Mengenal Kanguru Wondiwoi, Sempat Dinyatakan Punah tapi Muncul Lagi di Indonesia

Riswinanti Pawestri Permatasari | Beautynesia
Senin, 06 Oct 2025 18:15 WIB
Penemuan Kembali di Hutan Papua
Kanguru wondiwoi bersama anaknya/Foto: Instagram.com/scienceexplored

Sejak 100 tahun terakhir, The Environmental Literacy Council mencatat bahwa setidaknya 500 spesies hewan langka telah punah dari muka bumi. Salah satunya adalah kanguru pohon wondiwoi yang terakhir terlihat pada tahun 1928, dan kemudian tak pernah muncul lagi setelahnya. Namun setelah puluhan tahun dianggap punah, makhluk kecil ini secara tak terduga kembali muncul.

Melansir CBA, kanguru wondiwoi diberhasil diabadikan dalam foto di hutan pegunungan Papua. Penemuan ini jelas memicu decak kagum para peneliti dan pecinta alam, karena memberi harapan baru bagi spesies yang “hilang” itu.

Lalu seberapa Istimewa hewan ini? Bagaimana penemuannya bisa menciptakan harapan baru di dunia ilmu pengetahuan? Yuk kita selami fakta-fakta berikut ini!!

Mengenal Kanguru Wondiwoi

Kangguru Pohon di Wondiwoi yang Berhasil Didokumentasikan/Foto: Instagram.com/scienceexplored
Kanguru Pohon di Wondiwoi di Alam Bebas/Foto: Instagram.com/scienceexplored

Kanguru Wondiwoi memiliki nama ilmiah Dendrolagus mayri. Ia adalah jenis kanguru pohon (tree kangaroo) yang endemik di pulau New Guinea, tepatnya di Semenanjung Wondiwoi, Provinsi Papua. Menurut catatan ilmiah, sebelumnya spesies ini diketahui hanya dari satu spesimen, yaitu seekor jantan, yang didokumentasikan pada tahun 1928 oleh Ernst Mayr. Specimen tersebut kemudian dikirim ke Museum Sejarah Alam di London.

Dalam klasifikasi biodiversitas, melansir Cool Green Science, kanguru wondiwoi termasuk dalam genus Dendrolagus, yang merupakan kelompok marsupial yang secara ekologi menempati habitat pohon daripada tanah. Spesies–spesies tree kangaroo ini memiliki adaptasi khusus seperti cakar kuat untuk merambat dan organ tubuh yang mendukung mobilitas vertikal.

Sempat Dinyatakan Punah

Kangguru Wondiwoi Termasuk Jenis Tree Kangaroo/Foto: Instagram.com/scienceexplored

Ketika Ernst Mayr mengamati dan mendokumentasikan satu ekor kanguru wondiwoi pada 1928, itu menjadi satu-satunya catatan resmi yang pernah ada tentang keberadaan spesies ini di muka bumi. Sejak saat itu, tak ada pengamatan meyakinkan lain selama puluhan tahun, sehingga kanguru wondiwoi dianggap “specimen tunggal dari masa lampau”.

Karena tidak ada bukti hidupnya selama puluhan tahun, spesies ini masuk dalam daftar “critically endangered, possibly extinct” dalam status konservasi. Beberapa pengamat bahkan menyimpulkan bahwa hewan ini sudah punah.

Faktanya, penelitian terhadap spesies ini memang tidak mudah dilakukan selama hampir 100 tahun terakhir. Berdasarkan ulasan National Geographic, kondisi medan di daerah Wondiwoi sangat menantang karena berupa hutan pegunungan, keberadaan bambu lebat, curah hujan tinggi, dan akses sangat terbatas bagi tim ekspedisi. Hal ini membuat penelitian intensif sangat sulit dilakukan. Apalagi penduduk lokal atau pemburu umumnya tidak memasuki ketinggian habitat spesies ini karena kondisi sulitnya.

