Kebutuhan dan Permintaan Lahan Makin Meningkat, 4 Negara Ini Gusur Lahan Golf

Maura Valysha Carmelie | Beautynesia
Minggu, 18 May 2025 17:30 WIB
Kenapa Lahan Golf yang Jadi Sasaran?
Kenapa Lahan Golf yang Jadi Sasaran?/Foto: freepik.com/user850788

Di tengah lonjakan kebutuhan ruang hidup dan pembangunan infrastruktur, lahan yang dulu jadi simbol prestise dan gaya hidup elite mulai dipertanyakan relevansinya. Ya, lapangan golf yang dikenal luas memakan ruang besar namun melayani segelintir orang mulai terpinggirkan.

Beberapa negara bahkan tak segan-segan menggusur lahan golf demi memenuhi tuntutan permukiman, pertanian, hingga ruang hijau publik. Fenomena ini jadi penanda bahwa prioritas tata ruang dunia sedang bergeser. Jadi, negara mana saja yang berani ambil langkah ini? Yuk, simak selengkapnya!

1. Hong Kong: Fanling Golf Course Dikorbankan untuk Rumah Rakyat

Hong Kong/Foto: scmp.com

Di kota dengan harga properti termahal di dunia ini, memiliki tempat tinggal layak adalah impian besar. Untuk itu, pemerintah Hong Kong nekat mengambil alih 32 hektar lahan dari Fanling Golf Course, salah satu lapangan tertua dan paling elit, untuk membangun ribuan unit perumahan publik.

Tentu saja ada penolakan dari klub golf dan kalangan atas, tapi pemerintah tetap melaju. Prioritasnya jelas, lebih baik ribuan orang punya rumah, daripada segelintir orang punya fairway.

2. Australia: Taman Lebih Berarti daripada Par 5

Australia/Foto: news.com.au

  1. Sydney: Pemerintah New South Wales berencana mengubah 20 hektar dari Moore Park Golf Course menjadi taman kota. Di tengah pertumbuhan penduduk yang pesat, ruang hijau dinilai lebih vital daripada permainan 18-lubang.
  2. Melbourne: Pemerintah Victoria sudah punya panduan khusus untuk konversi lahan golf yang tujuannya untuk mengutamakan kepentingan publik dan ekologi. Proyek seperti Keysborough dan Kingswood sudah mulai jalan, bahkan beberapa sudah disetujui!
  3. Geelong: Di kota pelabuhan ini, Geelong Golf Club dikembangkan jadi kawasan hunian lengkap dengan 350 rumah baru, taman, dan lapangan golf versi mini (9-lubang). Win-win solution!

3. Amerika Serikat: Dari Fairway ke Fasilitas Umum

Amerika Serikat/Foto: denverpost.com

  1. New York City: Calon walikota Brad Lander menggagas ide besar, yaitu mengonversi 4 dari 12 lapangan golf milik kota menjadi permukiman yang bisa menampung 50.000 unit rumah baru. Gagasan ini memantik debat panas antara pro ruang hidup dan pro ruang eksklusif. Namun satu hal pasti, New York sedang cari ruang.
  2. Denver, Colorado: Di bekas Park Hill Golf Course seluas 155 hektar, pemerintah merancang kombinasi cerdas yaitu 100 hektar taman kota dan 550+ unit hunian terjangkau. Proyek ini digarap bersama komunitas agar pembangunan tak hanya ramah lingkungan, tapi juga sosial.
  3. San José, California: Bekas Pleasant Hills Golf Course juga sedang dipertimbangkan untuk diubah jadi kawasan hunian dan komersial. Yang menarik, warga diajak aktif menyuarakan kebutuhan mereka lewat forum terbuka. Yes for demokrasi tata ruang!

4. Filipina: Wacana Hijau di Tengah Kota Padat

Filipina/Foto: tieza.gov.ph

Di Metro Manila, wacana mengubah lapangan golf publik seperti Intramuros dan Villamor menjadi taman kota mulai ramai dibicarakan. Meskipun masih sebatas opini publik, ini menunjukkan makin besarnya kesadaran warga akan pentingnya ruang terbuka, apalagi di kota yang makin penuh sesak.

Kenapa Lahan Golf yang Jadi Sasaran?

Kenapa Lahan Golf yang Jadi Sasaran?/Foto: freepik.com/user850788

Alasannya simpel! Lapangan golf itu luas, hijau, dan seringkali hanya digunakan oleh segelintir kalangan. Di sisi lain, kota butuh ruang untuk rumah, sekolah, rumah sakit, transportasi, dan ruang terbuka publik yang lebih inklusif. Ketika kebutuhan masyarakat makin kompleks, maka kompromi harus dilakukan.

Apa Pelajaran yang Bisa Kita Ambil?

Apa Pelajaran yang Bisa Kita Ambil?/Foto: freepik.com/EyeEm

Langkah-langkah di atas menunjukkan bahwa tata ruang kota bukanlah hal yang statis. Ketika kebutuhan berubah, maka ruang pun harus beradaptasi. Dan kadang, itu berarti menggusur sesuatu yang dulu dianggap mewah demi masa depan yang lebih merata.

Jadi, bukan tidak mungkin, ke depan kita akan melihat lebih banyak negara melakukan hal serupa. Bukan karena anti-golf, tapi karena pro-manusia.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang dapat ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(dmh/dmh)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE