Sanae Takaichi, Mantan Drummer yang Terpilih Jadi Perdana Menteri Perempuan Pertama Jepang
Pertama kalinya, Jepang dipimpin oleh seorang perempuan sebagai perdana menteri, yaitu Sanae Takaichi. Politisi berusia 64 tahun ini resmi menjabat pada Oktober 2025, menggantikan Fumio Kishida, dan langsung mencuri perhatian publik dengan gaya kepemimpinannya yang tegas.
Bukan hanya karena prestasi politiknya yang membuat publik penasaran. Sanae Takaichi ternyata punya masa lalu yang cukup unik. Sebelum terjun ke dunia politik, ia sempat menjadi drummer sebuah band heavy metal. Dari ruang musik hingga ruang kabinet, simak perjalanan Sanae Takaichi yang penuh warna dan inspirasi!
Awal Karier dan Langkah Pertama di Dunia Politik
Melansir BBC, Sanae Takaichi lahir pada 7 Maret 1961 di Yamatokōriyama, Prefektur Nara, Jepang. Sebelum dikenal sebagai politisi tangguh, Takaichi menempuh pendidikan di Kobe University dan sempat aktif dalam berbagai kegiatan mahasiswa. Setelah lulus, ia bekerja di sektor swasta sebelum akhirnya tertarik pada dunia politik.
Langkah awal Takaichi di dunia politik dimulai saat ia bergabung dengan Partai Liberal Demokrat (LDP), partai terbesar di Jepang. Dalam waktu singkat, ia menunjukkan kemampuan luar biasa dalam berdebat, menyusun kebijakan, dan mempertahankan prinsip konservatifnya. Tidak butuh waktu lama bagi Takaichi untuk menarik perhatian senior partai dan masyarakat luas berkat ketegasannya.
Naik Daun di Dunia Politik Jepang
Sanae Takaichi, Mantan Drummer yang Terpilih Jadi Perdana Menteri Perempuan Pertama Jepang/Foto: sanae.gr.jp
Karier Takaichi terus menanjak. Ia sempat menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri dan Komunikasi dalam beberapa kabinet berbeda, posisi yang membuatnya dikenal sebagai salah satu politisi paling berpengaruh di Jepang. Dalam jabatannya itu, Takaichi fokus memperkuat sistem administrasi digital dan kebijakan komunikasi publik, dua sektor penting bagi modernisasi pemerintahan Jepang.
Selain itu, Takaichi juga dikenal sangat vokal dalam isu-isu nasionalisme dan reformasi konstitusi. Takaichi mendukung kebijakan pertahanan yang lebih kuat dan berpendapat bahwa Jepang perlu mempertegas posisinya di panggung internasional. Pandangannya ini sering menuai pro dan kontra, tapi tidak bisa dipungkiri karismanya membuat Takaichi jadi sosok yang disegani di parlemen.
Perdana Menteri Perempuan Pertama Jepang
Titik puncak karier Takaichi datang pada 21 Oktober 2025, saat ia resmi dilantik menjadi Perdana Menteri Jepang ke-102, sekaligus perempuan pertama yang menduduki jabatan tersebut. Momen ini langsung jadi sorotan dunia. Banyak pihak menyebutnya sebagai sejarah baru bagi Jepang yang selama ini didominasi pemimpin pria.
Pelantikannya disambut dengan antusias oleh publik, terutama kalangan perempuan yang menganggap Takaichi sebagai simbol kemajuan. Meski begitu, ada banyak tantangan besar menanti. Mulai dari memperbaiki ekonomi pasca-pandemi, menjaga stabilitas politik, hingga memperkuat hubungan diplomatik Jepang dengan negara tetangga.
Julukan “Iron Lady” dan Gaya Kepemimpinan
Sanae Takaichi/Foto: sanae.gr.jp
Melansir Detik News, gaya kepemimpinan Sanae Takaichi membuat publik Jepang menjulukinya sebagai Iron Lady, mirip dengan julukan yang pernah disematkan pada Margaret Thatcher, perdana menteri legendaris Inggris. Julukan ini muncul karena karakternya yang tegas, tidak mudah terpengaruh tekanan, dan berani mengambil keputusan sulit.
Takaichi dikenal jarang menunjukkan emosi di depan publik dan selalu tampil profesional. Ia juga dikenal disiplin, bahkan terhadap rekan-rekan satu partainya sendiri.
Beberapa media Jepang menyebut Takaichi sebagai tipe pemimpin yang bisa tersenyum di depan kamera, tapi tetap tajam dalam rapat kabinet. Karakternya inilah yang membuat banyak pihak menganggap Takaichi sebagai simbol perempuan kuat di dunia politik yang keras.
Dari Drummer Heavy Metal ke Kursi Perdana Menteri
Sebelum jadi politisi ternama, Sanae Takaichi pernah menjalani kehidupan yang sangat berbeda. Di masa mudanya, Takaichi merupakan seorang drummer band heavy metal. Fakta ini diungkap langsung oleh media Jepang dan membuat publik terkejut sekaligus kagum.
Dalam beberapa wawancara, Takaichi sempat menceritakan bahwa bermain musik membantunya mengembangkan disiplin, kerja sama, dan ketenangan, hal-hal yang juga berguna dalam dunia politik. Pengalaman itu juga membentuk kepribadiannya yang kuat dan tahan tekanan.
Dari seorang perempuan muda yang mencintai musik, Takaichi tumbuh menjadi sosok pemimpin yang menginspirasi jutaan orang di Jepang dan seluruh dunia. Bagaimana menurut kamu, Beauties? Sosok Sanae Takaichi ini bisa jadi bukti kalau perempuan juga bisa memimpin dengan gaya yang kuat dan autentik.
***
Ingin jadi salah satu pembaca yang bisa ikutan beragam event seru di Beautynesia? Yuk, gabung ke komunitas pembaca Beautynesia, B-Nation. Caranya DAFTAR DI SINI!