Pemakaian Celana Jeans Dilarang di Korea Utara, Ternyata Ini Alasannya...

Ade Irma Suryani | Beautynesia
Selasa, 08 Oct 2024 13:00 WIB
Pemakaian Celana Jeans Dilarang di Korea Utara, Ternyata Ini Alasannya...
Korea Utara melarang penggunaan celana jeans/Foto: Unsplash.com/Tamara Bellis

Hampir di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, celana jeans telah menjadi salah satu pakaian terpopuler. Selain bernuansa kasual, terlihat keren, nyaman, dan mudah dipadupadankan dengan atasan model apa pun, tak heran jika celana jeans difavoritkan banyak orang.  

Namun tahukah Beauties, ternyata celana jeans dilarang di negara Korea Utara dan dianggap sebagai ancaman. Lho, kenapa ya? Melansir dari Times of India, berikut informasi selengkapnya di bawah ini. 

Warisan dari Perpecahan

Ilustrasi celana jeans/Foto: Pexels.com/Mstudio

Untuk memahami mengapa warga Korea Utara tidak dibolehkan mengenakan celana jeans, kita perlu kembali ke pertengahan abad ke-20, tepat setelah Perang Dunia II. Saat itu Korea terbagi menjadi dua entitas terpisah, yaitu utara dan selatan yang masing-masing dipengaruhi oleh negara adidaya global yang berseberangan. 

Korea Utara yang dipimpin oleh Kim Il-Sung, dibentuk oleh ideologi komunis, dengan hubungan yang kuat dengan Uni Soviet dan Cina. Sementara Amerika Serikat, menjadi sekutu setia Korea Selatan. Seiring berjalannya waktu, apa pun yang terkait dengan AS menjadi simbol dari segala hal yang ditentang oleh rezim Korea Utara.  

Khususnya jeans, menjadi lambang budaya barat, terutama budaya Amerika selama Perang Dingin. Bukan sekadar celana, celana jeans dipandang sebagai simbol individualisme, kebebasan, dan pemberontakan Barat. Bagi rezim yang menghargai keselarasan, disiplin, dan kesetiaan mutlak kepada negara, jeans lebih dari sekadar pernyataan mode, tapi ancaman.

Kontrol Budaya: Fashion Sebagai Alat Kekuasaan

Ilustrasi perempuan Korea Utara dengan pakaian tradisional/Foto: Instagram.com/ibtimes_uk

Di Korea Utara, mode bukan hanya tentang ekspresi pribadi, tetapi merupakan cerminan ideologi rezim tersebut. Pemerintah mengendalikan hampir setiap aspek kehidupan, mulai dari pekerjaan hingga pakaian yang dikenakan. 

Pakaian tradisional Korea dan busana yang mencerminkan cita-cita sosialis negara tersebut dipromosikan secara besar-besaran. Sementara pakaian bergaya Barat tidak disukai dan dilarang keras. 

Mengapa hal ini menjadi perhatian penting bagi Korea Utara? Karena pakaian merupakan simbol yang kuat. Di banyak belahan dunia, celana jeans telah mewakili segala hal, mulai dari pemberontakan kaum muda hingga perubahan budaya.

Di mata pemerintah Korea Utara, mengizinkan orang mengenakan celana jeans dapat membuka pintu bagi pengaruh Barat lainnya, seperti musik, film, dan ide yang mungkin mendorong orang untuk mempertanyakan status quo.

Larangan terhadap celana jeans merupakan cara untuk mempertahankan kendali, agar penduduk tetap sejalan dengan visi rezim tentang masyarakat sosialis yang murni. Larangan ini bukan hanya tentang celana, tetapi juga memastikan bahwa setiap aspek kehidupan di Korea Utara, bahkan apa yang dikenakan orang, mendukung narasi pemerintah. 

Jeans Sebagai Simbol Perlawanan

Ilustrasi memakai celana jeans/Foto: Pexels.com/Snapwire

Sepanjang sejarah, jeans lebih dari sekadar pakaian kasual, tetapi sering kali menjadi simbol perlawanan. Pada tahun 1960-an dan 70-an, jeans menjadi seragam gerakan kontra-budaya di seluruh dunia. Dari aktivis hak-hak sipil Amerika Serikat hingga pengunjuk rasa anti kemapanan di Eropa, jeans menjadi cara untuk mengatakan, "Saya tidak mau mengikuti aturan."

Bagi rezim Kim yang terkenal dengan paranoid terhadap segala bentuk perbedaan pendapat, sedikit saja pemberontakan tidak dapat diterima. Pemerintah sangat waspada, terus memantau warganya untuk mencari tanda-tanda pembangkangan.

Dengan melarang celana jeans, rezim tersebut menghilangkan semua simbol perlawanan sekecil apa pun. Dalam masyarakat dimana pemerintah menginginkan kontrol penuh, bahkan tindakan pembangkangan terkecil seperti mengenakan celana jeans dapat dianggap berbahaya. 

Hadirnya Polisi Mode

Ilustrasi seorang polisi Korea Utara/Foto: Instagram.com/dguttenfelder

Untuk memastikan agar tidak ada yang melanggar aturan dalam berpakaian, maka hadirlah "polisi mode", sebuah unit khusus yang berpatroli di jalan-jalan untuk menegakkan aturan berpakaian yang ketat di negara tersebut. 

Para petugas ini mengawasi setiap pelanggaran, termasuk penggunaan celana jeans. Jika seseorang ketahuan mengenakannya, mereka dapat menghadapi konsekuensi serius, seperti denda, dipermalukan di depan umum, atau bahkan di penjara. 

Selain bertugas menangkap pelanggar aturan, polisi mode juga berperan dalam mendidik masyarakat tentang pentingnya menjaga penampilan sosialis yang pantas. Mereka terus-menerus mengingatkan bahwa di Korea Utara, apa yang dikenakan bukan hanya tentang terlihat bagus, tetapi juga tentang menunjukkan kesetiaan kepada rezim. 

Lebih dari Sekadar Larangan

Ilustrasi masyarakat Korea Utara/Foto: flickr.com/stephan

Bagi orang di luar Korea Utara, gagasan tentang pelarangan celana jeans mungkin tampak menggelikan. Namun dalam konteks masyarakat Korea Utara, hal tersebut dianggap masuk akal. Larangan tersebut merupakan cerminan dari upaya rezim yang lebih luas untuk mengendalikan setiap aspek kehidupan warga negaranya. 

Di Korea Utara, celana jeans bukan sekadar hal biasa. Namun merupakan simbol dari segala hal yang ditakuti oleh rezim tersebut. Seperti halnya pengaruh Barat dan pemberontakan. Larangan terhadap celana jeans hanyalah satu contoh bagaimana rezim Korea Utara menggunakan hal sekecil apapun untuk mempertahankan kekuasaannya. Tidak hanya membentuk cara hidup orang-orang, tetapi juga cara berpikir, hingga ke pakaian yang mereka kenakan. 

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(ria/ria)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE