lanjutnya. 

Sebagai informasi, beberapa poin yang menjadi sorotan warganet dalam konser Lagipula Hidup Akan Berakhir adalah:

  1. Patung besar dengan pose mirip baphomet
  2. Lirik yang seolah mendoakan masuk neraka 
  3. Visual illuminati
  4. Arahan tutup mata dalam konser saat lagu Matahari Tenggelam

Berikut penjelasan lengkap dari Baskara terkait konsernya: 

Tentang Album Lagipula Hidup Akan Berakhir (LHAB)

Konser Album Kedua Hindia di Jakarta

Klarifikasi Baskara Putra 'Hindia' setelah konsernya viral/Foto: Rini Apriliani/Beautynesia

Lagipula Hidup Akan Berakhir (LHAB) adalah judul album Hindia terbaru yang memuat 28 lagu. Dalam album ini, Hindia berbicara tentang keputusasaannya dalam menyikapi dan menghadapi berbagai masalah generasional, yang terangkum menjadi 4 topik besar, yakni inflasi, perkembangan teknologi, politik, dan krisis iklim. 

"Dalam bahasa visual dan arahan artistik/narasi, saya mengemas keempat topik tersebut dengan simbolisme malaikat maut, dan dikemas menjadi empat interlude yang menggambarkan personifikasi malaikat maut ini ke dalam bentuk 'lagu' berjudul Wawancara Liar (part 1 sampai 4) yang termasuk di dalam album," tulis Baskara. 

Penggunaan simbol malaikat yang biasanya lekat dengan kebaikan, untuk menggambarkan kedatangan malapetaka juga sejalan dengan narasi album LHAB yang kerap berbicara tentang berbagai hal yang awalnya dilihat sebagai berkah, namun ternyata berpotensi membawa musibah lain di kemudian hari. 

Realisasi dari bahasa visual dan arahan artistik tersebut akhirnya dibagikan ke publik pertama kali pada 30 September 2023 di konser 'Malaikat Berputar di Langit Jakarta'. 

1. Arti Patung di Live Performance dan Simbol Tangan yang Digunakan

Konser Album Kedua Hindia di Jakarta

Klarifikasi Baskara Putra 'Hindia' setelah konsernya viral/Foto: Rini Apriliani/Beautynesia

Dalam penjelasannya, Hindia menjelaskan arti patung di live performance-nya mengambil referensi dari berbagai karya populer. Gestur pada patung tersebut digunakan untuk menyimbolkan keburukan, malapetaka, dan bencana yang akan datang, sebagai pengartuan konteks dari malaikat maut album LHAB yang telah dijelaskan pada slide pertama. 

"Konser (dan album LHAB) memiliki cerita dan konsep terkait, yang selalu menggunakan malaikat maut ini untuk menggambarkan malapetaka dan musibah," tulis Baskara dalam pernyataannya. 

"Dekorasi pendukung, gestur, serta visualisasi yang digunakan selama konser di Jakarta dan live performance lainnya, dibentuk untuk memperkuat penggambaran hal tersebut,"

"Pengadaan berbagai elemen estetika lainnya, termasuk ekspresi artistik saya di panggung, hanya ditambahkan dan dilakukan untuk memberikan pengalaman live performance sesuai arahan kreatif yang kami pilih," lanjutnya. 

Lebih lanjut, Hindia pun menjelaskan mengapa menggunakan malaikat yang biasanya menyiratkan kebaikan, untuk menggambarkan keburukan. Ternyata, ada beberapa referensi yang digabungnya menjadi kesatuan. Berikut penjelasannya. 

HindiaHindia/ Foto: Instagram.com/wordfangs

2. Tentang Lagu 'Matahari Tenggelam' dan Lirik yang Seolah Mendoakan Masuk Neraka

Konser Album Kedua Hindia di Jakarta

Klarifikasi Baskara Putra 'Hindia' setelah konsernya viral/Foto: Rini Apriliani/Beautynesia

Matahari Tenggelam adalah salah satu lagu, dari 28 daftar lagu di album kedua ‘Lagipula Hidup Akan Berakhir’. 

