Banyak orang tumbuh dengan idealisme tentang pernikahan, terutama karena media dan budaya kerap menggambarkannya sebagai sebuah kisah cinta yang sempurna, penuh kebahagiaan, harmoni, dan keabadian. Namun, realita pernikahan tidak selalu seindahan yang terlihat.
Pernikahan, pada kenyataannya, dipenuhi dengan tantangan, kompromi, bahkan kenyataan pahit yang jarang dibicarakan secara terbuka. Artikel yang dilansir dari Fodmap Everyday ini hadir untuk membahas 5 kenyataan pahit pernikahan yang kerap baru disadari setelah perjalanan bersama dimulai, berdasarkan pandangan para psikolog dan penelitian.
Pernikahan Tidak Selalu 50/50
Realita pernikahan tidak selalu 50-50/Foto: Freepik/pressfoto |
Dalam pernikahan, banyak orang berharap segala hal bisa terbagi rata, mulai dari tugas rumah tangga, tanggung jawab, hingga beban pikiran, tetapi kenyataannya tidak sesederhana itu. Fakta pernikahan yang sering terlambat disadari adalah ada kalanya satu pihak lebih terbebani secara emosional, sedangkan yang lain lebih sibuk mengurus keuangan. Perubahan keseimbangan ini wajar terjadi, bahkan sering kali tidak bisa benar-benar disamakan kembali.
Penelitian tahun 2023 dari Psychology of Relationships menunjukkan bahwa banyak pasangan merasa kontribusi mereka lebih besar daripada yang sebenarnya dan perasaan ini bisa memicu rasa kesal di kemudian hari. Oleh karena itu, kunci pernikahan yang sehat bukanlah membagi semua hal dengan hitungan 50/50, melainkan bagaimana kedua belah pihak mau beradaptasi, berbagi dengan cara yang realistis, dan terus berkomunikasi.
Ketidakseimbangan bukanlah tanda kegagalan pernikahan, melainkan bagian dari proses memahami cara kerja masing-masing pasangan. Pernikahan bukan soal kesempurnaan, tetapi tentang belajar berjalan bersama meskipun langkah kalian tidak selalu sama panjang.