
Jepang Dihantui 'Resesi Seks', Populasi Semakin Menurun! Ini Kata Masyarakatnya

Penurunan populasi jadi masalah serius yang dihadapi oleh Jepang. Berdasarkan hasil survei nasional yang dilakukan The Yomiuri Shimbun pada pemimpin daerah, 65 persen responden menganggap situasi ini sebagai 'sangat serius'.
Kondisi penurunan populasi di Jepang ini dipengaruhi berbagai alasan, salah satunya karena rendahnya angka kelahiran. Namun, angka kelahiran ini sulit ditingkatkan karena berbagai hal.
Para responden menyebut itu disebabkan kurangnya tempat kaum muda dan perempuan untuk bekerja. Selain itu, eksodus generasi muda yang tidak terbendung untuk mencari pekerjaan atau pendidikan.
"Upah rendah dan lingkungan kerja yang tidak stabil menjadi penyebab eksodus kaum muda dari pedesaan serta menurunnya motivasi masyarakat untuk memiliki anak," kata peneliti senior di Japan Research Institute, Ltd, Takumi Fujinami, dikutip dari The Japan News, Sabtu (25/3/2023).
"Penting untuk menciptakan pekerjaan berkualitas tinggi di daerah regional," lanjutnya.
'Resesi Seks' dan Child Free
![]() |
Pada 2022, angka bayi yang baru lahir di Jepang turun ke rekor terendah baru selama tujuh tahun berturut-turut. Untuk pertama kalinya, angkanya mencapai di bawah 800.000 kelahiran sejak pencatatan dimulai pada 1899.
Secara sederhana 'resesi seks' diartikan sebagai penurunan frekuensi berhubungan seks yang berimbas pada penurunan jumlah anak. Namun, resesi seks bukanlah salah satu-satunya pemicu penurunan angka kelahiran.
Ada beberapa faktor lainnya berupa pilihan untuk childfree, keberhasilan program keluarga berencana, atau kebijakan perencanaan kehamilan yang menurunkan angka kelahiran di suatu wilayah.
Lantas seperti apa upaya yang akan dilakukan pemerintah Jepang untuk menaikkan populasinya? Baca selengkapnya di sini, Beauties.
---
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!