Kisah Phunjo Lama, Perempuan Pendaki Tercepat yang Menaklukkan Gunung Everest

Riswinanti Pawestri Permatasari | Beautynesia
Jumat, 01 Nov 2024 14:30 WIB
Kisah Phunjo Lama, Perempuan Pendaki Tercepat yang Menaklukkan Gunung Everest
Phunjo Lama/Foto: Instagram.com/@phunjo

Mendaki gunung Himalaya jelas bukan sesuatu yang mudah mengingat banyaknya tantangan yang harus dihadapi. Meski demikian, pendaki asal Nepal bernama Phunjo Jhangmu Lama berhasil mencetak rekor dunia sebagai perempuan tercepat yang berhasil menaklukkan Gunung Everest.

Melansir CNN, Phunjo Lama berhasil mencapai puncak gunung tertinggi di dunia ini, dan kembali ke Base Camp, hanya 24 jam dan 26 menit. Perjalanan itu dilaluinya tanpa tidur, dan menjadi bukti ketangguhannya menghadapi tantangan alam ekstrem di kawasan Everest.

Seperti apa kisah perjalanannya? Yuk, simak!

Catatan Perjalanan yang Super Cepat

Phunjo Lama/Foto: Instagram.com/@phunjo
Phunjo Lama/Foto: Instagram.com/@phunjo

Berdasarkan laporan CNN, perjalanan Phunjo dimulai dari Everest Base Camp pada tanggal 23 Mei pukul 3:52 sore. Hanya dalam waktu 14 jam 31 menit, ia berhasil mencapai puncak Gunung Everest yang berada di ketinggian 8.849 meter (29.032 kaki) pada pukul 6:23 pagi keesokan harinya.

Ia kemudian menghabiskan 9 jam 18 menit untuk turun kembali ke Base Camp. Dengan total waktu 24 jam dan 26 menit, Phunjo memecahkan rekor pendakian tercepat yang pernah dipecahkan oleh seorang pendaki perempuan.

Melansir BBC, sebelumnya rekor pendaki perempuan tercepat dipegang oleh pendaki asal Hong Kong bernama Tsang Yin Hung, yang menyelesaikan pendakian dalam waktu 25 jam 50 menit pada tahun 2021. Namun meski sudah berhasil memecahkan rekor, Phunjo mengaku tidak menjadikan catatan waktu sebagai motivasi utamanya, melainkan kecintaannya pada alam pegunungan dan keinginan untuk menantang diri sendiri.

“Tujuan saya mencetak rekor ini adalah untuk mempromosikan keindahan pegunungan Nepal kepada orang-orang di seluruh dunia. Saya ingin memastikan bahwa bukan hanya saya, tetapi semua orang dapat menyaksikan dan menghargai keindahan luar biasa dari keajaiban alam ini,” tulis Phujo dalam unggahannya di akun Instagramnya, @phunjo.

“Saya sangat bahagia telah mencapai puncak, dan lebih dari sekadar bahagia, saya lebih menghargai orang-orang yang telah mendukung saya sepanjang perjalanan ini!” ungkapnya lagi.

Trik Phunjo Lama Menghadapi Tantangan di Gunung Everest

Phunjo Lama/Foto: Instagram.com/@phunjo

Musim pendakian di Gunung Everest memiliki jendela waktu yang sangat terbatas. Tantangan ini disebabkan oleh kondisi cuaca ekstrem dan risiko tinggi yang membuat pendaki harus memperhitungkan waktu mereka dengan cermat. Setiap tahun, terlihat antrean panjang pendaki yang menunggu giliran mereka untuk mencapai puncak, bahkan kadang terjadi "kemacetan" di jalur pendakian yang bisa berlangsung berjam-jam.

Untuk menghindari keramaian ini, Phunjo memutuskan untuk mendaki pada malam hari. Langkah ini terbukti efektif, karena pada pagi hari tanggal 24 Mei, ia hanya berada di belakang sekitar 60 hingga 70 pendaki lainnya. Strateginya ini tidak hanya mempercepat perjalanannya tetapi juga memungkinkan dia untuk menghindari risiko terjebak dalam antrian panjang di ketinggian ekstrem.

Sebelum memulai pendakian cepatnya, Phunjo menghabiskan tiga minggu di Base Camp untuk beradaptasi dengan ketinggian ekstrem. Proses aklimatisasi ini sangat penting bagi para pendaki Everest agar tubuh mereka dapat menyesuaikan diri dengan kadar oksigen yang rendah di ketinggian. Ia juga didampingi oleh rekan pendakinya, termasuk Samantha McMahon, yang sedang berupaya menjadi perempuan Australia pertama yang menaklukkan semua puncak gunung setinggi 8.000 meter di dunia.

“Saya tidak mengikuti rutinitas latihan khusus; sebaliknya, saya berlatih secara konsisten setiap hari. Bagi saya, latihan yang konsisten sama pentingnya dengan makanan. Aspek paling penting dari latihan saya adalah belajar mengendalikan pikiran saya, menjaganya tetap terkendali, dan melatih kesabaran,” tulisnya pada unggahan di akun Instagram @phunjo.

“Hal terpenting dalam kesuksesan mendaki adalah memiliki tim impian, dengan orang-orang yang tepat dan niat yang benar. Dan semua kredit untuk rekor saya ini saya dedikasikan kepada tim Himali, CTSS, dan Tag Nepal. Tanpa dukungan tim-tim ini, saya bahkan tidak akan berani bermimpi,” lanjutnya.

Mimpi tentang Kesetaraan Gender di Kalangan Pendaki

Phunjo Lama/Foto: Instagram.com/@phunjo

Phunjo Lama lahir dan dibesarkan di Lembah Tsum, Nepal, pada ketinggian 4.500-5.000 meter di atas permukaan laut. Sebagai bagian dari komunitas penggembala yak yang hidup jauh dari perkotaan, Phunjo tumbuh dengan hubungan yang erat dengan pegunungan.

Dia mulai mengenal pendakian gunung setelah pindah ke Kathmandu saat remaja, di mana dia belajar berbicara dalam bahasa Nepal dan Inggris. Sebelumnya, dia hanya bisa berbicara dalam dialek lokal.

“Pegunungan adalah tempat bermain dan rumah saya,” kata Phunjo kepada CNN. “Gunung tidak pernah mengatakan bahwa kamu perempuan atau laki-laki. Itulah mengapa saya menyukai gunung, karena gunung selalu adil.”

Pandangan ini tercermin dalam pendekatan Phunjo terhadap profesinya sebagai pemandu pendakian. Saat ini, sekitar 75 persen klien pendakiannya adalah pria, sementara 25 persen adalah perempuan. Namun, ia memiliki impian untuk melihat kesetaraan yang lebih besar di antara para pendaki di masa depan.

“Saya yakin impian saya akan terwujud,” ungkapnya dengan penuh optimisme.

Pendakian Phunjo dan Dampak di Masa Depan

Phunjo Lama/Foto: Instagram.com/@phunjo
Phunjo Lama/Foto: Instagram.com/@phunjo

Pendakian Phunjo pada tahun 2024 juga bertepatan dengan sejumlah perubahan di Gunung Everest. Untuk pertama kalinya, semua pendaki diwajibkan mengenakan chip pelacak selama pendakian mereka. Teknologi ini bertujuan untuk memudahkan pencarian dan penyelamatan jika ada pendaki yang hilang di gunung.

Selain itu, para pendaki juga diwajibkan membawa kantong plastik untuk menyimpan limbah manusia dan membawanya turun dari gunung, sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi masalah sampah yang semakin parah di jalur pendakian Everest.

Selain Gunung Everest, Phunjo telah menaklukkan puncak tertinggi di Amerika Utara, yaitu Denali, dan berencana untuk menaklukkan K2 di Pakistan, gunung tertinggi kedua di dunia. Dengan semangatnya yang tak kenal lelah, Phunjo Lama membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah halangan untuk meraih prestasi di dunia yang penuh tantangan seperti mountaineering.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE