Menjadi sukses bukan hanya sekadar impian, namun saat ini kesuksesan sudah menjadi tuntutan bagi setiap orang. Meskipun ada banyak hal positif yang didapat dari impian atau tuntutan ini, ada banyak 'kerugian' yang mengikuti di belakangnya. Pada akhirnya, ini mendorong orang untuk bekerja tanpa lelah untuk pengakuan yang lebih besar.
Mengutip BBC, impian atau tuntutan ini akhirnya memunculkan sebuah perasaan tidak berdaya. Jika kamu sedang berada di fase ini, kamu bisa mempelajari salah satu teknik Jepang yang disebut wabi sabi. Dilansir dari berbagai sumber, berikut 5 hal yang perlu kamu ketahui tentang teknik wabi sabi.
Sejarah Wabi Sabi
Ilustrasi/Foto: Freepik.com |
Dikutip dari BBC, teknik ini pertama kali muncul sebagai sebuah konsep dalam Taoisme, filosofi Tiongkok yang didirikan oleh Lao Tzu. Dalam teks dasar Taoisme, Lao Tzu menekankan pentingnya menerima banyak kekurangan dalam hidup. Lao Tzu percaya bahwa banyak hal yang kita coba perbaiki atau tingkatkan sebenarnya sudah utuh dan bagus.
Menurut Stanford's Encyclopedia of Philosophy, Jepang mulai mengadopsi ide-ide minimalis ini pada tahun 1400-an. Setelah perang nasional menghancurkan aristokrasi mereka, orang tidak lagi tertarik pada barang-barang mewah dan berornamen yang sebelumnya dipamerkan oleh kelas atas. Sebaliknya, mereka mulai beralih ke apresiasi Taoisme yang sederhana. Hal ini pun membuat wabi sabi semakin populer.
Arti Wabi Sabi
Ilustrasi/Foto: Freepik.com |
Dalam bukunya yang berjudul Wabi Sabi Simple, Richard Powell berkomentar bahwa wabi sabi memelihara semua yang otentik dengan mengakui tiga realitas sederhana, yakni tidak ada yang bertahan, tidak ada yang selesai, dan tidak ada yang sempurna. Filosofi ini menemukan pentingnya dalam setiap langkah perjalanan seseorang atau sesuatu.
Perfeksionisme vs Wabi Sabi
Ilustrasi/Foto: Freepik.com |
Media sering membuat kita percaya bahwa kelebihan adalah tujuan dan kekurangan adalah musuh. Hal ini tentunya berbeda dengan filosofi dari teknik wabi sabi.
Ketika kita bersikeras bahwa kita harus selalu berusaha lebih, kita menciptakan harapan yang sangat tinggi untuk diri kita sendiri, yang mengarah ke perfeksionisme. Studi terbaru telah membuktikan bahwa banyak orang saat ini bergumul dengan masalah perfeksionisme.
Dilansir dari Psychological Bulletin, selama beberapa dekade terakhir telah terjadi peningkatan perfeksionisme sebesar 10 persen di kalangan anak muda Amerika Serikat. Sedangkan dalam filosofi teknik wabi sabi, hidup ini penuh dengan ketidaksempurnaan. Yang perlu diketahui adalah bahwa kesempurnaan merupakan hal yang mustahil dan apabila dipaksa untuk meraihnya, hanya akan menimbulkan kekecewaan dan kecemasan.