Istilah Male Gaze dan Female Gaze Lagi Viral, Apa Perbedaannya?

Awal Munculnya Istilah Male Gaze dan Female Gaze

Ilustrasi Male Gaze dan Female Gaze dalam Perfilman/ Foto: Freepik.com

Istilah Male Gaze pertama kali dipopulerkan oleh kritikus film sekaligus feminis asal Inggris yakni Laura Mulvey. Ia mengungkapkan istilah tersebut lewat esainya yang dikenal di tahun 1975 dengan judul ‘Visual Pleasure and Narrative Cinema’. 

Dalam tulisannya, Mulvey menjelaskan bagaimana film Hollywood pada masa itu banyak dibentuk dari sudut pandang laki-laki heteroseksual. Dari situ konsep Male Gaze mulai dikenal dan akhirnya dipakai luas untuk menganalisis media, iklan, sampai budaya pop. 

Sementara Female Gaze muncul sebagai respons dan perkembangan dari konsep Male Gaze. Istilah ini tidak punya satu penemu yang spesifik layaknya Male Gaze, namun berkembang lewat diskusi kritikus film, feminis, dan pembuat film yang ingin menunjukkan perspektif yang berbeda. 

Kedua istilah tersebut memang selalu hadir di dunia  perfilman,  namun entah kenapa belakangan ini istilah tersebut ramai di media sosial dan menjadi perbincangan untuk menilai visual seseorang, seperti ‘apakah orang tersebut lebih menarik di mata laki-laki atau perempuan?’.

Male Gaze

Ilustrasi Male Gaze/ Foto: Freepik.com/katemangostar

Male Gaze merupakan konsep yang menjelaskan bagaimana perempuan sering digambarkan dalam sebuah film atau iklan dari sudut pandang laki-laki.

Jadi bukan sekadar ‘dilihat’, tetapi digambarkan dengan cara yang memfokuskan pada tubuh, seksualitas, dan hal-hal yang membuat perempuan menjadi objek visual, bukan berdasarkan subjek yang punya cerita atau perspektif pribadi. 

Karena dibuat dari kacamata laki-laki, karakter perempuan kadang hanya muncul untuk ‘dinikmati’, bukan untuk digali sebagai manusia yang utuh. Akibatnya, female character sering tampil dengan hal yang tidak relevan atau storyline yang dangkal hanya untuk terlihat appealing. 

Konsep Male Gaze penting untuk dipahami agar kita dapat memilih untuk melihat hal-hal yang lebih menghargai karakter perempuan sebagai manusia seutuhnya, bukan sebagai visual atau objek.

Female Gaze

Ilustrasi Female Gaze/ Foto: Freepik.com/benzoix

Kebalikan dari Male Gaze, Female Gaze lebih fokus pada emosi, perspektif, dan pengalaman karakter, bukan hanya sekadar dari tampilan fisik. 

Female Gaze lebih menyoroti tentang apa yang mereka rasakan, bagaimana hubungan berkembang, dan bagaimana cerita itu dilihat lewat sudut pandang yang lebih empatik. Makanya, karya yang memakai Female Gaze sering terlihat lebih hangat dan humanis. 

Intinya, film-film dengan sudut pandang perempuan akan mengajak penonton untuk menikmati cerita lewat rasa dan koneksi, bukan sekadar visual saja. Jadi, penggambaran karakternya pun terasa lebih realistis dan relatable. 

Perbedaan Kedua Istilah Tersebut

Ilustrasi Male Gaze dan Female Gaze/ Foto: Freepik.com/azerbaijan_stockers

Tentunya dari penjelasan masing-masing kita sudah mengetahui bagaimana perbedaan antara Male Gaze dan Female Gaze. Dalam istilah perfilman dan sosial media yang belakangan ini viral, Male Gaze fokus pada tampilan fisik dan seksualitas terutama pada perempuan. 

Sementara, Female Gaze lebih fokus pada perasaan, perspektif, dan koneksi emosional. Bukan sekadar soal ‘siapa yang cantik’ tapi bagaimana melihat seseorang sebagai manusia utuh.

Jadi, jika Male Gaze membuat kita berfokus pada visual dan tubuh, maka Female Gaze akan membuat kita merasakan ‘cerita’ dari karakter seseorang. 

---

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!