Ratusan Ribu Ibu Hamil Terdampak Banjir di Pakistan: Kurangnya Petugas Kesehatan hingga Akses Sanitasi Tak Layak
Banjir dahsyat tengah melanda Pakistan, membuat sepertiga negara tersebut terendam air. Diberitakan oleh AFP, lebih dari 33 juta orang telah terkena dampak banjir yang disebabkan oleh rekor hujan lebat, dan salah satu daerah yang paling parah terkena dampak adalah Sindh di selatan Pakistan.
Salah satu kelompok masyarakat yang paling terdampak dari banjir ini adalah ibu hamil yang diperkirakan berjumlah ratusan ribu. Mereka harus mengungsi dan membutuhkan perawatan medis yang tepat untuk memastikan kehamilan dan persalinan yang aman.
Ameeran, seorang ibu hamil berusia 29 tahun dari sebuah desa di distrik Qambar provinsi Sindh, mengungsi di sebuah kamp bantuan yang didirikan di ibukota provinsi Karachi sejak banjir melanda.
"Jalanan benar-benar tersapu oleh hujan dan banjir. Keluarga saya butuh tiga hari untuk mencapai Karachi," katanya, dilansir dari laman DW.
Ilustrasi kehamilan/Foto: Freepik/Valeria_Aksakova |
Di provinsiSindh, yang merupakan salah satu daerah yang mengalami banjir paling parah, telah didirikan puluhan kamp bantuan untuk para pengungsi. Namun,Ameeran mengatakan bahwa kamp tersebut tidak memadai untuk ibu hamil, salah satunya soal makanan yang disediakan.
"Kami tidak terbiasa makan makanan berminyak dan pedas seperti itu, perut saya kembung dan asam, saya mencoba menghindarinya tetapi kemudian saya tidak punya pilihan lain," katanya.
Seorang ibu hamil lainnya, Rubina yang berusia delapan belas tahun dan sedang hamil tujuh bulan, mengatakan bahwa dia belum menerima makanan yang layak sejak tiba di kamp dua minggu lalu.
"Sudah dua minggu di kamp bantuan ini, dan bahkan tidak sehari pun saya bisa makan sesuatu yang layak. Saya merasa pusing sepanjang waktu. Ketika saya di rumah saya biasa minum susu, yogurt, dan buah-buahan secara teratur tetapi di sini semuanya hanya ada nasi pedas dan berminyak yang menyebabkan banyak ketidaknyamanan bagi saya, "katanya.
"Kamar mandinya juga sangat kotor," tambahnya.
Anak-anak korban banjir di Pakistan/ Foto: Asif Hassan/AFP/Getty Images |
Tidak hanya soal makanan, kamp yang disediakan juga tidak dilengkapi dengan fasilitas sanitasi yang layak, bahkan mereka harus berbagi tempat dengan hewan ternak. Selain itu yang jadi sorotan pula adalah kurangnya petugas kesehatan seperti dokter atau bidan untuk membantu ibu hamil.
Kebanyakan dari mereka menolak diperiksa dengan dokter pria, karena dalam masyarakat konservatif Pakistan, sering dianggap tidak pantas bagi perempuan untuk berkonsultasi dengan dokter pria, terutama untuk masalah ginekologi.
Hal tersebut dirasakan oleh Fahmidah Bibi, yang kini tengah hamil 9 bulan dan sedang menunggu persalinan.
"Saya butuh dokter atau bidan. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada anak saya?" ungkapnya, dilansir dari France24.
Kunjungan terakhir Fahmidah ke dokter adalah sebulan yang lalu, dan menurut laporannya, bayinya dalam posisi sungsang. Di kamp pengungsian, ia tidur di tempat terbuka, berbagi tempat tidur kayu charpoy tradisional dengan lima anaknya yang berusia empat hingga 12 tahun.
"Saya tidak punya persiapan apa-apa ketika bayi saya lahir. Saya bahkan tidak punya selimut bayi. Semuanya hanyut terbawa banjir," paparnya.
Kondisi Korban Banjir di Pakistan/ Foto: Anadolu Agency via Getty Images/Anadolu Agency |
Sidra Basit, seorang ginekolog di Karachi yang telah mengunjungi kamp untuk merawat ibu hamil, mengatakan sebagian besar perempuan yang dia temui menderita anemia. Penyebabnya adalah tekanan darah yang tidak stabil. Selain itu, para ibu hamil juga kekurangan zat besi yang dapat menyebabkan komplikasi pada saat melahirkan dan meningkatkan kemungkinan perdarahan pascamelahirkan, yaitu ketika perempuan mengalami pendarahan hebat setelah melahirkan.
"Para perempuan ini juga trauma dengan bencana yang mereka hadapi. Kecemasan dan depresi pada ibu seperti itu juga dapat berdampak buruk pada kesehatan mental anak," katanya.
Dana Penduduk Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFPA) mengatakan pekan lalu bahwa hampir 650 ribu ibu hamil di daerah yang dilanda banjir membutuhkan layanan kesehatan untuk memastikan kehamilan dan persalinan yang aman, di mana 73 ribu ibu hamil diperkirakan akan melahirkan pada bulan September.
Badan PBB menekankan bahwa para perempuan akan membutuhkan penolong persalinan yang terampil, perawatan bayi baru lahir, dan dukungan.
"Selain itu, banyak perempuan dan anak perempuan berada pada peningkatan risiko kekerasan berbasis gender (GBV) karena hampir 1 juta rumah telah rusak," katanya dalam siaran pers.
PBB telah meminta bantuan 160 juta USD untuk membantu para korban banjir, tetapi para pejabat Pakistan mengatakan biaya kerusakan jauh lebih tinggi dari itu.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!
Ilustrasi kehamilan/Foto: Freepik/Valeria_Aksakova
Anak-anak korban banjir di Pakistan/ Foto: Asif Hassan/AFP/Getty Images
Kondisi Korban Banjir di Pakistan/ Foto: Anadolu Agency via Getty Images/Anadolu Agency