
Intip Uniknya Tradisi Perang Ketupat hingga Memberi Makan Makhluk Halus di Bangka Barat Jelang Ramadan

Setiap daerah di Indonesia mempunyai keunikan tradisi budaya yang berbeda-beda untuk menyambut bulan suci Ramadan. Begitu pun dengan masyarakat Desa Tempilang, Kecamatan Tempilang, Kabupaten Bangka Belitung yang menggelar pesta adat Perang Ketupat di Pantai Pasir Kuning. Perang Ketupat biasanya dilaksanakan pada minggu ketiga di bulan Syakban.
Acara Perang Ketupat merupakan tradisi yang sudah ada sejak ratusan tahun silam. Tradisi ini bertujuan untuk meminta keselamatan dan perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar terhindar dari hal-hal buruk. Selain itu, Perang Ketupat mengandung makna persatuan, kesadaran, kekeluargaan, dan gotong-royong dalam kehidupan bermasyarakat.
Kini, Perang ketupat telah menjadi bagian dari atraksi wisata di Pulau Bangka, bahkan telah dinobatkan sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda sejak tahun 2014. Banyak warga dari berbagai pelosok Bangka datang ke Tempilang untuk menyaksikan pesta adat Perang Ketupat, sekaligus saling bersilaturahmi menyambut bulan suci Ramadan. Saat acara berlangsung, semua orang boleh mencicipi makanan dan minuman yang tersedia.
Lantas, bagaimanakah kemeriahan tradisi Perang Ketupat di Desa Tempilang, Bangka Barat dalam menyongsong bulan Ramadan? Berikut ulasannya.
Tahapan Ritual Perang Ketupat
![]() Prosesi membacakan mantra ke ketupat/Foto: detikTravel/Zulaikha d'Traveler |
Tradisi Perang Ketupat sebenarnya terdiri dari serangkaian upacara adat yang harus dilakukan masyarakat Desa Tempilang. Mengutip detikTravel, upacara ini pada zaman dahulu dimaksudkan untuk memberi sesajen kepada makhluk halus yang dipercaya dapat menjaga desa dari roh-roh jahat. Sebagai timbal balik, para penduduk desa harus memberi mereka sesajen agar mereka tetap bersikap baik.
Merujuk laman Kemendikbud, ada beberapa tahapan ritual yang harus dilaksanakan masyarakat Tempilang dalam tradisi Perang Ketupat.
Rangkaian acara Perang Ketupat dimulai dengan ritual Penimbongan, yaitu ritual memberikan makanan atau sesajen kepada makhluk halus yang dipercaya menetap di darat.
Selanjutnya, digelar ritual Ngancak, yakni memberikan sesajen kepada makhluk halus yang dipercayai bermukim di laut agar mereka tidak mengganggu aktivitas nelayan pada saat pergi melaut.