Kebenaran di Balik Standar Kecantikan di Asia: Rela Ambil Risiko untuk Dapatkan Hidup yang Lebih Baik

Retno Anggraini | Beautynesia
Jumat, 11 Nov 2022 14:30 WIB
Kebenaran di Balik Standar Kecantikan di Asia: Rela Ambil Risiko untuk Dapatkan Hidup yang Lebih Baik
Ilustrasi/Foto: Freepik

Menyamakan kulit putih dengan kecantikan telah diabadikan di seluruh benua Asia, terutama dalam standar kecantikan China, Jepang, Vietnam, Korea, dan India. "Banyak tekanan ini datang dari ibu dan anggota keluarga lainnya," kata Nikki Khanna, Associate Professor of Sociology di University of Vermont sekaligus penulis Whiter: Asian American Women on Skin Color and Colorism.

Khanna menjelaskan bahwa perempuan berulang kali diberitahu bahwa kulit yang cerah dan hampir pucat itu indah, serta mereka membutuhkan kulit yang lebih terang untuk menarik pasangan dan berhasil dalam hidup. Buku dan media juga menjunjung tinggi tentang persepsi ini, salah satunya adalah buku The Ordinary Princess karya MM Kaye.

Dalam buku tersebut, protagonis digambarkan sebagai perempuan berkulit gelap dan bersahaja dibandingkan dengan saudara perempuannya yang memiliki hidung kecil putih dan rambut pirang bergelombang, yang hanya menjaga kulit mereka agar tetap indah untuk dilihat.

Kebenaran dibalik standar kecantikan Asia
Ilustrasi standar kecantikan Asia/Foto: Freepik.com/timeimage

"The Ordinary Princess adalah buku yang saya sukai waktu kecil. Tapi setelah membacanya lagi sebagai orang dewasa, saya menyadari betapa bermasalahnya buku-buku ini," kata Frances Cha, penulis If I Had Your Face asal Korea. Sejarah memberitahu kita bahwa keinginan untuk memiliki kulit pucat selalu ada dalam budaya kecantikan Asia.

Di China kuno misalnya, kulit pucat menunjukkan status elit, sedangkan kulit gelap berarti mereka bekerja berjam-jam di bawah sinar matahari. Keinginan ini akhirnya mengarah pada pemutihan kulit, yang telah berkembang menjadi industri global bernilai miliaran dolar di Asia saat ini.

Melansir Good Housekeeping, Khanna mencatat bahwa perempuan akan melakukan tindakan ekstrem dalam menjalani perawatan laser pemutih dan bahkan minum pil pemutih. "Pencerahan kulit adalah industri besar yang memaksa ketidakamanan orang kulit berwarna, terutama perempuan," kata Khanna.

Kebenaran dibalik standar kecantikan Asia
Ilustrasi standar kecantikan Asia/Foto: Freepik.com/timeimage

Lain halnya di Korea Selatan, mata yang besar begitu diidam-idamkan perempuan Korea. Frances Cha yang dibesarkan di Korea Selatan mengatakan remaja perempuan di sana tertarik dengan penggunaan lensa kontak dan operasi kelopak mata ganda. Dia sadar bahwa mata yang lebih besar berarti seseorang itu terlihat sangat menarik.

Operasi kelopak mata ganda sudah ada sejak abad ke-19 dan sangat populer di negara-negara Asia Timur seperti Taiwan dan Mongolia. Keinginan untuk memiliki kelopak mata ganda dikarenakan pengaruh budaya Barat di media Asia, yang sering menyoroti aktor dan aktris dengan mata yang lebih besar sebagai karakter yang lebih cantik.

Kebenaran dibalik standar kecantikan Asia
Ilustrasi standar kecantikan Asia/Foto: Freepik.com/kitthanes

Meskipun Amerika Serikat adalah negara dengan operasi plastik terbanyak secara keseluruhan, Korea Selatan sering dianggap sebagai ibu kota operasi plastik dunia, dengan satu dari tiga perempuan berusia antara 19-29 tahun telah melakukan operasi. Bersamaan dengan operasi kelopak mata ganda, prosedur yang dikenal sebagai pengecilan rahang juga populer di sana, di mana bentuk dagu kecil berbentuk V merupakan wajah ideal menurut standar kecantikan Korea Selatan.

Pengecilan rahang ini juga merupakan alur cerita utama dalam buku If I Had Your Face, berdasarkan penelitian Frances dengan mengunjungi beberapa klinik bedah plastik dengan menyamar sebagai pasien.

"Saya sangat bersimpati kepada perempuan yang memutuskan untuk melakukannya, meski mereka tahu bahaya dan efek samping dari operasi tersebut. Mereka tetap memilih untuk melakukannya karena mereka pikir itu akan mengubah hidup mereka," ungkapnya.

Kebenaran dibalik standar kecantikan Asia
Ilustrasi standar kecantikan Asia/Foto: Freepik.com/timeimage

Apakah standar kecantikan Asia bisa jadi beracun? Khanna menganggap semua standar kecantikan sangat beracun dan tidak sehat bagi perempuan.

"Di Asia, banyak perempuan yang ingin memiliki kulit putih sampai menerapkan bahan kimia seperti merkuri," katanya. "Sedangkan di Barat, banyak perempuan mengambil risiko kanker dengan melakukan tanning kulit menggunakan sinar UV."

Terlepas dari standar kecantikan mana yang ingin kita patuhi, membandingkan diri kita dengan citra ideal yang sering kali tidak realistis dapat merusak harga diri, terutama ketika sebagian besar dari kita tidak pernah dapat mengukurnya. Harapannya, standar kecantikan tidak realistis itu dapat dihapus dan masyarakat dapat merangkul kecantikan setiap individu.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
CERITA YUK!
Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Theme of The Month :

Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE