Kemenkes Sebut dr ARL PPDS Anestesi FK Undip Dipalak Rp20-40 Juta per Bulan oleh Senior

Nadya Quamila | Beautynesia
Selasa, 03 Sep 2024 09:30 WIB
Kemenkes Sebut dr ARL PPDS Anestesi FK Undip Dipalak Rp20-40 Juta per Bulan oleh Senior
Kemenkes Sebut dr ARL PPDS Anestesi FK Undip Dipalak Rp20-40 Juta per Bulan oleh Senior/Foto: Getty Images/iStockphoto/Andrei Vasilev

Investigasi masih terus dilakukan atas kasus dokter ARL, residen PPDS Anestesi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (FK Undip) yang meninggal dunia diduga karena bunuh diri. Kabar terbaru, terkuak ada dugaan bahwa dr ARL dipalak Rp20-40 juta sebulan.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI membeberkan hasil investigasi awal dugaan perundungan yang memicu kematian drARL. Dalam proses investigasi, Kemenkes menemukan dugaan permintaan uang di luar biaya pendidikan resmi yang dilakukan oleh oknum. Berdasarkan kesaksian, permintaan ini berlangsung sejak almarhumah masih di semester 1 pendidikan atau di sekitar Juli hingga November 2022.

"Permintaan uang ini berkisar antara Rp 20 - Rp 40 juta per bulan," ujar juru bicara Kemenkes dr Mohammad Syahril dalam keterangannya, Minggu (1/9), dilansir dari detikHealth.

Korban Ditunjuk Menjadi Bendahara

Ilustrasi dokter

Ilustrasi/Foto: Shutterstock

dr ARL ditunjuk menjadi bendahara angkatan. Ia bertugas menerima pungutan dari teman seangkatannya dan juga menyalurkan uang tersebut untuk kebutuhan-kebutuhan non-akademik, misalnya membiayai penulis lepas untuk membuat naskah akademik senior, menggaji OB, dan berbagai kebutuhan senior lainnya.

Hal-hal tersebut diduga menjadi pemicu awal korban mengalami tekanan dalam pembelajaran karena tidak menduga akan adanya pungutan-pungutan tersebut dengan nilai sebesar itu.

"Bukti dan kesaksian akan adanya permintaan uang diluar biaya pendidikan ini sudah diserahkan ke pihak kepolisian untuk dapat diproses lebih lanjut," beber dr Syahril.

Investigasi terkait dugaan perundungan atau bullying saat ini masih berproses oleh Kemenkes bersama pihak kepolisian.

Dokter ARL Curhat Beratnya Perkuliahan ke Ibu

A stock photo of a Police Line

Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/LPETTET

Sebelumnya, viral di media sosial kasus dokter ARL ditemukan tewas di kamar kosnya, diduga bunuh diri karena alami bullying atau perundungan. Fakta lain terungkap ditemukannya sebuah buku harian yang mengungkapkan bahwa korban sempat bercerita ke ibunya mengenai beratnya kuliahnya.

Laporan berawal dari kecurigaan karena korban tidak dapat dihubungi oleh sang pacar sejak pagi. Saat itu, kamar kos korban terkunci dari dalam dan rekan korban sempat mengira yang bersangkutan tak ada di kamar.

"Pagi jam 7 atau jam 8 itu pacarnya telepon, ditelepon nggak diangkat-angkat padahal berdering. Nah minta tolong temennya itu, temennya itu kok dicek tutupan mungkin dikos-kosan Tembalang sana, dicek ke Tembalang sana kosong. Akhirnya balik lagi ke sana dicek sama ibu kosnya mau dibuka pakai kunci serep nggak bisa karena dikunci dari dalam, akhirnya panggil tukang kunci dan ditemukan sudah meninggal," jelas Kapolsek Gajahmungkur, Kompol Agus Hartono, Rabu (14/8).

Dari hasil olah TKP, ditemukan buku harian di dalam kamar kos korban. Dalam buku harian itu, yang bersangkutan menceritakan beratnya menjadi mahasiswa kedokteran dan menyinggung urusan dengan seniornya.

"Dia mungkin kan sudah komunikasi sama ibunya karena lihat buku hariannya itu kan kelihatannya merasa berat dalam arti itu pelajarannya berat, dengan senior-seniornya itu berat," kata Agus.

Ibu korban menyadari bahwa anaknya sudah ingin resign dan mengatakan bahwa diirnya sudah tidak kuat melanjutkan studi.

"Ibunya memang menyadari anak itu minta resign, sudah nggak kuat. Sudah curhat sama ibunya, satu mungkin sekolah, kedua mungkin menghadapi seniornya, seniornya itu kan perintahnya sewaktu-waktu minta ini itu, ini itu, keras," sambungnya.

Tanggapan Undip

Fakultas Kedokteran Undip.

Fakultas Kedokteran Undip/Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikJateng

Menanggapi kasus ini, pihak Undip buka suara. Dilansir dari CNN Indonesia, rektor Undip Suharnomo menegaskan dugaan perundungan kepada peserta PPDS berinisial ARL itu tidak benar. 

Lebih lanjut, FK Undip menegaskan bahwa menurut hasil investigasi internal universitas, dokter ARL tidak melakukan bunuh diri akibat perundungan senior, melainkan karena masalah kesehatan mental lainnya.

"Mengenai pemberitaan meninggalnya Almarhumah berkaitan dengan dugaan perundungan yang terjadi, dari investigasi internal kami, hal tersebut TIDAK BENAR," tulis UNDIP melalui pernyataan resmi yang diterima CNBC Indonesia.

"Namun demikian, Almarhumah mempunyai masalah kesehatan yang dapat mempengaruhi proses belajar yang sedang ditempuh. Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai konfidensialitas medis dan privasi Almarhumah, kami tidak dapat menyampaikan detail masalah kesehatan yang dialami selama proses pendidikan," lanjut pernyataan tersebut.

Meskipun demikian, dr. Yan menyebut bahwa kasus yang menimpa PPDS Anestesi itu masih perlu didalami lebih lanjut dan saat ini pihaknya masih menunggu hasil investigasi terbaru.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.