Mengulik Penggambaran Perempuan yang Sering Muncul di Layar Lebar Hollywood, Misoginis Tersembunyi?
Pernah sadar nggak sih kalau perempuan di film layar lebar sering kali digambarkan bukan sebagai manusia utuh, tapi sebagai “makhluk lain” yang eksistensinya lebih sering berputar pada fantasi laki-laki? Mulai dari alien berwujud seksi, robot cantik yang clueless, sampai karakter perempuan yang hidupnya hanya jadi pemanis cerita.
Yup, ini bukan sekadar kebetulan, Beauties! Ini adalah trope misoginis yang diam-diam masih jadi standar di Hollywood maupun industri film global. Yuk, simak lebih jauh!
Alien Cantik: Fantasi Eksotis yang Nggak Pernah Mati
Alien Cantik: Fantasi Eksotis yang Nggak Pernah Mati/Foto: pinterest.com/winterboobear1
Coba deh ingat-ingat film Guardians of the Galaxy (2014). Karakter Gamora (Zoe Saldana) dan Nebula (Karen Gillan) memang badass, tapi tetap dikemas dalam tubuh ideal perempuan versi Hollywood: seksi, flawless, dan selalu buat penonton laki-laki betah nonton.
Bahkan dalam Avatar (2009), Neytiri si “alien cantik” juga diposisikan sebagai eksotis, sensual, dan pada akhirnya menjadi pasangan sang tokoh utama laki-laki. Polanya jelas. Perempuan alien sering dipakai sebagai simbol “the other” atau sesuatu yang asing tapi bisa dijinakkan.
Robot Cantik: Fantasi Kepatuhan yang Dipoles
Robot Cantik: Fantasi Kepatuhan yang Dipoles/Foto: pinterest.com/mobilestorenearme
Kalau bicara robot cantik, Beauties pasti nggak asing dengan Ex Machina (2014). Karakter Ava adalah robot AI perempuan dengan wajah cantik, tubuh ramping, dan bahasa tubuh menggoda. Seolah-olah perempuan yang “ideal” adalah perempuan yang bisa diprogram sesuai kehendak laki-laki.
Bukan hanya itu, coba lihat Her (2013). Di film ini, Samantha (disuarakan Scarlett Johansson) adalah sistem operasi dengan suara sensual yang “selalu ada” untuk memenuhi kebutuhan emosional tokoh laki-laki. Walaupun filmnya terlihat manis dan filosofis, tetap saja ada bias yang terasa, perempuan dikonstruksi sebagai “support system”. Eksis hanya untuk mengisi kesepian pria, tanpa tubuh, tanpa agency, hanya sebatas suara yang menenangkan.
The Damsel: Perempuan yang Harus Diselamatkan
The Damsel: Perempuan yang Harus Diselamatkan/Foto: pinterest.com/hjoseg
Meski sudah 2020-an, trope klasik “perempuan sebagai korban yang harus diselamatkan” masih kian menempel. Ingat Spider-Man versi manapun? Dari Mary Jane sampai Gwen Stacy, karakter perempuan mendapatkan adegan sebagai korban, misal diculik, jatuh dari gedung, atau dijadikan motivasi sang pahlawan pria buat “lebih kuat.” Narasi ini sebenarnya tidak lepas dari sistem patriarki yang masih mengakar yaitu perempuan dianggap lemah, pasif, dan membutuhkan “pahlawan laki-laki” untuk survive.
Jadi, Kenapa Ini Masih Terjadi?
Jadi, Kenapa Ini Masih Terjadi?/Foto: freepik.com/frimufilms
Industri film itu politis, Beauties. Siapa yang buat cerita? Siapa yang pegang kamera? Siapa yang punya modal? Jawabannya mayoritas laki-laki. Selama struktur kekuasaan di industri film masih maskulin, selama itu pula perempuan akan terus muncul sebagai alien, robot, suara manis di telinga, atau korban alih-alih tokoh utama dengan narasi yang kompleks.
Kalau kita lihat lebih luas, hal ini paralel dengan politik dunia nyata. Perempuan di ruang publik sering direduksi ke tubuhnya, ditakar nilainya dari penampilan, atau ditempatkan sebagai “pendukung”, jarang diberi ruang untuk benar-benar menentukan cerita sendiri. Industri film hanya jadi cermin megah dari realitas yang sama.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Apa yang Bisa Kita Lakukan?/Foto: imdb.com
Sebagai penonton, kita punya kuasa untuk kritis. Mulai deh biasakan bertanya:
- Kenapa karakter perempuan di film ini dibuat seperti ini?
- Apakah dia punya agency atau hanya jadi alat pendorong cerita pria?
- Siapa yang dapat spotlight? Karakternya atau tubuh/suaranya?
Dan tentu, dukung sineas perempuan serta film-film yang berani melawan arus. Sebab tanpa itu, layar lebar akan terus jadi panggung penuh robot cantik, alien seksi, dan suara manis yang hanya ada untuk menemani pria sementara cerita perempuan nyata masih tersembunyi di balik bayangan kamera.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang dapat ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!