Mengenal Greenwashing, "Topeng" Cinta Lingkungan Demi Raup Cuan

Budi Rahmah Panjaitan | Beautynesia
Jumat, 08 Sep 2023 10:00 WIB
Dampak Greenwashing
Foto: Freepik.com/freepik

Apakah kamu pernah mendengar istilah ‘greenwashing’? Atau mungkin saat ini kamu sudah mulai pilih-pilih produk berlabel ramah lingkungan ketika berbelanja? Ya, memang tidak ada salahnya untuk melakukan hal ini. Sebab, hal tersebut bisa menjadi salah satu bentuk tindakan kita sebagai konsumen untuk mendukung keberlanjutan. Sejumlah penelitian pun telah menunjukkan bahwa niat beli konsumen terhadap “produk hijau” semakin meningkat.

Namun sayangnya, keinginan kita yang kian condong memilih produk ramah lingkungan menjadi celah bagi banyak perusahaan untuk berlomba-lomba membangun citra peduli lingkungan pada produk-produk yang diproduksinya.

Ini terbukti dari salah satu hasil penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal ‘Selekta Manajemen’ menunjukkan bahwa pengiklanan hijau berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap "niat beli hijau".

Namun, yang menjadi persoalannya di sini adalah ketidaksesuaian citra peduli lingkungan yang dibangun oleh banyak perusahaan dengan kenyataannya. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai greenwashing, simak penjelasannya di bawah ini.

Apa Itu Greenwashing?

Greenwashing/ Foto: Freepik.com/frimufilms
Greenwashing/ Foto: Freepik.com/frimufilms

Greenwashing dapat diartikan sebagai upaya untuk menonjolkan citra perusahaan yang ramah lingkungan dan mendukung keberlanjutan tanpa adanya bukti konkret atau komitmen yang substansial terkait hal tersebut. Secara sederhana, sebagaimana dikutip dari Business News Daily, Greenwashing terjadi ketika sebuah perusahaan mengaku sadar lingkungan untuk tujuan pemasaran, padahal sebenarnya tidak melakukan upaya-upaya yang penting akan hal tersebut. Bahkan tidak jarang perusahaan ini menghabiskan lebih banyak waktu dan uang untuk memasarkan dan membangun citra ramah lingkungannya ini daripada benar-benar meminimalkan dampak lingkungannya.

Mungkin kita bisa menyebutkan sebagai gimmick pemasaran yang menipu sehingga perlu diwaspadai. Dikutip dari laman National Geographic, hal senada disampaikan oleh Ellis Jones, seorang sosiolog yang mempelajari greenwashing di College of the Holy Cross. Menurutnya, perusahaan yang menjanjikan keberlanjutan, biodegradable, ataupun sadar lingkungan terkadang gagal memenuhi janji tersebut.

Pada akhirnya ini adalah salah satu bentuk kebohongan. Umumnya, greenwashing ini dilakukan sebagai bentuk branding yang tidak lain dan tidak bukan untuk meningkatkan penjualan. Selain itu juga, untuk memenangkan persaingan pasar agar produknya lebih unggul dibanding kompetitor lainnya.

Cara Mengidentifikasi Greenwashing

Foto: Freepik.com/freepik

Ilustrasi/ Foto: Freepik.com/freepik

Lantas, bagaimana mengidentifikasi Greenwashing ini? Nah, ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Dikutip dari laman Global Netizen, pertama, berhati-hatilah dengan produk yang punya embel-embel “hijau”. Ini dapat ditemukan dalam kata “ramah lingkungan”, “berkelanjutan”, “vegan”, “sadar” dan masih banyak lagi lainnya. Sebagian besar produk hanya memberikan label tanpa menjelaskannya. Oleh karena itu, ketika menjumpai produk seperti ini, lakukanlah riset dengan mencari tahu lebih lanjut.  

Selanjutnya, cari verifikasi mengenai klaim yang diberikan. Biasanya, jika perusahaan benar-benar melakukan seperti yang diklaimnya, maka hal tersebut akan melibatkan verifikasi dari pihak ketiga. Semisal memperoleh sertifikasi dari pihak yang memang punya kewenangan untuk memberikan klaim ramah lingkungan. Bisa berasal dari organisasi audit lingkungan ataupun yang sejenisnya. Selain itu, pastikan pula bahwa pihak yang memberi sertifikasi benar-benar kredibel dan diakui.

Dampak Greenwashing

Foto: Freepik.com/freepik

Greenwashing ini memberikan dampak negatif karena pada klaim yang diberikan tidak sesuai dengan kenyataannya. Sebab, ini menjadi alat pemasaran yang lebih memprioritaskan keuntungan daripada kesungguhan untuk bertanggung jawab atas kelestarian lingkungan.

Melihat kondisi lingkungan termasuk krisis iklim yang terjadi saat ini, jelas saja ini sangat merugikan. Di satu sisi, kita ingin terlibat dalam upaya mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan, namun di sisi lain ada pihak yang memanfaatkan momen ini untuk memperbesar keuntungannya.  

Kasus Greenwashing

Ilustrasi/ Foto: Freepik.com/freepik

Tidak lengkap rasanya membahas greenwashing tanpa melihat lebih dekat ke kasus nyatanya di lapangan. Melansir dari Detik.com, salah satu contoh kasus greenwashing ini pernah dilakukan oleh perusahaan F&B multinasional yang memproduksi susu dan juga AMDK (Air Minum Dalam Kemasan) botol.

Pada 2009, perusahaan ini menyatakan komitmennya untuk menggunakan 20%-30% botol plastik hasil daur ulang Polyethylene Terephthalate (PT) pada 2011. Namun kenyataannya, janji ini tidak dipenuhi. Akibatnya, sampah plastik dari produk yang dipasarkan mengotori alam.

Apa yang Harus Dilakukan?

Foto: Freepik.com/freepik

Sebagai seorang konsumen, langkah paling sederhana yang bisa dilakukan adalah meningkatkan kesadaran. Tidak sedikit dari kita yang ingin mendukung keberlanjutan, tetapi tidak membekalinya dengan pengetahuan yang cukup, termasuk bagaimana cara melakukannya.

Mencari tahu, kampanye, terlibat dalam komunitas yang membahas seputar lingkungan dan greenwashing ini kemungkinan dapat membantu. Dengan membekali diri lebih baik seputar greenwashing, kita dapat memilah dengan lebih bijak produk-produk yang akan dibeli.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(dmh/dmh)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE