Kisah Miliarder Chuck Feeney, Rela Amalkan Kekayaan hingga Bangkrut Saat Meninggal
Charles Francis Feeney atau lebih akrab disapa Chuck Feeney merupakan seorang miliarder asal AS yang meninggal dunia pada 23 Oktober 2023. Ia dikenal sebagai pendiri perusahaan ritel perjalanan Duty Free Shoppers Group bersama Robert Miller di tahun 1960. Selain diingat sebagai pengusaha sukses, ia juga seorang yang sangat dermawan. Bahkan Forbes menyebutnya sebagai "James Bond of Philanthropy".
Pria kelahiran 23 April 1931 itu mendirikan yayasan Atlantic Philantrophies di tahun 1982 yang menyalurkan dana amal untuk berbagai sektor. Semua donasi yang diberikan Feeney disalurkan dalam jumlah besar dan anonim atau secara diam-diam. Hanya orang-orang terdekat saja yang mengetahui aksi kedermawanannya. Mengutip Forbes, Feeney mengeluarkan lebih dari 8 miliar USD atau sekitar Rp 124 T (berdasarkan kurs Rp15,507) selama hidupnya untuk amal melalui Atlantic Philanthropies.
Sambil mengalokasikan sebagian besar kekayaan untuk donasi, Feeney juga menjalani gaya hidup frugal seperti pakai jam tangan Casio seharga 10 USD (sekitar Rp 155 ribu), sewa apartemen sederhana di San Francisco untuk tinggal, dan terbang menggunakan kelas ekonomi. Pada tahun 2012, ia hanya menyisakan 2 juta USD (sekitar Rp 31 miliar) sebagai dana pensiun dirinya dan sang istri yang dianggapnya sudah cukup.
Donasi dalam Jumlah Fantastis
Foto: Atlantic Philantrophies
Kedermawanan pria yang kekayaannya di tahun 1988 diestimasi mencapai lebih dari 1,3 miliar USD itu pun begitu diingat. Terutama bagi mereka yang merasa tertolong oleh donasinya, mulai dari untuk modernisasi sistem kesehatan di Vietnam, untuk misi perdamaian Irlandia Utara, hingga menjadikan Roosevelt Island yang awalnya terlantar menjadi pusat teknologi. Sektor lain yang jadi tujuan donasi jutaan dolarnya seperti pendidikan sebesar 3,7 miliar USD serta HAM & perubahan sosial senilai 870 juta USD.
Mengutip laman Cornell University sebagai salah satu penerima donasi, Feeney memang mempunyai gol untuk memberikan kekayaannya sebelum hidupnya berakhir, Beauties.
Mencetuskan “Giving While Living”
Chuck Feeney/ Foto: atlanticphilantropies.org
Oleh karena golnya untuk selalu memberi selama ia masih hidup itu, ia pun menjadi pionir “Giving While Living”. “Giving While Living” merupakan aksi mengeluarkan sebagian besar kekayaan yang dimiliki secara langsung untuk amal skala besar, dibandingkan memberi dana untuk yayasan setelah kematian. Dengan begitu, dana yang disumbangkan pun bisa berdampak besar.
Menginspirasi Bill Gates dan Warren Buffett
Chuck Feeney dan Bill Gates/ Foto: atlanticphilantropies.org
Filantropi Chuck Feeney juga berhasil menjadi inspirasi Bill Gates dan Warren Buffett di mana keduanya mengusung kampanye Giving Pledge pada tahun 2020. Kampanye tersebut mengajak orang-orang kaya di dunia untuk mengamalkan setidaknya setengah dari harta kekayaannya sebelum meninggal dunia.
Pesan Feeney untuk Filantropis Muda
Kampanye Giving While Living/ Foto: atlanticphilantropies.org
Menjadi panutan filantropi, Feeney juga mempunyai harapan untuk para generasi muda. Dimuat dalam Forbes bahwa ia ingin pemuda tidak menunggu sampai hari tua untuk beramal, atau lebih parah lagi, menunggu sampai meninggal dunia. Namun memberi selama kamu memiliki energi, koneksi dan pengaruh untuk membuat perubahan karena “Orang yang mempunyai uang mempunyai kewajiban,” ujarnya.
Tahun 2020, Feeney berhasil mencapai gol untuk memberi sebagian besar harta kekayaan miliknya. Lebih dari Rp 124 triliun berhasil disumbangkan, menyisakan kurang dari Rp 31 miliar saat tutup usia.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!