Mengulik Fakta Psikologis tentang Prokrastinasi, Kebiasaan Menunda Pekerjaan dan Cara Atasinya!
Sering kali, kita merasa terjebak dalam kebiasaan menunda-nunda pekerjaan atau yang dikenal dengan istilah prokrastinasi. Hal ini bukan hanya tentang malas, tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai faktor psikologis yang sering kali tersembunyi.
Mengapa kita terus menunda pekerjaan yang seharusnya bisa diselesaikan sekarang? Berikut alasan psikologis di balik prokrastinasi, bagaimana hal ini mempengaruhi kesejahteraan mental, serta langkah-langkah praktis yang bisa Beauties ambil untuk mengatasinya. Simak!
Prokrastinasi: Kebiasaan atau Gangguan?
Prokrastinasi dapat dikaitkan dengan kondisi psikologis/Foto: Freepik/freepik
Dr. Piers Steel, seorang psikolog dari University of Calgary yang ahli dalam studi prokrastinasi, mengungkapkan dalam wawancaranya dengan Psychology Today, bahwa prokrastinasi adalah sebuah kebiasaan yang bisa berkembang menjadi gangguan apabila dilakukan secara terus-menerus.
Menurutnya, prokrastinasi biasa berakar pada perasaan takut gagal atau cemas akan hasil akhir pekerjaan. Kebiasaan ini semakin sulit dihentikan karena memberikan "kelegaan sementara" yang sebetulnya dapat memicu lingkaran prokrastinasi berulang.
Di sisi lain, psikolog dan pakar produktivitas, Jane Burka, dalam bukunya Procrastination: Why You Do It, What to Do About It Now, menyebut prokrastinasi dapat menjadi bentuk pengalihan dari kecemasan. Jane menjelaskan, mereka yang menunda pekerjaan sering kali memiliki kecenderungan untuk menghindari tekanan emosional yang muncul ketika harus melakukan sesuatu yang besar atau menantang.
Kaitan Antara Prokrastinasi dan Perfeksionisme
Salah satu faktor yang sering kali memicu prokrastinasi adalah perfeksionisme/Foto: Freepik/cookiestudio
Perfeksionisme sering kali menjadi penyebab utama seseorang terjebak dalam kebiasaan prokrastinasi. Dr. Ellen Hendriksen, seorang psikolog klinis di Boston University, menyebutkan perfeksionis sering merasa bahwa jika pekerjaan tidak dapat dilakukan dengan sempurna, maka lebih baik ditunda.
Mengutip Scientific American, Dr. Hendriksen menjelaskan bahwa perfeksionisme memunculkan perasaan cemas berlebihan, yang kemudian memicu penundaan sebagai cara menghindari kekecewaan atau penilaian negatif.
Penelitian lain yang dipublikasikan oleh Dr. Fuschia Sirois, seorang profesor psikologi di University of Sheffield, menemukan prokrastinasi dan perfeksionisme saling berkaitan erat dan sering kali menghambat produktivitas serta mengurangi kepuasan pribadi. Dr. Sirois menyebut bahwa perfeksionisme dapat membuat seseorang merasa tugas mereka harus sempurna, dan perasaan ini menciptakan ketakutan untuk mulai atau menyelesaikan pekerjaan.
Efek Psikologis Prokrastinasi
Prokrastinasi yang berkelanjutan dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup/Foto: Freepik/freepik
Prokrastinasi yang berlarut-larut bisa membawa dampak buruk bagi kesehatan mental. Mengutip American Psychological Association, Dr. Joseph Ferrari, seorang profesor psikologi di DePaul University, menjelaskan orang yang terbiasa menunda pekerjaan cenderung mengalami kecemasan, stres, dan penurunan tingkat kepuasan hidup. Prokrastinasi bukanlah bentuk istirahat, melainkan strategi penghindaran yang justru menambah tekanan emosional di kemudian hari.
Di samping itu, studi yang diterbitkan dalam Journal of Behavioral Medicine oleh Dr. Fuschia Sirois juga mengungkapkan jika hal ini dalam jangka panjang bisa berhubungan dengan penurunan imunitas tubuh, menyebabkan sakit kepala, gangguan tidur, dan bahkan depresi. Stres akibat penundaan terus-menerus akan berdampak buruk pada kesehatan fisik maupun mental.
Cara Mengatasi Prokrastinasi
Mengatasi prokrastinasi membutuhkan pendekatan yang terstruktur/Foto: Freepik/ayokbisastudio
Mengatasi kebiasaan menunda membutuhkan perubahan dalam pola pikir dan rutinitas. Melansir saran dari Dr. Linda Sapadin, psikolog sekaligus penulis buku It's About Time! The Six Styles of Procrastination and How to Overcome Them, salah satu cara efektif adalah dengan memecah pekerjaan besar menjadi tugas kecil yang lebih mudah dikelola. Linda menyarankan untuk memulai hari dengan menyelesaikan tugas yang paling sulit, sehingga beban pekerjaan terasa lebih ringan setelahnya.
Dr. Melanie Greenberg, seorang psikolog dan pakar dalam terapi mindfulness, dalam wawancaranya di Psychology Today, juga merekomendasikan metode mindfulness atau kesadaran penuh untuk mengatasi prokrastinasi. Menurut Melanie, mindfulness dapat membantu seseorang lebih fokus pada tugas saat ini tanpa merasa terbebani oleh hasil akhir atau kecemasan yang tidak perlu.
Prokrastinasi mungkin tampak seperti kebiasaan kecil yang tidak berbahaya, tetapi dampaknya pada produktivitas dan kesejahteraan kita bisa sangat besar. Dengan memahami akar psikologis dari perilaku ini dan menerapkan strategi yang tepat, kamu bisa mulai mengubah kebiasaan menunda menjadi tindakan yang lebih proaktif.
Jadi, Beauties, yuk mulai sekarang kita lebih sadar akan kebiasaan ini dan berusaha mengatasinya untuk kehidupan yang lebih produktif dan bahagia!
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!