Penemuan Kembali di Hutan Papua

Kanguru wondiwoi bersama anaknya/Foto: Instagram.com/scienceexplored

Pada Juli 2018, sebuah tim ekspedisi yang dipimpin oleh seorang amatir botanist asal Inggris bernama Michael Smith melakukan perjalanan ke pegunungan Wondiwoi, Provinsi Papua, Indonesia, dalam upaya menjelajahi habitat tanaman (misalnya rhododendron) yang jarang disentuh manusia. Dalam ekspedisi tersebut, tim akhirnya berhasil menemukan bukti nyata bahwa kanguru wondiwoi ternyata masih ada.

Melansir laman National Geographic, keberadaan satwa ini berhasil dideteksi pada ketinggian ±1.500–1.700 meter. Smith bersama tim lokal (termasuk pemandu lokal dan mahasiswa dari Universitas Papua) menaiki lereng curam, menembus vegetasi lebat dan hutan bambu. Tim melihat jejak-jejak khas yang hanya bisa muncul dari aktivitas kanguru pohon, antara lain jejak cakar di batang pohon, kotoran (scat), serta bekas goresan khas di pohon sebagai sisa aktivitas merambat.

Awalnya, pencarian nyaris tak membuahkan hasil. Menjelang akhir ekspedisi, banyak orang sudah mulai mundur. Namun, akhirnya mereka menangkap gambar satwa tersebut. Foto-foto itu kemudian dikonsultasikan dengan ahli biologi marsupial untuk verifikasi identifikasi.

Para ahli seperti Mark Eldridge dari Australian Museum dan Roger Martin dari James Cook University ikut dilibatkan dalam proses verifikasi identitas gambar tersebut, melihat kesesuaian warna bulu, pola, kecerahan, serta ciri khas dari specimen awal tahun 1928.

Penemuan ini bukan hanya sekadar “foto satwa langka”, tetapi sebuah konfirmasi bahwa spesies yang dianggap hilang mungkin masih bertahan dalam populasi kecil dan tersembunyi di habitat yang sangat sempit.

Status Konservasi dan Ancaman Saat Ini

Kanguru Wondiwoi Masih Belum Sepenuhnya Aman/Foto: Instagram.com/scienceexplored

Meskipun ditemukan kembali, kanguru wondiwoi masih berada dalam kondisi kritis. Melansir laman Counter Currents, beberapa ancaman utama yang dihadapi spesies ini adalah

  • Hilangnya habitat: deforestasi untuk pertanian, penebangan, pembukaan lahan dan kegiatan ekstraktif (misalnya pertambangan) dapat merusak habitat pohon di pegunungan.
  • Fragmentasi habitat: populasi yang kecil tersebar dalam area terbatas sangat rentan terhadap gangguan genetik dan isolasi.
  • Perburuan lokal atau interaksi manusia: meskipun di daerah tinggi manusia jarang masuk, tekanan dari pemburu lokal atau penggunaan lahan dapat tetap menjadi ancaman. Terlebih dengan fakta bahwa langka ini masih ada, tentunya akan memicu perburuan di kawasan Wondiwoi.
  • Kurangnya data ilmiah dan penelitian lanjutan: karena sangat jarang teramati, masih banyak hal yang tidak diketahui, seperti jumlah populasi, pola reproduksi, distribusi pastinya.

Penemuan kembali Kanguru Wondiwoi memiliki makna besar bukan hanya bagi Indonesia, tapi bagi dunia konservasi. Ini menunjukkan bahwa alam masih menyimpan misteri dan peluang harapan bahwa spesies yang dianggap hilang tidak selalu benar-benar musnah.

Kehadirannya kembali membuka peluang penelitian lanjutan. Selain itu, agar satwa ini tidak sampai punah, perlu dilakukan tindakan preventif seperti pemantauan populasi hingga perancangan strategi konservasi berbasis habitat.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE