Proyek Tebing Uluwatu Berselimut Kontroversi: Menyelamatkan atau Merusak?

Budi Rahmah Panjaitan | Beautynesia
Sabtu, 14 Sep 2024 10:00 WIB
Foto: sita.badungkab.go.id

Ketika mendengar kata “Bali”, kemungkinan besar kita akan langsung terbayang tentang destinasi wisata yang indah dan ragam budaya yang memesona. Bagaimana tidak? Keindahan alam yang berpadu dengan budaya spiritual yang kuat membuat pulau ini memiliki daya pikat tersendiri bagi para pengunjung.

Salah satu tempat ikonis di Bali yang memadukan keindahan alam, budaya dan spiritual adalah Pura Uluwatu. Pura yang berdiri megah di tebing karang menjulang di pesisir Selatan Bali ini memang sudah lama menjadi simbol spiritual dan budaya yang sangat dihormati. Namun, kokohnya tebing tempat Pura Uluwatu berdiri kini terusik dengan adanya retakan yang semakin meluas akibat gempa bumi yang terjadi pada 1992 silam.

Karena adanya kondisi yang mengkhawatirkan inilah, akhirnya pemerintah Bali meluncurkan proyek perbaikan berupa pembangunan dinding beton besar dan infrastruktur lainnya. Secara umum, tujuannya tidak lain adalah untuk menyelamatkan pura dari kerusakan lebih lanjut sehingga warisan bersejarah ini tetap terlindungi.

Namun, siapa sangka, proyek yang digadang-gadang bertujuan baik ini menimbulkan sejumlah kontroversi dan kekhawatiran. Mulai dari dampak lingkungan yang ditimbulkan hingga dugaan motif tersembunyi di balik proyek. Alhasil, masyarakat lokal, wisatawan, dan berbagai pihak yang berkepentingan pun dilanda dilema besar.

Lantas, seperti apa dan sejauh mana kontroversi yang terjadi?

Sekilas tentang Proyek Perbaikan Tebing Pura Uluwatu


Pura Uluwatu/ Foto: kemdikbud.go.id

Sebelum membahas lebih lanjut tentang kontroversi proyek perbaikan tebing Pura Uluwatu, mari kita menelisik terlebih dahulu awal mula hadirnya proyek ini. Dikutip dari laman resmi Sekretariat Daerah Kabupaten Badung, Adi Arnawa, selaku Sekretaris Daerah menjelaskan bahwa proyek perbaikan tebing Pura Uluwatu merupakan upaya pemerintah untuk menjaga kondisi Pura Luhur Uluwatu, mengingat tebing yang sangat curam membutuhkan penopang kuat guna mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Untuk penataannya sendiri, ditargetkan hingga akhir tahun 2024.

Anggaran sebesar Rp78,6 miliar atau sekitar 5 juta USD telah dialokasikan untuk proyek ini. Proyek ini mencakup pembangunan tembok laut beton setinggi 25 meter dan jalan akses yang melingkari dasar tebing. Tujuannya adalah untuk melindungi pura dan mencegah keruntuhan tebing lebih lanjut akibat hantaman gelombang.

(dmh/dmh)