Setiap tanggal 2 Mei, Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional atau yang biasa disingkat Hardiknas. Tanggal 2 Mei dipilih untuk memperingati kelahiran Ki Hadjar Dewantara, sosok pelopor pendidikan di Indonesia dan pendiri Taman Siswa.
Filosofi pendidikannya yang terkenal yakni “Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani”, masih terasa relevan hingga kini. Artinya, di depan memberi teladan, di tengah membangun semangat, dan di belakang memberikan dorongan. Konsep ini mengajarkan bahwa pendidikan bukan sekadar soal sekolah, tetapi soal nilai, kebijaksanaan, dan keteladanan.
Di era modern ini, tantangan pendidikan semakin kompleks. Banyak perempuan muda yang tumbuh dalam tekanan zaman digital, tuntutan karier, sekaligus tanggung jawab keluarga. Di sinilah peran pendidikan menjadi penting, tidak hanya sebagai sarana meraih gelar, tetapi juga sebagai jalan untuk tumbuh menjadi pribadi yang kuat, cerdas, dan berdaya. Pendidikan bukan hanya milik anak-anak di sekolah, tapi milik siapa saja yang terus belajar, termasuk perempuan yang tak henti mencari ilmu, baik lewat buku, pelatihan, maupun pengalaman hidup.
Sayangnya, masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Ketimpangan akses pendidikan di daerah terpencil, beban ekonomi yang membatasi kesempatan belajar, hingga kurikulum yang belum sepenuhnya mendukung pengembangan karakter dan kreativitas. Ditambah lagi pengaruh dari kemajuan teknologi yang seharusnya dapat dikendalikan dengan baik, bukan justru disalahgunakan.