Kenapa Natal Identik dengan Pohon Cemara? Ini Penjelasannya

Natasha Riyandani | Beautynesia
Kamis, 25 Dec 2025 07:30 WIB
Makna Hiasan Lampu pada Pohon Natal
Makna hiasan lampu pada pohon Natal/ Foto: Freepik.com/gpointstudio

Selain Santa Claus, perayaan Natal juga identik dengan pohon cemara berkelap-kelip yang turut memeriahkan momen penuh sukacita ini. Pohon cemara yang menjulang tinggi, baik yang asli maupun buatan, umumnya selalu terpajang di rumah, pusat perbelanjaan, restoran, hingga tempat wisata selama periode Natal. Tapi, tahukah kamu kenapa Natal identik dengan pohon cemara, bukan pohon lainnya?

Bukan hanya soal estetika, pemilihan pohon cemara sebagai pohon Natal ternyata memiliki makna yang mendalam. Dari simbol spiritual hingga sejarah panjang yang melibatkan berbagai budaya, pohon Natal mengandung kisah yang menjadikannya begitu lekat dengan perayaan Natal.

Lantas, kenapa Natal identik dengan pohon cemara? Melansir dari detikJateng, berikut informasi lengkapnya. Simak!

Sejarah Pohon Cemara untuk Natal

Sejarah pohon cemara untuk Natal/ Foto: Freepik.com/senivpetro

Melansir Britannica, secara tradisional pohon cemara memang telah menjadi simbol Kristen. Namun, tradisi menghias pohon Natal dipercaya berasal dari Jerman sejak tahun 723. Awalnya, seorang misionaris Inggris, St. Bonifasius, berjumpa dengan orang-orang kafir yang sedang mempersiapkan pengorbanan kepada dewa Thor (Donar) di pohon ek. Dia pun menebangnya, namun hal tak terduga terjadi, di mana pohon cemara justru tumbuh di lokasi pohon ek ditebang.

Terlepas dari benar atau tidaknya kepercayaan tersebut, pohon cemara kemudian menjadi bagian dari ritual agama Kristen di Jerman. Penggunaan pohon cemara sebagai rangkaian hiasan Natal berbentuk bulat (wreath) atau memanjang (garland) merupakan kebiasaan orang Mesir Kuno, China, dan Ibrani untuk melambangkan kehidupan yang abadi.

Simbol Kehidupan Abadi

Simbol kehidupan abadi/ Foto: Freepik.com/senivpetro

Pohon cemara termasuk pohon evergreen (hijau abadi), di mana daunnya tetap hijau sepanjang tahun dan tahan terhadap perubahan cuaca esktrem, menjadikannya simbol keabadian, harapan, dan iman yang tak pernah mati.

Diketahui, penggunaan pohon cemara sebagai simbol keabadian telah berlangsung selama ribuan tahun, bahkan sebelum kedatangan agama Kristen. Orang Romawi kuno menggunakan cabang-cabang pohon cemara untuk menghias rumah saat pergantian tahun sebagai tanda harapan akan musim semi yang segera datang. Sementara dalam tradisi pagan, ranting-ranting hijau digunakan untuk menghias rumah selama perayaan titik balik matahari musim dingin.

Sedangkan dalam tradisi Kristen, pohon cemara mulai digunakan sebagai hiasan yang melambangkan hubungan manusia dengan Tuhan. Keabadian daun-daun hijau pohon ini dianggap sebagai cerminan kasih Tuhan yang tidak pernah berakhir, terutama di musim dingin yang melambangkan kegelapan dan kesulitan.

Simbol Harapan di Musim Dingin

Simbol harapan di musim dingin/ Foto: Freepik.com/senivpetro

Musim dingin sering dikaitkan dengan kegelapan dan kekosongan. Pohon cemara dianggap memberikan kehangatan visual dan simbolik di tengah suasana dingin. Di Michigan, misalnya, banyak orang yang menggunakan pohon cemara untuk menghias rumah mereka selama musim dingin, bahkan di luar konteks Natal. Itu karena pohon cemara dianggap membawa harapan dan kegembiraan, terutama selama hari-hari kelabu.

Sebagai simbol harapan, pohon cemara dapat memberikan inspirasi dan semangat baru di tengah tantangan hidup. Tradisi ini mengingatkan manusia untuk terus berharap, di mana akan selalu ada cahaya di balik kegelapan.

