Mengenal Barapen, Tradisi Unik Bakar Batu Masyarakat Papua Jelang Perayaan Natal

Natasha Riyandani | Beautynesia
Senin, 23 Dec 2024 08:00 WIB
Proses Memasak
Proses memasak/ Foto: Instagram.com/afhygobay

Selayaknya pada perayaan tradisi agama lain, Natal juga disambut dengan penuh sukacita dan kebahagiaan oleh umat Kristiani di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, umat Kristiani di berbagai daerah memiliki tradisi unik yang sarat akan budaya dan makna.

Salah satunya adalah barapen yang sudah menjadi tradisi adat yang wajib digelar menjelang Natal. Tradisi ini telah menjadi budaya turun-temurun yang dilakukan sejak ratusan tahun lalu untuk memeriahkan perayaan Natal.

Tradisi ‘Barapen’ merupakan sebutan untuk upacara bakar batu. Masyarakat akan bersama-sama turun ke lapangan untuk memasak sejumlah bahan makanan menggunakan batu panas yang dibakar hingga membara.

Lantas, seperti apa serunya tradisi ‘Barapen’ jelang perayaan Natal? Melansir laman detikFood, berikut penjelasan dan makna dibaliknya. Simak!

Mengenal Tradisi Barapen di Papua

Tradisi Bakar Batu atau Barapen/ Foto: Instagram.com/mkona10

Berada di ujung timur Indonesia, Papua dikenal memiliki beragam suku yang masih memegang teguh tradisi yang diwariskan nenek moyang hingga saat ini. Salah satunya adalah barapen atau dikenal juga dengan ‘bakar batu’.

Tradisi ini umumnya dilakukan oleh masyarakat dari suku-suku yang menghuni Lembah Baliem, Paniai, Nabire, Pegunungan Tengah, Pegunungan Bintang, Jayawijaya, Dekai, Yahukimo, dan lainnya.

Tradisi turun-temurun ini digelar untuk merayakan hari-hari besar seperti Natal, pernikahan, maupun menyambut tamu istimewa atau sanak keluarga yang sudah lama pergi atau merantau. Namun, kini berapen juga kerap digelar untuk menyambut tamu yang datang ke Papua.

Selain untuk melestarikan budaya, ada banyak nilai kemoralan yang dibawa dalam tradisi barapen. Kegiatan yang dilakukan bersama-sama ini bertujuan sebagai ungkapan rasa syukur, ajang silaturahmi, dan mempererat tali persaudaraan.

Dalam ritual bakar batu, kamu akan melihat betapa besar solidaritas dan kebersamaan masyarakat Papua. Mereka saling tolong-menolong untuk mengolah dan masak bersama, sehingga memperlihatkan keramahtamahan masyarakat di daerah ini.

Digelar di Lapangan

Digelar di lapangan/ Foto: Instagram.com/mkona10

Berapen selalu digelar di tanah lapang yang luas. Selain untuk meminimalisir terjadinya kebakaran, tapi juga karena prosesnya yang melibatkan banyak orang sehingga harus dilakukan di tempat terbuka.

Tradisi adat ini dimulai sejak pagi buta. Kepala suku akan mengenakan pakaian adat dan berkeliling memanggil warganya.

Masyarakat akan beramai-ramai keluar rumah dan menyiapkan segala keperluan tradisi ini. Mulai dari menyusun batu, menyiapkan bahan-bahan makanan, hingga keperluan memasak lainnya.

Menu Makanan

Ubi dan singkong/ Foto: Instagram.com/_tabunigwe_

Dalam tradisi berapen, daging babi menjadi sajian utama dan spesial yang paling ditunggu. Selain itu, ada pula beberapa makanan yang tak pernah absen seperti ubi jalar, singkong, dan aneka sayuran.

Namun seiring berkembangnya zaman, kini di sejumlah tempat, tradisi bakar batu tidak hanya menyajikan daging babi saja. Melainkan juga menyediakan daging ayam dan daging sapi untuk mereka yang tidak bisa mengonsumsi babi.

Apalagi sekarang ini, tradisi berapen kerap digelar untuk menyambut tamu istimewa seperti bupati, gubernur, hingga presiden. Bahkan, wisatawan yang datang ke Papua juga kerap disambut dengan tradisi ini. Tentunya, hal ini menjadi salah satu bentuk tingginya toleransi masyarakat Papua.

Proses Memasak

Proses memasak/ Foto: Instagram.com/afhygobay

Sesuai dengan namanya, barapen atau bakar batu, maka proses memasaknya dilakukan dengan cara memanaskan batu terlebih dahulu. Batu-batu akan dipanaskan dengan cara dibakar selama beberapa jam hingga panas membara.

Kemudian, sebagian orang ada yang menggali tanah untuk membuat lubang. Setelah cukup dalam, batu panas tersebut diletakkan di dasar lubang, lalu makanan yang akan dimasak seperti daging babi, daging ayam, daging sapi, ubi, dan singkong bisa ditata di atasnya.

Setelah semua makanan tertata, lubang akan ditutup dengan daun pisang. Barulah batu-batu panas itu diletakkan di bagian atas daun pisang. Tumpukkan makanan ini didiamkan selama beberapa waktu hingga matang.

Dalam menata makanan maupun batu panas, masyarakat akan saling bergotong-royong membantu. Tak ayal, tradisi ini diyakini dapat menguatkan rasa kebersamaan bagi warga yang terlibat.

Makan Bersama

Ilustrasi makan bersama/ Foto: Instagram.com/mkona10

Setelah makanan matang, barulah batu-batu panas disingkirkan dan makanan dikumpulkan dalam satu wadah untuk di makan bersama. Biasanya, para perempuan yang bertugas mengumpulkan makanan, sementara para pria akan menyingkirkan batu panas.

Makanan kemudian disantap bersama-sama di tengah lapangan. Nah biasanya, untuk menyantap hidangan ini masyarakat dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mempermudah pembagian makanan. Setelah semua masyarakat berkumpul, barulah makanan dibagikan untuk disantap.

Kebersamaan seperti inilah yang membuat perayaan Natal di Papua sarat akan makna berharga dan penuh kebahagiaan.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(ria/ria)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE