Memahami Eldest Daughter Syndrome dan Dampaknya pada Hubungan Sosial
Beauties, pernah mendengar istilah Eldest Daughter Syndrome? Istilah ini merujuk pada situasi di mana anak perempuan tertua sering kali dituntut untuk berperan sebagai orangtua pengganti, yang mana hal ini bisa menambah beban di pundak mereka.
Dengan semakin banyaknya anak perempuan tertua yang berbagi pengalaman di media sosial, Eldest Daughter Syndrome menjadi keyword yang sedang naik daun, yang memungkinkan para perempuan untuk berbagi perasaan mereka tentang tumbuh sebagai anak perempuan tertua di keluarga mereka.
Eldest Daughter Syndrome
![]() Ilustrasi/Foto: Freepik.com/lookstudio |
Melansir Vogue, istilah ini menggambarkan situasi di mana anak perempuan tertua dalam keluarga sering kali dibebani dengan tanggung jawab yang sangat besar, yang mengharuskan mereka untuk menjadi penjaga di keluarga.
Dari mengurus adik-adik hingga menjadi mediator saat ada konflik, tanggung jawab ini bisa sangat berat. Perempuan yang mengalami sindrom ini mungkin merasa kesulitan untuk menegakkan batasan atau mencurahkan terlalu banyak energi mereka untuk menyenangkan orang lain.
Bukan Diagnosis Kesehatan Mental Resmi
![]() Ilustrasi/Foto: Freepik.com/primagefactory |
Kati Morton, seorang terapis pernikahan dan keluarga, menjadi viral karena penjelasannya tentang Eldest Daughter Syndrome di TikTok. Dalam video tersebut, Kati menjelaskan bahwa istilah Eldest Daughter Syndrome bukan diagnosis kesehatan mental resmi, melainkan istilah yang diciptakan untuk menggambarkan pengalaman anak perempuan tertua yang bertanggung jawab atas lebih banyak pekerjaan rumah tangga daripada saudara kandung lainnya.
Tanggung Jawab yang Menggunung
Mengungkap Eldest Daughter Syndrome dan dampaknya pada hubungan sosial/Foto: Freepik.com/prostooleh
Seperti yang telah dilansir dari Today, menjadi anak perempuan tertua bisa jadi tantangan tersendiri. Anak perempuan tertua sering kali merasa harus selalu kuat dan tidak boleh menunjukkan kelemahan. Itu sebabnya, banyak dari mereka yang merasa terisolasi, bahkan di tengah keluarga sendiri. Bukan hanya beban fisik, tapi juga emosional yang menumpuk.
Dampak pada Hubungan Sosial
![]() Ilustrasi/Foto: Freepik.com/thanyakij-12 |
Banyak anak perempuan tertua yang menjadi sosok yang sangat bertanggung jawab. Namun di sisi lain, hal ini bisa membuat mereka kesulitan dalam membangun hubungan yang lebih santai dan bebas. Berikut 3 dampak Eldest Daughter Syndrome pada hubungan sosial sebagaimana telah dilansir dari Hindustan Times.
1. Kesulitan Mendelegasikan Tanggung Jawab
Anak perempuan tertua sering kali merasa harus mengurus semuanya sendiri. Saat berada di lingkungan sosial, ini bisa jadi masalah. Misalnya, ketika teman mengajak hangout, mereka mungkin merasa perlu mengatur semuanya dan tidak bisa menikmati waktu tersebut. Ini bisa membuat teman-teman mereka merasa tidak nyaman dan akhirnya mengurangi kedekatan mereka.
2. Rasa Bersalah
Karena terbiasa mengurus orang lain, anak perempuan tertua sering merasa bersalah jika mengutamakan diri sendiri. Rasa bersalah ini bisa menghalangi mereka untuk menjalin hubungan yang lebih bebas dan menyenangkan.
3. Sulit Mengungkapkan Perasaan
Anak perempuan tertua sering kali terlatih untuk menyimpan perasaan demi menjaga keharmonisan keluarga. Saat bertemu teman, mereka mungkin kesulitan untuk berbagi masalah pribadi atau emosi yang sebenarnya ingin mereka ungkapkan. Hal ini bisa menghambat kedekatan dengan teman-teman mereka.
Cara Mengatasi Eldest Daughter Syndrome
Mengungkap Eldest Daughter Syndrome dan dampaknya pada hubungan sosial/Foto: Freepik.com/bristekjegor
Kamu tidak perlu khawatir jika kamu mengalami sindrom ini, karena bukan berarti semua tidak bisa diatasi! Berikut beberapa tips bagi kamu yang mungkin merasakan dampak dari Eldest Daughter Syndrome, seperti yang telah dilansir dari KMA Therapy.
1. Pelajari Cara Menetapkan Batasan
Menetapkan batasan yang kuat memungkinkan kamu untuk peduli pada diri sendiri sekaligus peduli pada orang lain. Kamu akan lebih siap membantu orang-orang di sekitar kamu jika kamu telah memastikan kebutuhan dasar kamu terpenuhi.
Menetapkan batasan bisa sesederhana menyisihkan satu jam tanpa gangguan dalam jadwal kamu untuk melakukan hal yang kamu suka atau menolak ketika kamu tidak mampu atau kamu tidak mau membantu seseorang untuk melakukan sesuatu.
2. Melakukan Perawatan Diri
Mempraktikkan perawatan diri tidak hanya berarti mandi dengan busa atau membaca buku. Namun, menemukan cara untuk memelihara semua aspek kehidupan kamu, termasuk mengonsumsi makanan bergizi, cukup tidur, terhubung dengan teman, memahami emosi kamu, dan bahkan bersenang-senang.
3. Melepaskan Perfeksionisme
Kamu tidak akan mampu melakukan semuanya dengan sempurna. Meskipun perfeksionisme sering kali dianggap sebagai keinginan untuk melakukan semuanya dengan benar, hal ini sering kali hanya merupakan efek dari rasa takut saat melakukan kesalahan.
Perfeksionisme berarti menetapkan standar tinggi untuk diri sendiri yang tidak akan pernah bisa kamu capai, lalu merasa malu jika kamu tidak bisa memenuhinya. Jadi, jangan terpaku dengan kesempurnaan.
Menjadi anak perempuan tertua memang ada tantangannya, tapi jangan biarkan hal ini menghalangi kamu untuk menikmati hidup dan menjalin hubungan yang berarti. Dengan sedikit usaha, kamu bisa menemukan keseimbangan antara tanggung jawab dan kebahagiaan.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!