Warisan Tradisi Jerman

Warisan tradisi Jerman/ Foto: Freepik.com/teksomolika

Barulah pada abad pertengahan, tradisi menghias pohon cemara mulai bermunculan di Jerman. Pohon ini awalnya dikenal sebagai “paradise tree” atau pohon surga, yang melambangkan Taman Eden dalam kisah penciptaan manusia.

Pohon cemara pun mulai dihiasi dengan apel dan dipajang di rumah-rumah umat Kristiani saat perayaan hari Adam dan Hawa, yang diperingati pada tanggal 24 Desember. Seiring waktu, hiasan lain seperti lilin, mulai ditambahkan untuk melambangkan Kristus sebagai cahaya dunia.

Menurut sejarah yang ada, Martin Luther, merupakan tokoh penting dalam Reformasi Protestan dan diyakini sebagai orang pertama yang memperkenalkan tradisi ini. Ia menggunakan pohon cemara yang dihias lilin di dalam rumah untuk merayakan kelahiran Yesus pada abad ke-16.

Kebiasaan ini pun menyebar dengan cepat di Jerman, di mana popularitasnya terus meningkat. Pada abad ke-19, menghias pohon cemara menjadi tradisi nasional yang terus berlangsung di Jerman.

Penyebaran ke Negara Barat

Penyebaran ke negara Barat/ Foto: Freepik.com/freepik

Tradisi pohon Natal pun meluas ke negara-negara lain, terutama Inggris, melalui migrasi orang-orang Jerman. Menghias pohon cemara menjadi populer di Inggris setelah diperkenalkan oleh pangeran kelahiran Jerman, Francis Albert Augustus Charles Emmanuel dan istrinya, Ratu Victoria.

Pada 1848, sebuah ilustrasi gambar keluarga kerajaan Inggris di sekitar pohon cemara yang dihias diterbitkan oleh sebuah surat kabar London, turut memengaruhi masyarakat Inggris dan Amerika untuk mulai menggunakan pohon cemara sebagai bagian dari perayaan Natal mereka.

Di Amerika Serikat, tradisi ini awalnya mendapat penolakan dari kaum Puritan yang menganggapnya memiliki akar paganisme. Namun, pada akhir abad ke-19, pohon Natal menjadi simbol yang diterima secara luas dan menjadi hal yang umum ada di rumah-rumah umat Kristiani.

Pada awalnya, pohon ini dihias dengan bahan-bahan sederhana yang mudah ditemukan seperti kapas, popcorn, dan kacang-kacangan, sebelum dekorasi modern berkembang seperti yang kita kenal saat ini.

Makna Hiasan Lampu pada Pohon Natal

Makna hiasan lampu pada pohon Natal/ Foto: Freepik.com/gpointstudio

Pohon Natal merupakan salah satu simbol paling ikonis dalam perayaan Natal di seluruh dunia. Hiasannya sangat beragam, mulai dari bola Natal (baubles), lampu Natal, lonceng, salju (snowflake), hingga hiasan bintang di puncak pohon, yang tidak hanya mempercantik pohon Natal tapi juga memiliki makna mendalam.

Tradisi menghias pohon Natal dengan lampu-lampu kecil berasal dari perkembangan sejarah yang panjang. Lampu tersebut pertama kali dipopulerkan di Jerman pada abad ke-16, di mana Martin Luther, dipercaya merupakan orang pertama yang menambahkan lilin-lilin kecil pada pohon Natal.

Diketahui, inspirasi ini datang ketika ia melihat bintang-bintang berkilauan di antara pohon-pohon cemara pada malam musim dingin. Lilin-lilin tersebut melambangkan Kristus sebagai cahaya dunia, yang mengacu pada ajaran dalam Alkitab. Seiring waktu, penggunaan lilin digantikan dengan lampu-lampu listrik berukuran kecil agar lebih aman.

Hiasan lampu secara simbolis melambangkan harapan, kehidupan, dan kehadiran Kristus di tengah kegelapan dunia. Sedangkan lonceng melambangkan kebahagiaan dan kegembiraan, serta bintang di puncak pohon dipercaya sebagai simbol penuntun orang bijak kepada bayi Yesus di Betlehem.

Nah, itulan sejumlah alasan mengapa Natal identik dengan pohon cemara, yang ternyata punya makna yang mendalam. Gimana, Beauties jadi makin semangat menghiasnya untuk menyambut Natal, kan?

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(ria/ria)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE