Pilu! Ratusan Perempuan Thailand Jadi Korban 'Peternakan' Sel Telur Manusia, Ini Kisahnya

Nadya Quamila | Beautynesia
Selasa, 18 Feb 2025 09:30 WIB
Pilu! Ratusan Perempuan Thailand Jadi Korban 'Peternakan' Sel Telur Manusia, Ini Kisahnya
Pilu! Ratusan Perempuan Thailand Jadi Korban Peternakan Sel Telur Manusia, Ini Kisahnya/Foto: Getty Images/markgoddard

Kasus kejahatan yang menimpa perempuan masih banyak terjadi di berbagai belahan dunia. Baru-baru ini, terungkap kisah pilu dialami oleh sejumlah perempuan asal Thailand yang menjadi korban perbudakan sel telur manusia di Georgia, Eropa Timur.

Kasus ini terungkap ketika tiga perempuan Thailand yang menjadi korban berhasil bebas diselamatkan dari 'mafia telur' alias pelaku yang disebut merupakan gangster asal China. Para korban ini mengatakan bahwa ada sekitar 100 perempuan dijadikan budak di sebuah "peternakan sel telur manusia" di Georgia. Mereka diberi suntik hormon dan dibius lalu sel telur mereka akan diambil menggunakan mesin.

Awal Mula

Ilustrasi Seseorang dengan Laptop /Foto: Pexels/Tatiana Syrikova

Ilustrasi/Foto: Pexels/Tatiana Syrikova

Dilansir dari Daily Mail, awalnya korban menerima tawaran pekerjaan yang ia lihat di Facebook, yaitu menjadi seorang ibu pengganti bagi pasangan yang tidak bisa memiliki anak di Georgia. Gaji yang ditawarkan sebesar 25 ribu bath atau sekitar Rp12 juta per bulan.

Tiga perempuan ini pun berangkat ke Georgia pada Agustus 2025 bersama sepuluh perempuan Thailand lainnya. Biaya perjalanan dan paspor ditanggung oleh organisasi tersebut, dengan seorang karyawan perempuan yang mengatur perjalanan mereka.

Namun, setibanya di sana, mereka ditempatkan di empat properti besar bersama sekitar seratus perempuan lain. Di sini, mereka menyadari bahwa penawaran pekerjaan itu hanyalah modus penipuan. 

"Mereka membawa kami ke sebuah rumah yang dihuni oleh 60 hingga 70 perempuan Thailand. Para perempuan di sana mengatakan kepada kami bahwa tidak ada kontrak (surrogasi) atau orang tua," ujar salah satu korban, dilansir dari Reuters.

Korban Disuntik Hormon hingga Dibius

Ilustrasi Pelecehan Seksual/Foto: Unsplash.com/Melanie Wasser

Ilustrasi/Foto: Unsplash.com/Melanie Wasser

Korban mengaku bahwa mereka disuntik hormon untuk merangsang indung telur, dibius, lalu sel telur mereka akan diambil dengan mesin sebulan sekaali. Para korban mengaku bahwa mereka diperlakukan layaknya hewan ternak.

Dilansir dari Bangkok Post, telur yang dikumpulkan diyakini dijual, diperdagangkan di negara lain untuk digunakan dalam fertilisasi in-vitro (IVF). Bahkan beberapa korban tidak menerima kompensasi apa pun atas sel telur yang telah mereka berikan.

Setelah mendapatkan informasi tersebut dan ternyata tidak sama dengan apa yang dijanjikan di awal, korban menjadi takut dan berusaha untuk menghubungi keluarga mereka. Jika mereka ingin bebas, mereka diberitahu bahwa mereka harus membayar sebesar Rp34 juta kepada pemilik 'peternakan sel telur' tersebut.

Para korban mengaku bahwa mereka akan berpura-pura sakit agar sel telur mereka tidak diambil. Paspor mereka disita, dan pelaku mengancam dengan mengatakan bahwa mereka berisiko ditangkap di Thailand jika mereka kembali ke rumah.

Korban Berhasil Lolos dengan Bayar Uang Tebusan

Woman bondage image blur , stop violence against Women, international women's day

Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/Tinnakorn Jorruang

Seorang korban berhasil lolos dengan membayar uang pembebaasan. Ia lalu memberi tahu Pavena Hongsakula, pendiri yayasan Thailand untuk anak-anak dan perempuan bernama Pavena Foundation.

Ia memberi tahu Pavena bahwa ada banyak perempuan Thailand yang menjadi korban perdagangan sel telur dan ditahan layaknya budak karena tidak mampu membayar uang pembebasan.

Yayasan Pavena bekerja sama dengan Interpol dan berhasil membebaskan tiga perempuan Thailand yang dibebaskan pada 30 Januari setelah membayar uang tebusan sebesar Rp33 juta ke sindikat.

Tidak diketahui berapa banyak perempuan yang masih ditahan di 'peternakan sel telur manusia' itu. Namun, Yayasan Pavena mengatakan pihaknya memperkirakan masih ada sekitar 100 perempuan yang menjadi korban perdagangan manusia yang masih berada di Georgia.

Pihak berwenang Thailand dan Interpol telah melakukan penyelidikan, sementara polisi di Thailand mengatakan bahwa mungkin ada penyelamatan lain seiring dengan perkembangan kasus ini.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(naq/naq)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.