Lawan Stigma, Pria Juga Rentan Menjadi Korban Kekerasan Seksual! Ini Faktanya
Gerakan kesadaran akan kekerasan seksual biasanya disuarakan untuk kaum perempuan. Ya, tak bisa dipungkiri, perempuan sering kali menjadi korban pelecehan atau kekerasan. Namun, siapa saja bisa menjadi korban, termasuk pria, yang juga rentan mengalami perlakukan seksual yang tidak diinginkan.
Saat seorang pria melaporkan adanya tindak kekerasan seksual, masyarakat mungkin akan langsung berasumsi ia adalah pelakunya. Pria sebagai sasaran kekerasan seksual, sampai hari ini masih sulit dipahami oleh sebagian masyarakat.
Joan M. Cook, PhD dan Amy E. Ellis, PhD dari Psychiatric Times, mengatakan bahwa sulit bagi kebanyakan pria untuk melihat diri mereka sebagai korban atau sebagai seseorang yang telah dilecehkan. Hal ini karena stigma-stigma yang melekat pada pria, salah satunya stigma maskulinitas.
Stigma yang dialami pria penyintas kekerasan seksual/Foto: Unsplash/Christian Erfurt |
Maskulinitas yang dilekatkan pada pria tak jarang membuat korban kekerasan seksual pria lebih banyak memilih bungkam. Karena malu dan tidak dianggap serius, masyarakat menilai pria memiliki keharusan untuk mampu melawan atau melindungi dirinya sendiri. Pria harus tangguh, agresif, kuat, dan tidak emosional, juga kerap disebut dengan istilah toxic masculinity.
Jika tidak segera ditangani, maka stigma-stigma yang membungkam pria untuk bicara, akan berdampak pada peningkatan perasaan tidak berdaya, citra diri yang rusak, dan adanya jarak emosional dengan orang lain (emotional distancing). Termasuk pula perilaku menyalahkan diri sendiri atas peristiwa yang dialami.
Data Kekerasan Seksual terhadap Pria
Lawan Stigma, Pria juga Rentan Menjadi Korban Kekerasan Seksual! Ini Faktanya/Foto: Getty Images/iStockphoto/coldsnowstorm
Data Kekerasan Seksual Terhadap Pria
Dilansir dari Psychiatric Times, setidaknya 1 dari 6 anak laki-laki dilecehkan secara seksual sebelum berumur 18 tahun. Jumlah ini meningkat menjadi 1 dari 4 pria pernah mengalami peristiwa seksual yang tidak diinginkan dalam hidup mereka.
Laporan Studi Kuantitatif Barometer Kesetaraan Gender, yang diluncurkan Indonesia Judicial Research Society (IJRS) dan INFID Tahun 2020, menyatakan 33 persen pria mengalami kekerasan seksual khususnya berupa pelecehan.
IJRS juga membeberkan fakta berdasarkan data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak tahun 2017, bahwa pada kelompok umur 13-17 tahun, pria mengalami kekerasan dengan prevalensi 8,3 persen, ini dua kali lipat dari yang terjadi pada perempuan yaitu sebanyak 4,1 persen.
Survei lainnya juga menyatakan hal yang serupa. Dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), pada tahun 2018, menyatakan 60 persen anak laki-laki mengalami kekerasan seksual dan 40 persennya dialami oleh anak perempuan.
![]() Bantu dan dampingi korban kekerasan seksual/foto: Unsplash/Remi Walle |
Temuan-temuan di atas membuka fakta bahwa pria juga rentan mengalami kekerasan seksual. Sebagai solusi, tentunya stigma yang berperan besar pada standarisasi ganda pada pria, seperti toxic masculinity harus dientaskan.
Selanjutnya, lakukan pendampingan agar korban mengetahui dan dapat mengakses konseling yang mampu membantu mereka mengatasi reaksi fisik dan emosional, berikut informasi yang diperlukan mulai dari prosedur medis sampai dengan proses peradilan yang dapat ditempuh.Â
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
Pilihan Redaksi |
Stigma yang dialami pria penyintas kekerasan seksual/Foto: Unsplash/Christian Erfurt
