Ini Rekap Viralnya Pernikahan Anjing Pakai Adat Jawa, Kena Kecam hingga Kini Pemilik Minta Maaf!

Beberapa waktu lalu, media sosial diramaikan dengan potret pernikahan anjing yang menggunakan adat Jawa. Seperti pesta pernikahan pada umumnya, acara berlangsung dengan begitu rapi, tersusun, serta dihadiri oleh para tamu undangan, yakni para anjing dan pemiliknya juga. 

Pernikahan anjing dengan adat Jawa bertempat di dog park kawasan Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara (14/7). Yang dinikahkan adalah anjing Jojo milik Valentina Chandra dan Luna milik Indira Ratnasari. 

Sempat viral karena menjadi pesta pernikahan anjing yang mewah, beberapa hari berselang justru hal ini ramai dikecam. Lebih lengkap, berikut rekap viralnya pernikahan anjing pakai Adat Jawa. Simak!

1. Viral Habiskan Biaya Rp200 Juta

Pernikahan Jojo dan Luna/Foto: Tiktok.com/levoit_indonesia

Pesta pernikahan anjing ini viral karena digelar begitu mewah, layaknya pesta pernikahan manusia pada umumnya.

Kabarnya 'The Royal Wedding Jojo dan Luna' ini menghabiskan anggaran sampai Rp200 juta. Saking mewahnya pernikahan anjing ini, ramai netizen yang menyoroti. 

2. Pakai Prosesi Adat Jawa hingga Ada Pemberkatan

Prosesi pernikahan Jojo dan Luna menggunakan adat Jawa. Sang pemilik menyampaikan hadirnya pesta tersebut juga sebagai wujud perayaan ulangtahun Jojo dan Luna, karena lahir di bulan yang sama dan akan bertambah usia. Jojo dua tahun, dan Luna satu tahun. 

"Ide itu udah lama, sekalian ini ulangtahun mereka berdua, ulangtahunnya kebetulan bulannya sama," ujar Indira dalam acara Brownis TransTV. 

Kedua anjing berjenis husky ini dirias sedemikian rupa dalam pesta pernikahannya. Ada pakaian adat hingga prosesi Jawa yang dilakukan oleh kedua anjing ini. 

Tak hanya itu, sebelum prosesi adat Jawa berlangsung, ternyata ada juga prosesi 'pemberkatan' yang dijalani Jojo dan Luna yang dibimbing oleh pastor Lorenzo Heli. 

3. Muncul Kecaman dari Kepala Dinas Kebudayaan DIY 

Sepasang anjing Alaskan malamute Jojo dan Luna melangsungkan pernikahan di dog park kawasan Pantai Indah Kapuk Jakarta Utara, Jumat (14/7)/ Foto: Copyright Foto: (CNN Indonesia/Safir Makki).

Beberapa waktu berselang, muncul kecaman atas pernikahan anjing ini. 

Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi mengecam pernikahan anjing Jojo dan Luna dengan adat Jawa, karena prosesi adat Jawa telah dilindungi secara hukum oleh negara. 

Kecaman ini disampaikan langsung di laman Instagram @dinaskebudayaandiy.

Pernyataan sikap :

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta selaku instansi yang memiliki fungsi dan tugas dalam Pemeliharaan & Pengembangan Kebudayaan, SANGAT MENYAYANGKAN dan MENYATAKAN KETIDAKSETUJUAN atas terselenggaranya kegiatan The Royal Wedding Jojo dan Luna, yang terpublikasi secara viral pada media sosial.

Upacara adat pernikahan, khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta dan tradisi Jawa pada umumnya, baik prosesi adatnya maupun nilai/marwahnya telah dilindungi secara hukum oleh negara melalui UURI Nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan dan Perda Istimewa Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2017 tentang Pemeliharaan dan Pengembangan Kebudayaan. Obyek kebudayaan yang disebut dengan Upacara Daur Hidup: Tatacara Palakrama telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia pada tahun 2017 dengan nomor sertifikat 60073/MPK.E/KB/2017. Selain itu, di dalam prosesinya, secara khusus Busana Mataraman Yogyakarta sebagai karya budaya juga telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia tahun 2020 dengan nomor Sertifikat 12945/MPK.F/KB/2020.

Sehubungan dengan hal tersebut adalah sudah menjadi kewajiban Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan aksi pelestarian fisik dan nilainya, ketika terjadi penyimpangan yang berakibat pada terdegradasi dan terdistorsinya nilai dan marwah upacara daur hidup tersebut. Untuk itu, kami berupaya kejadian tersebut tidak akan terulang.

Upacara adat merupakan suatu tradisi yang menghargai dan memuliakan alam beserta isinya, termasuk di dalamnya binatang. Bahkan, terdapat juga keberadaan upacara adat / tradisi yang menghargai binatang dalam peran, kodrat dan peruntukannya baik fisik maupun maknawinya, misal Gumbregan di Kabupaten Gunungkidul DIY.

Pada intinya, manusialah yang harus berbudaya untuk bisa memahami dan menerapkan semua ekosistem kebudayaan berjalan sesuai kodrat alamiah dan peruntukannnya. Oleh karenanya, semestinya kita menjaga warisan tradisi leluhur kita dengan bijaksana dan budaya ditempatkan sebagaimana budaya itu memberikan nilai ajaran moral yang baik.

Salam Budaya, Lestari Budayaku..