Pandawara Ajak Masyarakat Indonesia Beli Hutan Indonesia, Sederet Artis Siap Sumbang Rp1 M
Menjelang tutup tahun 2025, Indonesia dihantam berbagai bencana alam. Salah satu yang kini sedang menjadi sorotan adalah banjir Sumatera pada akhir November lalu. Melansir DetikNews, jumlah korban meninggal hingga Rabu (10/12/2025) tercatat mencapai 967 orang, tersebar di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. Dilansir dari DetikEdu, penyebab banjir ini bukan hanya karena cuaca ekstrim dan curah hujan terlalu tinggi, tapi juga dipicu oleh penggundulan hutan di kawasan tersebut.
Namun faktanya, Sumatra bukan satu-satunya lokasi yang mengalami penggundulan hutan, Krisis deforestasi, alih fungsi lahan, dan degradasi lingkungan makin terasa di berbagai daerah Indonesia. Hutan sebagai paru-paru alam terus menyusut di mana-mana, sehingga banjir bandang Sumatra bisa saja terjadi di daerah lain.
Di tengah situasi ini, Pandawara Group mengusung ide yang cukup mengejutkan. Dengan banyaknya hutan yang disalahgunakan, Pandawara Group mengusulkan agar masyarakat bersama-sama membeli kembali hutan Indonesia agar tidak dialihfungsikan. Ide ini kini ramai dibahas, dengan dukungan sejumlah publik figur dan warganet.
Masyarakat Indonesia Diajak Patungan Beli Hutan
![]() Unggahan Pandawara Group/Foto: Instagram/@pandawaragroup |
Kerusakan hutan di Indonesia bikin miris banyak pihak. Jika dibiarkan, maka hal ini bisa berdampak semakin buruk dan bisa mengancam keseimbangan ekosistem. Pada akhirnya, bencana yang lebih buruk bisa mengintai siapa saja.
Berbekal kekhawatiran ini, dalam unggahan di Instagram @pandawaragroup, para aktivis melontarkan ide untuk membeli hutan Indonesia untuk diolah oleh rakyat. Ide ini mengusung semangat kolektif, masyarakat dari berbagai latar bisa ikut serta, bahkan dengan donasi kecil, agar ada bagian hutan yang keamanannya dijamin bersama.
Tujuannya tidak sekadar membeli lahan, melainkan melindungi hutan dari konversi lahan, menjaga keanekaragaman hayati, serta mencegah kerusakan lingkungan lebih lanjut. Pandawara berharap gerakan ini bisa menjadi alternatif, bukan hanya bergantung pada negara atau korporasi untuk konservasi hutan secara partisipatif.
Siapa Pandawara Group?
Para Aktivis Pandawara Group/Foto: Instagram/@pandawaragroup
Melansir website resminya, Pandawara Group adalah kelompok aktivis dan pegiat lingkungan yang dikenal karena kontennya di media sosial, serta kampanye peduli isu lingkungan.Melansir detikNews, Pandawara terdiri dari lima orang, yaitu Ikhsan Destian, Gilang Rahma, Muhammad Rifqi, Rafly Pasya, dan Agung Permana. Namun, dalam melakukan kegiatannya, para aktivis ini membuka ruang terbuka bagi para aktivis, volunteer, dan pecinta lingkungan yang ingin bergabung.
Sejauh ini, Pandawara Group telah melakukan berbagai aksi nyata, terutama membersihkan sampah-sampah di alam, mulai dari sungai, pantai, hutan, dan lokasi lain yang memerlukan pembersihan. Gagasan “patungan beli hutan” sendiri muncul dalam unggahan mereka pada 4 Desember 2025 sebagai reaksi terhadap maraknya alih fungsi hutan dan bencana ekologis, terutama di Sumatra.
Dapat Dukungan Penuh dari Artis dan Influencer
Para Aktivis Pandawara Group/Foto: Instagram/@pandawaragroup
Ide membeli hutan Indonesia mungkin terdengar sangat besar. Namun, mengingat kritisnya kondisi lahan saat ini, respons terhadap ide ini ternyata sangat positif. Bahkan beberapa tokoh publik seperti Denny Caknan menyatakan siap menyumbang Rp1 miliar sebagai langkah awal. Melansir DetikPop, Denny Sumargo juga ikut mendukung dengan komentar “1 miliar pertama gw” di unggahan Pandawara.
Tak hanya mereka sejumlah figur publik lain serta warganet ikut menyuarakan dukungan, menandakan bahwa gerakan ini mendapat perhatian luas di masyarakat. Penyanyi Vidi Aldiano, lewat komentar di unggahan Pandawara, juga menyatakan siap mendukung gerakan ini demi kelangsungan hutan Indonesia.
Respon Pemerintah
Menteri ATR/Kepala BPN Nusron Wahid/Foto: detikcom
Meski semangatnya besar, gerakan ini menghadapi kritik dan tantangan nyata terkait aspek hukum dan regulasi. Melansir detikFinance, Ketua Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Nusron Wahid, menegaskan bahwa hutan bukan komoditas yang bisa diperjualbelikan sehingga patungan membeli hutan tidak bisa direalisasikan secara sah.
"Hutan kan nggak boleh dijual belikan, hutan itu bukan komoditas yang bisa dijual belikan," kata Nusron di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (10/12).
Menurut penilaian pejabat di legislatif, gerakan ini walau berniat baik, menjadi “alarm” bahwa regulasi hutan perlu dievaluasi tetapi untuk sekarang, membeli hutan bukan jalur yang legal untuk konservasi. Selain itu, tantangan implementasi seperti transparansi dana, pengelolaan kawasan, serta pelibatan komunitas lokal menjadi aspek penting yang butuh disiapkan secara matang sebelum gerakan ini bisa dianggap serius.
Meski demikian, gagasan “beli hutan bersama” dari Pandawara bukan sekadar wacana, tapi juga sebagai panggilan kepedulian terhadap lingkungan. Meski menghadapi banyak pertanyaan soal legalitas dan implementasi, dukungan publik dan figur penting menunjukkan bahwa masyarakat haus akan solusi alternatif.
Bagaimana menurutmu, Beauties?
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