Hindia menjelaskan jika lagu ini adalah lagu tentang cyberbullying dan mentalitas berkelompok orang-orang di internet. Penjelasan dasar lagu ini pun telah dijelaskan oleh Hindia di bagian awal video lirik Matahari Tenggelam, sebelum lagu dimulai. 

Matahari Tenggelam HindiaMatahari Tenggelam Hindia/ Foto: Instagram.com/wordfangs

"Lagu ini saya tulis dalam puncak kebencian saya terhadap internet pasca bullying yang menargetkan saya sebelumnya," ujar Baskara. 

"Kalimat yang dipermasalahkan: 'kudoakan kita semua masuk neraka' ini merupakan kiasan ekstrim yang digunakan untuk menggambarkan rasa sakit hari dan keinginan saya agar semua orang yang 'gagah di balik kaca' (baca: di balik akun media sosial mereka) merasakan 'neraka' yang saya rasakan tiap kali dicerca ramai-ramai," 

Sebagai penulis lagu ini sendiri, Hindia menyadari jika kalimat yang dipakai sangat ekstrim, namun ia pribadi suka dengan karya yang jujur. 

"Saat penulisan, saya sadar bahwa kalimat tersebut ekstrim, namun saya pribadi suka dengan karya yang jujur, seburuk apapun muatannya, karena lagu merupakan katarsis bagi saya memahami dan mencerna perasaan saya, dan perasaan tersebut merupakan perasaan yang sangat mengganggu dan saya merasa harus dikeluarkan agar tidak terpendam dan meledak dalam diri," jelasnya. 

3. Visual Illuminati Saat Lagu Matahari Tenggelam

Hindia

Klarifikasi Baskara Putra 'Hindia' setelah konsernya viral/Foto: Rini Apriliani/Beautynesia

Salah satu yang menjadi sorotan dalam konser dan di luar konser LHAB adalah visual illuminati. 

Pembawa lagu 'Cincin' ini menjelaskan jika visual bidang segitiga yang digunakannya merupakan kebutuhan estetik semata. 

"Perihal lain terkait live performance Matahari Tenggelam yang bukan dari konser LHAB Jakarta, yang dikait-kaitkan seperti penggunaan visual berbidang segitiga merupakan kebutuhan estetik semata," ujar Baskara. 

Lebih lanjut, sempat viral juga gestur tangan Hindia saat performance Matahari Tenggelam. Ia menjelaskan, "... dan gestur tangan membentuk tanduk merupakan ekspresi artistik saya di panggung, yang dalam narasi lagu diposisikan sebagai figur yang diserang dan didemonisasi oleh orang-orang di internet," lanjutnya.    

4. Arahan Tutup Mata dalam Konser Saat Lagu Matahari Tenggelam

Konser Album Kedua Hindia di Jakarta

Klarifikasi Baskara Putra 'Hindia' setelah konsernya viral/Foto: Rini Apriliani/Beautynesia

Terakhir yang juga menjadi perhatian adalah tentang arahan tutup mata saat lagu 'Matahari Tenggelam'. 

Beberapa hari sebelum konser digelar, pihak penyelenggara konser memang telah memberikan beberapa arahan terkait acara, mulai dari pemilihan warna dresscode hingga kewajiban membawa scarf ini. Pihak penyelenggara konser mulanya memberi arahan, untuk para penonton mengisi Personality Test, yang bisa menentukan warna apa yang akan dikenakan ke dalam konser tersebut. 

Jawaban yang dipilih dari beberapa pertanyaan yang diajukan, akan memberikan pilihan warna merah, hitam, dan putih. Selanjutnya, pihak penyelenggara meminta untuk pemilik dresscode hitam dan putih membawa scarf yang sesuai, tapi tidak dengan pemilik dresscode merah yang bisa datang tanpa harus membawa scarf. 

Tiba di waktu konser, di lagu Matahari Tenggelam inilah ada arahan untuk mengenakan penutup mata yang telah dibawa penonton pemilik dresscode hitam dan putih. Arahan tersebut memang terpampang di layar LED berbentuk segi empat yang menjulang setinggi enam meter.

"Pengunjung dimohon mengenakan penutup mata yang sudah dibawa masing-masing," bunyi arahan tersebut di LED. 

Alasan Adegan Tutup Mata di Konser Hindia Jakarta

Arahan tutup mata di konser HindiaArahan tutup mata di konser Hindia/ Foto: TikTok.com/suneater___

Ternyata, Baskara Putra memiliki 4 alasan pada adegan tutup mata di konser Jakarta, yakni:

1. Sebagai kebutuhan teknis, dimana ia ingin mencoba pencahayaan dan visual spesifik (horor dan unsettling) untuk lagu ini dan materi serta pergerakannya sensitif terhadap penonton yang memiliki keadaan mental tertentu dan/aatu memiliki sejarah seizure. 

"Kami memikirkan bagaimana caranya memiliki safety net untuk manuver ini, tapi di saat yang bersamaan terasa menarik dan melebur menjadi satu kesatuan konsep," tulis Baskara. 

2. Berkaitan dengan konsep konser yang terinspirasi dari berbagai fiksi horor. 

"Dalam mitologi yang dibagun untuk konser dan kota fiksi Blue Valley, warga/pengunjung yang melihat malaikat-malaikat maut ini dapat mengalami berbagai kegilaan dan/atau kebutaan, sebuah detail cerita yang terinspirasi dari berbagai fiksi horor/lovecraftian/sci-fic populer seperti makhlus di film Bird Box dan Weeping Angels di series Doctor Who," jelasnya. 

3. Dalam konser, 'adegan' kedatangan malaikat maut tersebut terjadi di lagu Matahari Tenggelam, simbolisasi dari malaikat maut yang menggambarkan kemajuan teknologi dan kuasa algoritma di media sosial, juga terkait dengan lagu, menggambarkan penggiringan opini di internet. 

"Visual yang sengaja dibikin menyeramkan hanya untuk menggambarkan malaikat maut tersebut yang menjelma menjadi 'konten' dalam layar panggung. Dalam mitologi kota fiksi Blue Valley (konsep Jakarta), malaikat-malaikat ini dapat menjelma menjadi apa saja dan siapa saja,"

4. Secara konteks, Matahari Tenggelam berbicara tentang pengguna internet yang mudah disetir opininya dengan berbagai macam cara. 

"Kita seakan buta saat sudah memutuskan untuk membenci sesuatu di dunia maya. Menutup mata di konser saat lagu Matahari Tenggelam melambangkan hal tersebut: kita yang dibutakan oleh penggiringan opini di internet dan membuktikan bahwa semudah itu juga saya mendorong orang untuk melakukan sesuatu hal yang tidak mereka mengerti (baca: menutup mata saat konser) melalui ajakan via internet," kata Baskara. 

Pemilihan dresscode juga ternyata memilik arti tersendiri. 

  • Hitam, melambangkan pesimisme yang akut dalam menghadapi permasalahan dunia dan pribadi.
  • Putih, melambangkan optimisme yang berbahaya. 
  • Merah, melambangkan nihilisme, kecenderungan untuk memberontak, dan rasa acuh tak acuh. 

Tim Hindia meyakini warna merah akan menjadi dresscode paling sedikit saat tes kepribadian penonton. Karena itu, muncul ide untuk memberikan sesuatu, dengan memperbolehkan mereka untuk melihat visual saat adegan Matahari Tenggelam dan juga karena cocok dengan arti dari warna dresscode itu sendiri. 

Terakhir, dalam slide kedua unggahannya, Baskara Putra mengatakan jika konsernya merupakan satu kesatuan pertunjukan yang memiliki cerita. 

"Potongan video konser yang beredar merupakan potongan yang menjadi tidak kontekstual jika dilepas dari konsep keseluruhan konser dan album yang sudah dijelaskan di awal dan sebelum pertunjukan, juga beberapa kali, jauh-jauh dari di berbagai medium rilisan fisik serta interview,"

"Konser tersebut merupakan satu kesatuan pertunjukan yang memiliki cerita, dan menilai pertunjukan tersebut sebagai hal nyata serta hanya dari satu-dua potongan video menjadi sama halnya dengan mencatut seorang aktor/aktris sebagai orang yang sesat karena sebuah adegan tertentu yang ia mainkan dalam sebuah film," jelas Baskara Putra 'Hindia'. 

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(ria/ria)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE