Penuh Diskriminasi, Ini 5 Kalimat Seksis yang Masih Dihadapi Perempuan Sehari-hari
Meski dunia sudah maju, kesetaraan gender terus digaungkan, tak bisa dipungkiri ada begitu banyak tantangan yang dihadapi perempuan. Masih banyak diskriminasi, seksisme, pelecehan, dan berbagai bentuk tidak menyenangkan dan merugikan lainnya yang dialami kaum perempuan.
Salah satu yang paling sering dihadapi oleh kaum perempuan adalah seksisme, yaitu prasangka atau diskriminasi berdasarkan gender seseorang. Dalam konteks seksisme terhadap perempuan, mereka dianggap sebagai sosok yang lemah, tidak rasional, drama queen, dan emosional.
Sayangnya, seksisme masih dinormalisasi dan belum benar-benar hilang. Seiring berkembangnya zaman, seksisme seakan menjelma dalam berbagai bentuk dan ekspresi baru yang tentunya merugikan.
Berikut adalah kalimat bernada seksis yang sering didengar oleh perempuan dalam kehidupan sehari-hari. Merangkum dari berbagai sumber, yuk cari tahu!
"Jutek Banget Mukanya? Senyum, dong!"
Ilustrasi/Foto: Freepik |
Harapan atau ekspektasi bahwa seorang perempuan harus selalu tersenyum termasuk sebuah bentuk seksisme. Hal ini melanggengkan gagasan bahwa yang terpenting adalah penampilan seorang perempuan. Ini juga mengabaikan fakta bahwa perempuan adalah manusia dengan berbagai macam emosi.
Harapan bahwa perempuan seharusnya hanya menunjukkan emosi positif ternyata didukung oleh penelitian, lho Beauties. Penelitian menunjukkan bahwa perempuan sering 'dihukum' karena mengungkapkan kemarahan, sedangkan pria diberi penghargaan untuk perilaku yang sama.
Jika kamu pernah mengingatkan perempuan lain untuk selalu tersenyum, pahamilah bahwa mungkin dia sedang mengalami hal yang berat. Mulailah menyadari bahwa perempuan memiliki emosi negatif, sama seperti pria, dan berhenti berharap mereka menyembunyikannya di balik senyuman.
"Good girl!"
Ilustrasi/Foto: Pexels.com |
Perempuan sering menemukan diri mereka dalam posisi canggung ketika dipanggil 'good girl' atau 'gadis baik' oleh atasan mereka. Meskipun sekilas tidak terdengar berbahaya, dan biasanya dikatakan dengan niat baik, kalimat ini cukup merendahkan dan menunjukkan bahwa perempuan tidak dianggap serius sebagai seorang profesional.
Jika seseorang menyebut kamu "gadis baik", coba lakukan hal yang sama kepadanya, dan lihat bagaimana reaksi mereka. Jika kamu khawatir bahwa salah satu tanggapan tersebut dapat mengakibatkan kamu kehilangan pekerjaan karena tidak sopan, cobalah mencari cara untuk memberi tahu orang tersebut dengan hormat bahwa dipanggil "gadis baik" membuat kamu merasa tidak nyaman.
Penuh Diskriminasi, Ini 5 Kalimat Seksis yang Masih Dihadapi Perempuan Sehari-hari
Penuh Diskriminasi, Ini 5 Kalimat Seksis yang Masih Dihadapi Perempuan Sehari-hari/Freepik.com/freepik
"Kamu Terlalu Mandiri untuk Seorang Perempuan"
Kalimat seksis kedua yang sering didengar adalah seorang perempuan dianggap terlalu mandiri. Kalimat tersebut seakan-akan menyuruh perempuan untuk duduk manis dan mengurus rumah saja.
Mungkin kamu sudah tidak asing lagi dengan kalimat, "untuk apa perempuan sekolah tinggi-tinggi?" atau "kalau kamu terlalu mandiri, tidak ada pria yang mau denganmu nantinya!". Yup, kalimat ini seakan-akan merampas hak, akses, dan kesempatan perempuan untuk menjadi versi terbaik dirinya. Seakan-akan perempuan tidak boleh menjadi mandiri dan meraih berbagai pencapaian dalam hidup.
Pria mungkin tidak pernah mendengar pernyataan semacam itu dalam hidup mereka. Salah satu penyebabnya adalah pandangan masyarakat yang mengharapkan pria sebagai sosok yang sukses dan mandiri. Padahal, sukses dan mandiri tidak ada hubungannya dengan gender. Semua orang, baik itu pria dan perempuan, berhak untuk sukses dan mandiri.
"Hidup Perempuan Tidak Lengkap Tanpa Hadirnya Seorang Bayi"
Ilustrasi/Freepik/Lifestylememory |
Definisi sukses bagi setiap orang tentu berbeda-beda. Ada yang merasa sukses saat bisa meraih mimpinya, membahagiakan orangtua, atau menikah dan berumah tangga. Semua definisi soal sukses, selama itu positif, adalah valid dan menjadi hak semua orang.
Namun sayangnya, tak sedikit yang percaya bahwa perempuan hanya bisa sukses jika sudah menikah dan memiliki anak. Seakan-akan semua pencapaian jadi tidak berarti jika belum menikah dan menjadi ibu.
Ketika seorang perempuan sudah menikah dan belum memiliki anak, lantas masyarakat mendorongnya untuk segera memiliki anak tanpa tahu perjuangan atau keputusan yang telah diambilnya. Seperti selalu akan ada celah untuk dikomentari; jika sedang berusaha memiliki anak, masyarakat akan mengomentari usahanya yang belum maksimal.
Lalu jika memilih child free, perempuan akan dicaci maki dan dibujuk untuk memiliki anak. Ironisnya, terkadang komentar-komentar jahat tersebut sering datang dari orang terdekat, bahkan sesama perempuan.
"Santai Saja, Kamu Bereaksi Berlebihan!"
Ilustrasi/Foto: Freepik/ Foto: detik |
Ketika perempuan mengemukakan pendapat atau sedang berada dalam kondisi yang tidak mengenakkan, sering kali mereka dicap lebay alias berlebihan dan tidak ditanggapi serius. Kalimat ini sering didengar oleh perempuan, namun tampaknya jarang dilontarkan kepada pria.
Kalimat ini menyiratkan bahwa perempuan gemar bersikap dramatis, baik di tempat kerja atau dalam urusan rumah tangga. Ketika berhadapan dengan masalah, perempuan digambarkan sebagai sosok yang 'tukang drama' dan tidak bersikap tenang. Padahal, ini tidak benar.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
Ilustrasi/Foto: Freepik
Ilustrasi/Foto: Pexels.com
Ilustrasi/Freepik/Lifestylememory
Ilustrasi/Foto: Freepik/ Foto: detik