Mengenal Jouhatsu, Fenomena Hapus Identitas Diri Demi Memulai Kehidupan Baru
Beauties, apakah kamu pernah ingin 'kabur' dan memulai kehidupan yang benar-benar baru? Mungkin kamu pernah terpikir untuk pindah ke negara baru dan menjalani kehidupan dari awal lagi karena ingin meninggalkan hal-hal menyakitkan di masa lalu. Ternyata, di Jepang, fenomena ini dikenal dengan istilah "jouhatsu".
Istilah ini digunakan untuk menggambarkan seseorang yang memilih untuk menghilang begitu saja, dan berusaha untuk menyembunyikan keberadaan mereka selama bertahun-tahun, atau bahkan puluhan tahun.
Lantas, bagaimana cara mereka melakukan "jouhatsu"? Dan apa saja motif yang mendorong mereka untuk melakukan hal tersebut?
Faktor yang Membuat Orang Melakukan Jouhatsu
Ilustrasi/Foto: Pexels/Damla Karaağaçlı
Sugimoto, salah satu pelaku jouhatsu, mengaku 'muak' dengan hubungan antarmanusia. Hal inilah yang membuatnya berkemas dan pergi menghilang dari kehidupan lamanya.
Sugimoto bercerita kepada BBC, bahwa di kota kelahirannya yang kecil, semua orang mengenalnya karena keluarganya dan bisnis lokal mereka yang terkemuka. Ia pun diharapkan dapat meneruskan bisnis tersebut.
Namun, peran yang dibebankan kepadanya menyebabkannya sangat tertekan sehingga ia tiba-tiba meninggalkan kota itu untuk selamanya dan tidak memberi tahu siapa pun ke mana ia akan pergi.
Bahkan, di Jepang ada perusahaan yang menyediakan jasa bagi seseorang yang ingin melakukan jouhatsu. Mereka membantu orang yang ingin menghilang secara diam-diam untuk menjauh dari kehidupan mereka, dan dapat menyediakan tempat tinggal bagi mereka di tempat yang dirahasiakan.
"Biasanya, alasan untuk pindah adalah sesuatu yang positif, seperti masuk universitas, mendapatkan pekerjaan baru, atau pernikahan. Namun, ada juga kepindahan yang menyedihkan, misalnya, seperti putus kuliah, kehilangan pekerjaan, atau melarikan diri dari penguntit,” kata Sho Hatori, pendiri perusahaan.
Awalnya, ia mengira kehancuran finansial akan menjadi satu-satunya hal yang mendorong orang untuk melarikan diri dari kehidupan mereka yang bermasalah, tetapi ia segera menemukan bahwa ada juga “alasan sosial”.
“Apa yang kami lakukan adalah mendukung orang untuk memulai kehidupan kedua,” katanya.
Kehidupan Menjalani Jouhatsu
Ilustrasi/Foto: pexels.com/Evgeny Tchebotarev
Sosiolog Hiroki Nakamori telah meneliti jouhatsu selama lebih dari satu dekade. Ia mengatakan istilah "jouhatsu" pertama kali digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang memutuskan untuk menghilang pada tahun 60-an. Angka perceraian di Jepang sangat rendah, jadi beberapa orang memutuskan lebih mudah untuk meninggalkan pasangan mereka daripada menjalani proses perceraian yang rumit dan formal.
"Di Jepang, lebih mudah untuk menghilang begitu saja," kata Nakamori.
Privasi sangat dilindungi di Jepang, orang yang hilang dapat dengan bebas menarik uang dari ATM tanpa ditandai, dan anggota keluarga mereka tidak dapat mengakses video keamanan yang mungkin merekam orang yang mereka cintai saat melarikan diri.
"Polisi tidak akan campur tangan kecuali ada alasan lain- seperti kejahatan atau kecelakaan. Yang dapat dilakukan keluarga hanyalah membayar banyak uang untuk detektif swasta. Atau hanya menunggu. Itu saja," tambahnya.
Bagi Sugimoto, ada perasaan sedih dan menyesal yang masih melekat setelah meninggalkan kehidupan lamanya.
"Saya selalu merasa telah melakukan kesalahan," kata Sugimoto. "Saya tidak bertemu [anak-anak saya] selama setahun. Saya memberi tahu mereka bahwa saya sedang dalam perjalanan bisnis."
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!