
Salut! Ini Dia Daftar Desainer Lokal yang Berkontribusi Membantu Produksi Baju Hazmat

Sebagai pasukan terdepan yang menghadapi situasi genting di masa pandemi, para tenaga kesehatan sudah seharusnya mendapatkan perhatian untuk menjaga keamanan dan keselamatan mereka selama menjalani tugas. Sayangnya, kurangnya alat pelindung diri masih menjadi hambatan bagi para tenaga kesehatan dalam menjalani tugasnya di berbagai rumah sakit.
Menanggapi situasi ini, banyak orang bahu membahu menyumbang dana untuk kebutuhan APD para tenaga kesehatan. Tidak hanya itu, ada pula beberapa desainer dan brand fashion lokal yang juga mengalihkan produksinya untuk membuat baju hazmat untuk kebutuhan APD para tenaga kesehatan.
1. Anne Avantie
Siapa yang tidak mengenal Anne Avantie? Desainer tanah air yang terkenal dengan karya busana kebaya nusantara yang cantik dan anggun ini memang memiliki nama yang besar di dunia fashion Indonesia. Hebatnya, tidak hanya menghasilkan karya yang mengharumkan nama bangsa, desainer ini juga berkontribusi besar dalam situasi krisis di tengah-tengah pandemi. Pasalnya, ia menghentikan produksi kebaya dan gaun-gaun pesanan di rumah produksinya yang berlokasi di Semarang, Jawa Tengah.

Rumah produksi tersebut kini disibukkan dengan produksi baju hazmat yang merupakan bagian dari alat pelindung diri (APD). Melansir dari Wolipop, Bunda Anne mengatakan bahwa ini smeua ia lakukan sebagai bentuk kepedulian demi membantu sesama dan berbuat baik untuk masyarakat.
2. Hian Tjen
Desainer Hian Tjen ternyata juga ikut membantu produksi baju hazmat di rumah produksinya. Melalui akun Instagramnya, ia membagikan kondisi timnya yang sedang sibuk memproduksi baju hazmat sebagai APD untuk para tenaga kesehatan. Hian Tjen mengaku bahwa kontribusinya ini juga dibantu oleh kontribusi beberapa desainer lain. Hingga kini, ia telah memproduksi 1.000 baju medis dan sedang dalam proses untuk memproduksi baju hazmat.

Beberapa desainer yang ikut berkontribusi dalam aksi bersama Hian Tjen antara lain adalah Stella Rissa, Danny Satriadi, Priyo Oktaviano dan Yogi Pratama. Mereka pun sudah mulai mengirimkan APD yang diproduksinya ke beberapa rumah sakit di daerah-daerah seperti Kalimantan, Maluku, serta Papua Barat.
3. Cotton Ink
Kontribusi serupa juga dilakukan oleh kedua pendiri brand fashion lokal Cotton Ink, Ria Sarwono dan Carline Darjanto. Mereka mengaku sangat sedih dan prihatin mendengar masalah keterbatasan APD yang dialami para tenaga kesehatan. Itulah sebabnya mereka pun akhirnya memutuskan untuk ikut berkontribusi membantu.

Cotton Ink sendiri kemudian membuka penggalangan dana untuk memperolah modal produksi baju hazmat sekaligus biaya para penjahit yang bergantung pada penghasilan harian. Langkah ini diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kekurangan APD sekaligus membantu para penjahit harian agar tetap mendapatkan penghasilan.