Isu Jakarta Akan Tenggelam Tahun 2050 Kembali Mencuat, Warga Jakarta Dilarang Pakai Air Tanah!
Belum lagi masalah polusi udara selesai, Jakarta juga menghadapi masalah penurunan permukaan tanah yang makin mencemaskan. Sebagian besar kota Jakarta lambat laun bakal tenggelam kalau permukaan tanahnya terus menurun.
Isu Jakarta akan tenggelam bukanlah hal baru, loh. Para ahli bahkan memprediksi bahwa sebagian besar area DKI Jakarta akan tenggelam pada tahun 2030, sedangkan ahli lainnya menyebut tahun 2050. Walau baru sebuah prediksi, faktanya memang sebagian wilayah Jakarta berada di area yang lebih rendah dari permukaan laut.
Lantas, hal apa yang menyulut menurunnya permukaan tanah di Jakarta? Berikut ulasannya.
Ramalan Jakarta Bakal Tenggelam Tahun 2050, Benarkah?
Proyeksi wilayah jakarta 2030 oleh Climate Central/Foto: detik.com/Climate Central
Prediksi wilayah Jakarta akan tenggelam pada tahun 2050 muncul bukan hanya sekali dalam beberapa tahun terakhir. Buktinya bisa dilihat dari sejumlah kawasan pesisir Utara DKI Jakarta yang kerap mengalami banjir rob akibat meningkatnya gelombang pasang air laut. Kondisi itu pun diperparah seiring krisis iklim dunia yang membuat permukaan laut global naik sebesar 3,3 milimeter per tahun.
Merangkum detikFinance, peringatan Jakarta Tenggelam salah satunya datang dari Direktur Utama PAM Jaya, Arief Nasrudin, yang menyebut 90 persen wilayah Jakarta, terutama di bagian utara, kemungkinan tenggelam di tahun 2050 akibat tingginya penggunaan air tanah di ibu kota. Selain itu, lembaga non-profit independen yang fokus pada isu perubahan iklim, Climate Central, membuat peta proyeksi wilayah DKI Jakarta yang menampakkan bahwa kawasan pesisir utara, terutama di wilayah Pantai Indah Kapuk-Muara Angke, telah tengelam pada 2030.
Mengapa Jakarta Terancam Tenggelam?
Jakarta terancam tenggelam/Foto: Freepik.com/homrak
Kondisi Jakarta yang memang berada di dataran rendah dan didominasi rawa, kenaikan permukaan air laut global, serta penurunan ketinggian tanah merupakan tiga faktor penyebab prediksi Jakarta tenggelam. Ini seperti yang disampaikan Dwi Sarah, peneliti muda Pusat Riset Geoteknologi-BRIN, kepada CNN. Namun, para pakar menganggap eksploitasi air tanah secara masif disebut menjadi faktor yang paling bertanggung jawab atas menurunnya permukaan tanah Jakarta secara signifikan. Lalu, beban bangunan bertingkat turut mempercepat penurunan level tanah.
Mengutip detikfinance, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyatakan bahwa permukaan tanah di kawasan DKI Jakarta mengalami penurunan 12-18 cm per tahun imbas dari pemompaan air tanah secara berlebihan. Tanah memiliki pori-pori yang di dalamnya berisi air. Ketika air tanah disedot, maka pori-pori tanah akan menyisakan rongga kosong. Jika air tanah terus dieksploitasi secara masif, maka makin banyak rongga kosong, dan jika ditambah dengan beban bangunan di atasnya, maka akan membuat permukaan tanah terus menurun.
Tak ada pilihan, warga Jakarta masih banyak yang bergantung pada pemakaian air tanah. Pihak PAM Jaya, selaku penyedia layanan air bersih di area DKI Jakarta, menyatakan masih ada 32 persen warga Jakarta yang menggunakan air tanah. Ini lantaran layanan air bersih baru menjangkau 68 persen wilayah Jakarta. Sementara, PAM Jaya menargetkan baru bisa melayani 100 persen seluruh area Jakarta pada 2030. Oleh karena itu, sulit untuk menghentikan eksploitasi air tanah di Jakarta lantaran layanan air bersih nyatanya belum sepenuhnya tersedia.
Zona Bebas Air Tanah jadi Solusi dari Pemprov DKI Jakarta
Larangan penggunaan air tanah bagi gedung bertingkat/Foto: Freepik.com/creativaimages
Dalam rangka mengatasi eksploitasi air tanah, Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta, bekerja sama dengan PAM Jaya, resmi melarang gedung tinggi menggunakan air tanah sejak 1 Agustus 2023. Berdasarkan Pergub No. 93 Tahun 2021 tentang Zona Bebas Air Tanah, gedung dengan ketinggian 8 lantai atau lebih dan luas 5 ribu meter persegi atau lebih dilarang menyedot air tanah.
Sejalan dengan langkah Pemprov DKI, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mendorong PAM JAYA untuk terus mempercepat proyek penyediaan air bersih. Dengan begitu, pemerintah bisa meminta masyarakat untuk menghentikan penggunaan air tanah. Basuki menambahkan, saat ini Pemprov DKI sedang merampungkan tiga proyek Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), di antaranya  SPAM Regional Jatiluhur I, SPAM Regional Ir. H. Djuanda/Jatiluhur II, dan SPAM Regional Karian-Serpong.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!