Rekap Respon Polemik Tambang Nikel di Raja Ampat yang Perlu Kamu Tahu!

Narita Fuji Triani | Beautynesia
Selasa, 10 Jun 2025 17:15 WIB
1. Pernyataan dan Kunjungan Menteri ESDM ke Raja Ampat
Kunjungan Bahlil ke Raja Ampat/Foto: esdm.go.id

Raja Ampat banyak dikenal sebagai surga bawah laut yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah. Sayangnya, keindahan kawasan ini terancam oleh rencana tambang nikel yang memunculkan polemik dari berbagai kalangan. Masyarakat adat, aktivis lingkungan, dan media sosial ramai menyuarakan kekhawatiran potensi kerusakan alam, ekosistem, hingga kehidupan masyarakat setempat.

Masalah tambang nikel di Raja Ampat bukanlah hal yang baru, tapi beberapa waktu lalu polemik tersebut kembali muncul ketika Greenpeace, sebuah organisasi lingkungan yang menyuarakan aksi menolak pembangunan tambang di Raja Ampat dalam gelaran Critical Minerals Conference & Expo 2025. Hingga akhirnya tagar #SaveRajaAmpat menjadi viral di media sosial dan berbagai tanggapan masyarakat hingga pemerintah.

Menang, kabar terbarunya, pemerintah resmi cabut Izin Usaha Pertambangan empat perusahaan. Berikut deretan tanggapan seputar polemik tambang nikel di Raja Ampat yang perlu kamu tahu.

1. Pernyataan dan Kunjungan Menteri ESDM ke Raja Ampat

Kunjungan Bahlil ke Raja Ampat/Foto: esdm.go.id

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa tambang nikel yang beroperasi di Kabupaten Raja Ampat berada cukup jauh dari kawasan wisata unggulan di Pulau Piaynemo. Dalam acara bincang media di Kementerian ESDM, Jakarta Pusat pada Kamis (5/6), Bahlil menyebutkan bahwa jarak tambang nikel PT. Gag Nikel sejauh 30-40 km seperti dikutip dari CNN Indonesia.

Untuk merespon isu yang berkembang tentang pertambangan di Raja Ampat, Bahlil kemudian mengunjungi tambang nikel PT. Gag Nikel di Pulau Gag untuk melihat situasi operasi tambang dan menindaklanjuti keresahan publik terhadap kawasan wisata Raja Ampat. Kemudian, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM, Tri Winarno memberikan pernyataan bahwa tidak ditemukan masalah di wilayah tambang tersebut. 

"Kita lihat juga dari atas tadi bahwa sedimentasi di area pesisir juga tidak ada. Jadi overall ini sebetulnya tambang ini nggak ada masalah," tutur Tri dikutip dari laman resmi Kementerian ESDM.

2. Masyarakat Tidak Ingin PT. Gag Nikel Ditutup

Kunjungan Bahlil ke Raja Ampat/Foto: esdm.go.id

PT. Gag Nikel merupakan satu-satunya perusahaan yang aktif memproduksi nikel di wilayah Gag. PT. Gag Nikel adalah anak perusahaan PT. Antam, Tbk sejak tahun 2008. Perusahaan ini telah resmi berdiri sejak tahun 1998 dengan ditandatangani oleh Presiden Soeharto. Operasi tambang di PT. Gag Nikel saat ini tengah diberhentikan sementara.

Masyarakat setempat meminta menteri ESDM dalam kunjungan singkatnya ke Raja Ampat untuk tidak menutup PT. Gag Nikel. Merangkum dari laman resmi Kementerian ESDM, masyarakat merasakan dampak positif dari aktivitas tambang tersebut. Mereka mendapat keuntungan dengan menjual hasil tangkapan ke perusahaan tersebut.

Masyarakat yang mayoritas nelayan tersebut mengaku bahwa penambangan ikan masih berjalan seperti biasa, air tetap jernih, dan kualitas air tetap bagus. Para warga setempat memberikan dukungan untuk melanjutkan penambangan karena menjadi topangan hidup masyarakat setempat.

Mereka juga berharap untuk tetap mempromosikan wisata Raja Ampat tanpa pemberitaan negatif dan meminta pemerintah untuk tetap mengawasi dampak lingkungan yang akan terjadi.

3. Tanggapan Greenpeace terhadap Pernyataan Bahlil

Tanggapan Greenpeace terhadap Pernyataan Bahlil/ Foto: instagram.com/storyrakyat

Menanggapi pernyataan Bahlil dan kunjungannya ke Raja Ampat, menurut Iqbal Damanik, juru kampanye hutan Greenpeace menyatakan bahwa persoalan di Raja Ampat tidak hanya terjadi di Pulau Gag saja, tetapi masih banyak tambang nikel di Raja Ampat. Menurutnya, Menteri Bahlil terlihat menyederhanakan persoalan tambang di Raja Ampat karena dianggap jauh dari tempat wisata yaitu Piyanemo. 

Ronisel Mambrasar, masyarakat adat dan aliansi jaga alam Raja Ampat menyatakan bahwa ada beberapa tempat tambang nikel di Raja Ampat, yaitu di Pulau Kawe, Pulau Batang Pele, Pulau Manyaifun, dan Pulau Manuran. Roni juga membantah pernyataan menteri Bahlil, karena jarak Pulau Wayag dan juga Kawe sangat dekat.

Iqbal mengatakan bahwa penyegelan sementara kegiatan di PT. Gag tidak bisa disederhanakan. Ia memohon desakan kepada pemerintah agar melaksanakan evaluasi menyeluruh terhadap operasi penambangan nikel di Indonesia dan bukan di satu tempat saja. 

4. Temuan Kementerian Lingkungan Hidup

Temuan Kementerian Lingkungan Hidup/Foto: detik.com/dwi rahmawati

Menteri Lingkungan Hidup (LH), Hanif Faisol Nurofiq, mengungkapkan temuan di empat wilayah penambangan di kawasan Raja Ampat. Hanif juga mengatakan bahwa terdapat penemuan terindikasi adanya kerusakan lingkungan di salah satu wilayah penambangan tersebut. Penambangan terjadi di pulau-pulau kecil oleh beberapa perusahaan. Pulau Manuran memiliki indikasi kerusakan lingkungan akibat penambangan oleh PT KSP.

Melansir dari detiknews, Hanif mengemukakan bahwa adanya kekeruhan yang terlihat di bibir pantai. Kolam pengendapan di pertambangan sempat jebol dan mencemari pantai. Ia juga menduga proses penambangan di Pulau Manuran tidak dilakukan dengan hati-hati dan sudah dilakukan penyegelan di perusahaan tersebut.

Sementara, Hanif juga menyatakan bahwa penambangan oleh PT. GN di Pulau Gag bahwa pencemaran yang terjadi hampir tidak tampak nyata dan relatif memenuhi kaidah-kaidah tata lingkungan. Namun, ia juga berharap agar harus dilakukan pendataan lebih mendalam di Pulau Gag.

5. Dampak Tambang Nikel di Raja Ampat Bagi Indonesia

Ilustrasi/Foto: pexels.com/Tom Fisk

Marcellus Hakeng, pengamat maritim mengatakan bahwa Raja Ampat merupakan geopark yang tidak bisa disamakan dengan kawasan lainnya. Melansir dari CNN Indonesia, ketika bangsa Indonesia tidak bisa menjaga surga terakhirnya ini, maka Indonesia gagal menjaga karunia yang diberikan Tuhan. 

Menurutnya penambangan di Raja Ampat harus dihentikan total karena Raja Ampat merupakan kawasan geopark yang harus dijaga dan dilestarikan. Jika tidak dihentikan, maka respon dunia akan meragukan bangsa Indonesia dalam menjaga lingkungan. Lautan yang saling berhubungan memiliki efek yang berkaitan dan pencemaran lingkungan akan terjadi seluruhnya tidak terhitung oleh jarak yang dekat atau jauh.

Dampak tambang nikel jika terus berjalan bagi Indonesia yaitu Indonesia akan dikucilkan oleh dunia yang sedang gencar dalam kecintaan terhadap lingkungan. Dampak nyata lainnya bahwa Indonesia akan mengalami kesulitan klaim pembayaran terkait emisi karbon.

***

Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!

(dmh/dmh)
Komentar
0 Komentar TULIS KOMENTAR
Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama memberikan komentar.

RELATED ARTICLE